.
..
...
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Katya mengerjap kaget ia mundur dan sedikit takut mendengar nada marah Raymond. Pria itu memandangnya dengan jijik. Katya bangun sambil mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Aku... kau yang..." lirihnya dengan terbata-bata.
"Cepat kenakan pakaianmu dan pergi dari sini! Kau terlihat murahan!"
Katya terlihat menarik napas terkejut. Mata gadis itu berkaca-kaca dan ia berbalik memunggungi Raymond yang terlihat juga sama kacaunya dengannya. Katya memunguti pakaiannya, Raymond mengamatinya dengan tajam bahkan ia dapat melihat tahi lalat cukup besar di punggungnya. Raymond mendengus gusar ketika Katya menghilang di balik pintu kamar mandinya.
Tak lama Katya sudah berpakaian lengkap dan tanpa mengatakan apa-apa gadis itu pergi. Raymond menendang selimutnya dengan gusar dan ia menyadari bercak darah yang menodai bedcover-nya lalu mengumpat. Raymond bergegas membersihkan diri dan keluar dari kamarnya.
Raymond melihat Amanda melipat tangan di depan dada seolah daritadi ia menunggu Raymond untuk keluar dari kamar. Raymond berusaha tak mengacuhkannya, tapi ia merasa tak enak dengan pandangan Amanda yang terlihat tidak bersahabat.
"Apa yang kau lakukan pada temanku?"
Raymond mengabaikannya dan mengambil sarapan yang sudah disiapkan Amanda. Tapi Amanda menarik piringnya dan menatapnya dengan pandangan menuntut. Raymond mendesah gusar.
"Jadi aku tidak boleh sarapan, begitu?"
"Apa yang kau lakukan pada Katya?"
"Bukankah sudah kukatakan padamu untuk menjauh darinya. Aku juga sudah bilang padamu untuk tidak mengundangnya kemari."
"Kenapa? Kau sepertinya tidak akan pulang semalam jadi aku mengundangnya kemari. Seharusnya malam tadi kami mengobrol sampai pagi."
"Kau bisa mengajak temanmu yang lain."
"Tapi tidak ada yang seperti Katya!"
"Ayolah Amanda, kau sudah dewasa. Jangan kekanak-kanakan seperti ini."
"Katakan itu pada dirimu sendiri. Jika terjadi sesuatu pada Katya, aku akan membencimu seumur hidupku."
Siapa sangka setelah hari itu ia tak kan bisa lagi bicara dengan Amanda dan juga Katya.
Raymond mengerjapkan matanya dan memandang tahi lalat di punggung Vivian saat wanita itu sedang memakai pakaian dalamnya. Raymond terbangun dengan tiba-tiba dan menangkap tangan Vivian yang sedang mengambil kemejanya.
"Kau mau kemana?"
"Tentu saja pulang."
Raymond menarik Vivian ke dalam pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di dada Vivian. Vivian memandang Raymond aneh. Hubungan mereka hanya satu malam dan Vivian tidak ingin melanjutkannya. Mereka berdua hanya orang asing yang kebetulan bertemu.
"Aku ingin kau tetap di sini."
"Maaf Raymond, tapi aku harus pulang."
"Biar kuantarkan."
"Tidak. Aku sudah memesan taksi dan aku harus segera pergi."
Raymond bergerak dengan cepat. Ia mengenakan celananya dan bergegas menuju pintu lalu menguncinya. Vivian memebelalakan matanya. Tiba-tiba ia merasa waspada dengan pria ini. Apa yang akan dilakukan pria ini padanya? Siapa pria ini? Pembunuh? Psikopat? Sosiopat? Vivian sudah pernah menghadapi berbagai macam pembunuh berdarah dingin. Tapi ia tidak tahu mengapa telah menurunkan kewaspadaannya untuk pria ini. Ia seolah-olah tahu dengan jelas bahwa pria ini tidak bermaksud jahat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vivian Meyer
RomansaHidup Raymond Becker terasa gelap setelah mengetahui bahwa pengadilan telah melakukan kesalahan dengan menghukum mati Katya Van de Berg yang sebenarnya tidak bersalah. Setahun setelahnya dalam perjalanan menuju Alona, Raymond bertemu wanita yang mi...