.
..
...
"Apa yang kau lakukan di sini?" Bisik Vivian.
Ia mengendap-ngendap keluar dari asrama di tengah malam setelah mendapat pesan dari Raymond.
"Tentu saja menonton dirimu. Tak kusangka tiket khusus pertunjukan sangat mahal." Ujar Raymond. "Aku sudah menjadi anggota di website mereka dan menunggu penawaran menarik yang mungkin akan membantumu."
"Ray, aku tidak membutuhkan bantuanmu."
"Aku melakukan ini tidak hanya untuk dirimu. Berkas kasus ini ada di mejaku, jadi aku datang kemari untuk menyelidikinya sendiri. Klienku adalah salah satu gadis yang menuntut perusahaan itu, namun karena belum ada bukti yang kuat kami masih harus menyelidikinya. Dan seperti dugaanku, aku mendapatkan e-mail ini." Katanya sambil menunjukkan foto Vivian memakai seragam G-Diamond biru gelap dengan potongan seragam pramugari dan dibawah fotonya terdapat harga yang tertera dan setiap beberapa detik berganti dengan nominal yang lebih besar.
Vivian membelalakan matanya. "Mereka menawarkan diriku?" katanya setengah marah.
"Pada keterangan di dalamnya mereka melelang foto dan segala macam merchandise tentangmu. Tapi kupikir ada yang lebih dari itu. Lelang sudah dimulai dan akan berakhir dua minggu lagi. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan agar kau mau menuruti mereka, tapi kusarankan kau untuk berhati-hati."
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Vivian terlonjak dan Raymond memeluknya, berusaha melindunginya. Seorang pria menghampiri mereka sambil terkekeh. Vivian yang mendengar suara tawa itu melepaskan pelukan Raymond.
"Niou!"
"Kau tidak seharusnya di sini, Viv!"
"Aku butuh udara segar."
"Hai Bung," sapanya pada Raymond. "kau bergerak cepat ternyata."
"Bisakah kau meretas website mereka?"
"Akan kucoba. Aku sudah menemukan beberapa kejanggalan dan aku berharap dugaanku tepat. Yang perlu kau lakukan hanya menemukan pelaku satunya yang telah berhasil membuat gadis-gadis ini mau mengikuti apa yang mereka inginkan. Dan untuk mencapai titik ini kau harus benar-benar terjual."
"Aku mengerti. Aku bisa mengatasinya jika itu terjadi."
"Aku tidak setuju. Itu sangat berbahaya dan tindakan yang begitu ceroboh."
"Raymond, aku tahu Josh begitu mempercayaimu. Tapi, beginilah cara kerja kami dan kumohon padamu untuk tidak mengacaukannya."
Raymond terdiam, dalam hati dia tidak begitu suka dengan kasus ini. Terlebih lagi pekerjaan Vivian yang berisiko tinggi.
"Raymond, aku akan baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Aku pernah menghadapi yang lebih buruk dari ini."
Raymond memandangnya dengan sangsi. Tapi ia tidak bisa melarang Vivian. Wanita itu sudah sejauh ini demi menangkap pelaku. Tidak seharusnya Raymond melarang sesuatu yang diperjuangkan Vivian.
"Hmm... kalian jadi terlihat seperti Tommy dan Tuppence. Lebih baik aku kembali ke tempatku. Jangan pulang saat fajar. Teman sekamarmu akan curiga nanti." Niou melangkah sambil melambaikan tangannya dengan malas-malasan.
Raymond menarik Vivian ke dalam pelukannya. "Biarkan seperti ini. Aku merindukanmu."
"Kita hanya tidak bertemu seminggu."
"Bagiku itu sangat lama." Bisiknya sambil mencium bibir Vivian yang beraroma strawberry. "Kau sangat cantik malam ini dan aku sangat menyukainya."
...
Hari minggu semua anggota terbangun dengan alarm yang sama di mana suara Coach Lula terdengar melalui speaker yang terpasang di kamar mereka. Vivian dengan wajah mengantuk bersama yang lain memulai pemanasan dan berlari mengelilingi lapangan olah raga. Setelahnya mereka diizinkan melakukan apa pun seharian.
Beberapa diantaranya ada yang pergi berjalan-jalan dan tidak sedikit yang memilih tinggal di asrama. Vivian menjadi salah satu yang memilih tinggal di asrama untuk melihat-lihat. Dalam salah satu ruang latihan ia bertemu Celene yang bernyanyi sambil diiringi suara piano.
"Suaramu bagus. Tapi kau seperti tenggelam." Ujar Vivian sambil menutup pintu dibelakangnya.
Celene terdiam. Wajahnya terlihat sedih. "Aku tidak pernah menjadi anggota terfavorit atau menjadi yang pertama. Di negara ini untuk debut secara solo sangat sulit jika kau tidak memiliki koneksi dan wajah yang cantik."
"Tidak ada yang mengataimu jelek."
"Memang tidak ada. Tapi aku pun tidak cantik."
"Jangan pernah mengatakan itu. Atau kau mau kusihir menjadi cantik?"
Celene tertawa, begitupun Vivian. "Kudengar kau yang terkadang membuat pembagian lagu untuk setiap anggota grup Dua dan mengatur posisi vokal yang pas untuk anggota lain."
"Yah setidaknya itu yang bisa kulakukan. Aku tidak begitu pandai menari. Tapi aku sangat suka bernyanyi."
"Lagu apa itu?" tanya Vivian sambil menunjuk kertas berisi partitur di atas bangku.
"Ini lagu yang harus grup Dua nyanyikan Sabtu depan."
Vivian mengambil kertas itu dan membacanya. Ada dua lagu yang harus ditampilkan berasarkan pilihan Coach. Lagu pertama Thank You for The Music yang rilis tahun 1977 oleh grup musik asal Swedia ABBA lalu lagu berbahasa Mandarin, Remember yang rilis tahun 2001 oleh trio S.H.E.
"Kedua lagu ini akan dibuat seperti apa?"
"Coach menyarankan versi akustiknya. Karena grup Satu akan menampilkan banyak tarian."
"Membosankan."
Celene memandang Vivian setengah takjub. "Kau ternyata orang yang jujur sekali ya."
"Bagaimana jika kita meminta Coach untuk mengganti lagunya? Kali ini kita akan melakukan tarian untuk keduanya."
Celene melongo. "Tapi..."
"Ayolah, Coach mempercayaimu untuk memimpin grup Dua. Aku yakin dia akan menyetujui ini."
Celene berpikir sejenak. Tak lama ia mengangguk. Dan sepanjang hari itu sibuk membuat konsep untuk penampilan grup Dua untuk hari Sabtu nanti.
...
..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivian Meyer
RomansaHidup Raymond Becker terasa gelap setelah mengetahui bahwa pengadilan telah melakukan kesalahan dengan menghukum mati Katya Van de Berg yang sebenarnya tidak bersalah. Setahun setelahnya dalam perjalanan menuju Alona, Raymond bertemu wanita yang mi...