Bab 2 - Onde-onde

374 64 69
                                    

"Eh buset, udah mau ditutup aja!"

"Makanya lari yang bener, Sami'un. Kita masih bisa ngejar gerbang!"

"Bukan gerbang yang kita kejar, Samsudin. Tapi waktu! Noh liat, itu anak osis udah jaga aja kayak satpam kompleks."

"Iya, ih. Pada songong banget mukanya, malesin."

Ayesha menggeleng-gelengkan kepala mendengar gerutuan tiga orang kakak kelas cowok yang berlari di sebelahnya. Ia ragu ketiganya itu bergender laki-laki. Secara, mulutnya cerewet sekali menyerupai perempuan. Padahal dia sendiri pun tidak begitu.

"Dasar, human," gumam Ayesha melanjutkan larinya yang tidak khusyuk.

Ayesha melirik sekilas arloji di tangan kirinya, baru pukul 06:43. Itu artinya masih ada waktu dua menit lagi bagi Ayesha untuk menambah kecepatan berlarinya. Gerbang sekolah akan ditutup pada pukul 06:45, dan Ayesha bersyukur jarak rumahnya dan sekolah hanya berkisar 1 KM saja. Rumah Ayesha terletak tak jauh dari parkiran sekolah, jadi seharusnya ia tak perlu merisaukan perihal datang terlambat. Tapi karena melihat murid-murid lain yang sudah kalang-kabut, mau tak mau ia juga ikut tancap gas dan mengebut.

"Ayo, ayo, waktunya tinggal 30 detik lagi! Itu kamu yang pake kacamata, cepetan larinya! Kamu gorbon, jangan malas dong! Saya akan menghitung 10 detik terakhir setelah ini, kalau ada yang masih belum masuk, terpaksa saya serahkan pada Bu Ria!" Seorang siswa berpakaian rapi berkacak pinggang di depan gerbang sekolah. Ia bersorak kencang dengan raut muka yang luarbiasa kesal. Ayesha mengenali cowok itu, dia Bara, mantan ketua  di sekolahnya.

Sejujurnya, dulu Ayesha sempat mengagumi dia. Walau bagaimanapun, ia selalu tertarik pada cowok yang berperangai tegas. Apalagi si Bara itu dikenal karena kejudesannya menghadapi adik-adik kelas. Sayang dia terlalu sulit untuk digapai. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa dia adalah kakak kandung dari salah satu temannya. Ayesha semakin yakin untuk mundur karena merasa tak enak dengan Jeslyn.

Waktu berjalan sangat cepat, dan Ayesha sudah akan mencapai tujuannya. Ia menambah skil berlarinya yang tidak bobrok-bobrok amat, lalu menyelip di antara kerumunan orang. Kini ia sudah bergabung dengan kakak-kakak kelas dua belas dan sejumlah adik kelas yang berdesakkan ingin memasuki gerbang. Ayesha sesungguhnya tidak pernah menyukai keramaian, malah ia membencinya. Namun saat ini situasinya benar-benar memaksa, dan ia dibuat tidak berdaya.

Persetan dengan keadaan. Ayesha hanya menginginkan dirinya terbebas dari hukuman.

5 langkah lagi dan semuanya bakal beres, batin Ayesha berusaha tenang.

Ia menunggu giliran masuk dengan perasaan tak nyaman. Berkali-kali ia mengamati orang-orang di sekitarnya, tapi tak ada yang ia kenal. Maklum, Ayesha memiliki jangkauan sempit dalam urusan relasi atau pertemanan di sekolah.

Ayesha menahan napas jengah ketika Bara mulai berceloteh pedas meningkahi seorang siswi yang mengantre tepat di depannya. Bukan apa-apa, hal itu malah akan memperlambat prosedur pembelajaran siswa. Jika siswa yang terlambat ditanggapi dengan bertele-tele seperti ini, maka dia akan kehilangan sebagian waktunya untuk masuk ke kelas dan mengikuti proses KBM yang mungkin sudah berlangsung.

"Kalo mau ngehukum, ya udah, lakuin secepatnya. Gak usah pake acara ditahan-tahan kayak gini segala. Makan waktu aja, anjir. Dasar gak guna!" gerutu Ayesha dalam hati--tentu saja--dia tidak mungkin mengatakannya langsung di hadapan Bara.

STAND BY ME : The Bestie Story [Reborn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang