Bab 13 - Pesan

156 31 199
                                    

Sesampainya di rumah, Ayesha langsung bergegas menuju kamarnya. Mengabaikan Papanya yang tengah menonton televisi di ruang keluarga, demi menghindari percakapan--yang mungkin--akan terjadi di antara mereka.

Entah kenapa sekarang ini Papanya itu malah betah tinggal di rumah.

Ayesha mendengkus pelan setelah melirik jam dinding di kamarnya. Pantas Mamanya belum pulang, ternyata baru jam 2 siang. Jam kerja Mamanya di restoran berkisar antara 06:50-17:00 wib. Ayesha melempar tas ranselnya ke atas kasur dan mengganti seragamnya dengan cepat.

Setelah membalut tubuhnya dengan kaus hitam nyaman, Ayesha merebahkan diri dan memosisikan kepalanya di atas bantal. Tas ransel berada tepat di sampingnya, tiba-tiba saja Ayesha teringat kotak kecil panjang pemberian Rana. Pagi tadi ketika ia berniat untuk memeriksa, Bu Hanna datang dan mengisi pelajaran pertama. Alhasil ia jadi lupa.

"Gue masukin ke tas, kan?" tanya Ayesha pada diri sendiri. Cepat-cepat ia bangkit dan segera meraih tas ranselnya. "Perasaan gue selipin di--nah! Ini dia!"

Ayesha menyeringai bangga begitu mendapati apa yang dicarinya ternyata terselip di bagian saku ranselnya.

Tak mau menunggu lebih lama, kali ini Ayesha lekas-lekas membuka bungkusan luarnya. Kotak kecil panjang itu disampul oleh plastik hitam, dan ia baru saja merobek plastik itu dengan tidak sabaran.

Sebuah cokelat?

Ayesha mengernyit, merasa heran, tentu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayesha mengernyit, merasa heran, tentu saja. Untuk apa seseorang mengiriminya sebuah cokelat? Bukankah Hari Valentine masih sebulan lagi? Tak ada gunanya memberi cokelat di bulan Januari, kecuali memang ada maksud tertentu--yang terkesan sangat pribadi.

Mulanya Ayesha berpikir untuk tidak peduli, tapi dentingan ponsel yang menandakan ada pesan masuk membuatnya semakin mengerutkan dahi.

Suka?

"Hah?" gumam Ayesha spontan. Matanya menyipit memerhatikan nomor asing yang baru masuk di beranda WhatsApp-nya. "Siapa nih?" Ia menekan fitur profil dan seketika terbalaslah sudah rasa penasarannya.

Ada bagian lain dalam diri Ayesha yang mengatakan, "Enggak! Itu bukan dia!". Tapi pikirannya bersikeras memberitahu, "Iya! Tentu saja itu dia! Balas pesannya sekarang juga!". Jujur Ayesha pusing, bisikan batin dan pikiran memang selalu bersebarangan. Ayesha tidak tahu yang dilakukannya salah atau benar, tapi jari-jarinya sudah terlanjur mengetikkan balasan. Setidaknya ia perlu memastikan sendiri, bukan?

Ini siapa?

Seolah tidak membiarkan Ayesha menunggu, pesan baru datang secepat kilat dari nomor itu.

Rellyzio

"Anjir! Bener kan dugaan gue!" Mata Ayesha membeliak sempurna. "Tapi... dia bisa dapet nomor gue dari mana?" Ayesha bergegas membalas untuk menuntut penjelasan dari cowok itu.

STAND BY ME : The Bestie Story [Reborn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang