8 - Pembalasan

2.5K 308 12
                                    

.

..

...

"Aku akan kembali." Raymond mengatakan itu pada Vivian yang mengantarnya ke depan gerbang Audene.

Vivian bingung harus menanggapi apa. Ia tidak biasa diperlakukan istimewa seperti ini terlebih lagi pada pria yang baru dikenalnya. Pria itu hadir dan tiba-tiba saja seolah menjelma menjadi keluarganya dan juga kekasih yang begitu manis. Vivian mencoba meredakan debar jantungnya yang tak menentu sambil memandangi taksi yang kian menjauh.

Vivian berbalik dan mendapati mobil Josh yang berada di depan gerbang. Josh menjulurkan lehernya dan menyapa Vivian dengan ceria.

"Viv,"

"Hai Josh, ada pekerjaan huh?"

"Ya, klien lama yang kaya raya." Katanya dengan mengedipkan mata padanya. Vivian berlalu sambil tersenyum dan mobil Josh melaju keluar gerbang Audene.

...

Raymond disambut dengan hangat oleh Irina dan seperti biasanya Ivanna menampakan wajah bosan. Sepertinya Ivanna tidak bisa melupakan kesalahannya yang sempat tidak mempercayai Katya. Raymond dalam hati bertanya-tanya, apa yang terjadi jika ia membawa Vivian kemari? Mungkin Irina akan pingsan dan Rudolf akan percaya bahwa hantu itu ada.

Di antara keluarga Van de Berg ada seorang gadis yang dulu pernah dilihatnya hadir untuk memberikan doa untuk Katya. Gadis itu berambut hitam gelap dengan cat rambut pirang yang menghiasi bagian tengah ke bawah rambutnya. Model rambut yang sedang tren dengan sebutan highlight saat ini.

"Hai," sapanya sambil mendekati Raymond. "kau datang untuk memberi doa?"

Raymond tersenyum. "Aku bukan tipe orang yang gemar berdoa."

"Aku juga."

"Lalu apa yang kau lakukan di sini jika kau tidak berdoa?"

"Aku hanya berharap dapat bertemu dengan Katya."

Bahu Raymond sedikit menegang. Apa mungkin gadis ini tahu bahwa Katya masih hidup?

"Lalu, apa kau melihatnya?"

Gadis itu menggeleng. "Kucing. Sangat banyak. Entah berapa puluh kucing yang pernah diurus Katya dan Ivanna hingga memenuhi rumah ini."

Raymond sedikit tercengang mendengar ucapan gadis itu. Setahunya di sini hanya ada satu kucing Persian Blue bernama Bobby. Tak lama Ivanna memanggil gadis itu dan menawarinya pizza keju dengan topping jamur yang langsung dilahap gadis itu.

Suara riuh anak-anak Annastasia terdengar saat mereka berlari ke depan teras setelah mendengar suara mesin mobil masuk ke pekarangan rumah dan Ivanna mendekati Raymond dan berbisik. "Kau akan terkejut melihat siapa yang datang."

Raymond memandangnya sedikit penasaran. Tak lama Annastasia muncul dengan Pablo dan kedua putra mereka melompat-lompat di belakang dengan senang. Raymond mengeraskan rahangnya. Pria itu datang seolah tidak memiliki masalah apa pun. Irina terlihat sudah lupa akan masalah mereka dan menyambut Pablo. Raymond dalam hati merasa panas dan muak dengan situasi ini. Ia tahu kesalahan Josefina bukanlah salah Pablo, tapi mendengar cerita Katya dalam dokumenter yang dibuat Amanda membuatnya tak menyukai Pablo.

"Ada yang ingin kuumumkan, aku dan Annastasia akan kembali bersama." Katanya.

Dann yang berdiri di sudut ruangan seolah ingin muntah mendengarnya dan Ivanna mencengkeram gelasnya dengan kuat. "Jika Katya masih hidup dia tidak akan senang." bisik Ivanna.

Bel berdering. Ivanna meletakkan gelasnya dan pergi untuk membuka pintu. Tak lama wanita itu kembali dengan Josh yang menyeringai sambil memandang Raymond.

"Ah selamat siang, maaf mengganggu reuni keluarga ini." Kata Josh dengan ceria.

"Josh, ada apa ini?" tanya Irina.

Annastasia meminta pengasuh untuk membawa anak-anaknya ke kamar diikuti gadis tadi yang bicara dengan Raymond. Josh memperhatikan pengasuh itu hingga menghilang di tangga dan memulai tugasnya.

"Aku kemari ingin memberikan surat yang akan ditanda-tangani Annastasia."

Rudolf memandangnya tak mengerti. "Surat? Surat apalagi?"

"Surat pencabutan hak untuk Annastasia dan anak-anaknya."

"Apa? Mengapa itu terjadi? Annastasia tidak melakukan kesalahan apa pun." Seru Irina.

"Ah, tapi Katya tidak mengatakan seperti itu." Katanya. "Dalam surat wasiatnya, Katya memberikan hak pada Annastasia ketika dia sudah tidak memiliki hubungan apa pun dengan Mr. Romano, dan jika Miss Annastasia kembali rujuk dengan Mr. Romano, semua hak yang telah diberikan akan ditarik kembali."

Dann yang mendengar itu tak bisa menahan tawa. "Maaf Anna, aku tidak bermaksud menertawaimu."

"Kau tidak bisa melakukan itu!" seru Irina tak terima.

"Aku bisa, karena aku pengacara Katya dan dia sudah membayarku."

"Tapi itu untuk anak-anak Anna dan juga Anna."

"Tidak menutup kemungkinan Mr. Romano akan menggunakannya untuk bisnisnya yang sedang sulit saat ini."

"Jangan bicara sembarangan kau!" bentak Pablo.

"Bukan aku yang mengatakan, Katya yang mengatakannya." Balas Josh dengan cepat. "Katya adalah klienku, dan aku hanya menjalankan apa yang diperintahkannya. Bukankah sudah kukatakan sejak awal apa yang telah dipesankan Katya tidak bisa diganggu gugat."

"Anak itu sejak dulu tidak pernah menghargai kakaknya."

"Katya selalu menghargai kakaknya, tanya saja pada Ivanna." Kata Forrest agak tidak terima.

"Jadi, bisa kau tanda tangani ini?"

Annastasia mengambil berkas itu namun Irina merebut berkas itu. "Tidak adakah cara lain?"

"Sayangnya tidak ada. Dan tidak ada celah sedikitpun untuk Annastasia berhak mendapatkannya."

Irina terdiam dan duduk. Dann cepat-cepat menuang teh dalam teko dan menyodorkannya pada Irina. Irina memandang Dann dengan pandangan bahwa ia sedang tidak ingin minum. Membuat pemuda itu menelan ludah dan meletakan cangkir teh di meja.

"Aku tahu Katya, Mom. Seharusnya Pablo tidak mengatakan apa pun pada Katya, lihatlah sekarang Anna yang terkena dampaknya." kata Dann menanggapi keheningan yang sangat tidak menyenangkan itu.

Irina terdiam. Ia beranjak pergi ke kamarnya dan tak lama Rudolf menyusulnya. Dann tak bisa menahan tawanya sedangkan Ivanna tersenyum puas.

"Katya memang sejak dulu tidak pernah menghargai orang lain. Lihatlah apa yang dilakukan adikmu padamu." Kata Pablo dengan keras.

"Itu hak Katya. Katya bekerja untuk dirinya dan keluarganya. Aku sudah mengatakan padamu, jangan menasehati Katya dan menuduhnya macam-macam karena dia akan membalas. Lihatlah sekarang!" balas Annastasia.

"Anak sialan!" Pablo membanting gelasnya dan menghampiri perapian dengan langkah lebar. Forrest baru saja akan mencegah, namun ia terlambat. Mereka semua melihat Pablo meraih guci keramik berisi abu Katya dan menghantamkannya ke lantai. Pablo baru saja akan menarik foto Katya yang tersenyum di hari wisudanya hanya saja Raymond sudah lebih dulu menariknya.

"Aku tak akan membiarkanmu menyentuh Katya-ku!" geram Raymond dengan pandangan menyala penuh amarah.

"Ada apa ini?" Irina dan Rudolf muncul setelah mendengar keributan itu.

"Pablo menghancurkan guci Katya, Mom." Kata Ivanna dengan tenang.

Irina menatap lantai yang penuh abu di ruang tengah itu dengan nanar. "Katya..." lirihnya. Ia lalu memandang Pablo penuh amarah. "Keluar! Keluar kau dari rumahku!"

...

..

Vivian MeyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang