Bab 3 - Seblak Talk

334 57 71
                                    

Ayesha berjalan bersebelahan dengan Rellyzio--si cowok menyebalkan--menuju ruang kelas masing-masing. Setelah kejadian terjerembap di hadapan Bara, Ayesha merasa dirinya seolah ternodai oleh kotoran domba. Ia benar-benar malu. Setelah ini, Ayesha tak akan berani mencuri-curi pandang pada Bara yang sedang berolahraga di lapangan utama, tidak bisa berleluasa mengamatinya yang tengah tertawa, atau bahkan yang terburuk; dia tidak mungkin berhadapan lagi dengannya. Semua kemungkinan itu menghantui benak Ayesha. Dan itu terjadi semata-mata karena Rellyzio! Dia berhasil membuat Ayesha kehilangan harga dirinya. Tersungkur di depan mantan gebetan? Yang benar saja!

Rellyzio berbelok memasuki ruang kelas dengan plang kecil yang memuat tulisan: XI IPA 1. Diam-diam Ayesha bersyukur tak sekelas dengan Rellyzio. Sebenarnya dia sudah mengenal cowok itu sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, tapi baru tahu kalau Rellyzio ternyata memiliki sisi lain yang sangat menyebalkan. Dulu ia juga mengira Rellyzio adalah sosok cowok yang ramah, maka tak heran bila cewek-cewek mengantre untuk menjadi kekasihnya. Tapi dia salah besar. Cowok itu benar-benar durjana! Cuma cewek sinting yang mengidam-ngidamkannya.

Ayesha jadi teringat kembali muka songong Rellyzio yang enggan meminta maaf padanya. Bahkan mereka terus berseteru di hadapan semua siswa, dan tak memperdulikan keberadaan Bara. Ada sekiranya 15 menit terlewatkan, baru kemudian penjaga sekolah tiba untuk melerai perdebatan mereka berdua. Dan Bara menyuruh Ayesha pergi ke UKS ditemani Rellyzio. Di satu sisi Ayesha merasa senang, karena itu berarti ia baru saja terbebas dari hukuman menghapal ayat-ayat Alquran. Sementara di sisi lain ia menyesal, Ayesha merasa bersalah ketika mendapati Bara dalam ekspresi datar.

Dia pasti marah, dia pasti marah. Ayesha menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Eh, tapi bodoamat. Ngapain juga gue mikirin Kak Bara? Dia, kan, bukan siapa-siapanya gue." Ayesha menyadarkan diri sendiri dengan menepuk-nepuk pipinya.

Ia bergegas masuk ke kelasnya dan mendapati suasana di ruangan itu ramai. Ayesha bersyukur sepenuh hati, ternyata kelasnya sedang free. Tak ada guru yang mengajar saat Ayesha memindai meja guru di pojok kanan ruang kelas. Akhirnya dia bisa merilekskan diri tanpa harus merisaukan mata pelajaran.

Ayesha duduk di bangku paling belakang, bersama Jeslyn--cewek paling jangkung di kelas, sekaligus paling digemari para cowok karena parasnya yang enak dipandang.

"Oi, suram amat muka lo," tegur Jeslyn, menepuk pundak Ayesha.

"Kesel gue."

"Kenapa? Disuruh Mama Tita nyusuin anak domba?"

'PLETAK!'

"Sembarangan lo kalo ngomong, Jenap!" seru Ayesha setelah mendaratkan satu jitakan keras di kepala Jeslyn.

"Bangke! Gue kan cuma nebak."

Ayesha mendengus sinis lalu memalingkan muka. Saat ekor matanya menatap ke depan, ia menjumpai Bian dan Juan--si kembar tak seiras di kelasnya--yang sedang adu panco. Beberapa siswa mengerumuni mereka seraya bersorak-sorai gregetan. Ayesha berani bertaruh Bian yang akan menang. Karena setahunya, Bian adalah anggota klub olahraga di pusat gym dekat sekolah. Sedangkan Juan? Ah, jangan ditanya. Dia bahkan mendapat julukan 'Pinky Boy' dari anak-anak sekelas.

"Menurut lo siapa yang bakal menang?" celetuk Ayesha. Jeslyn yang mendengarnya lantas menyahut, "Apaan? Pilpres?"

"Bukan, bego! Itu liat!" Ayesha menunjuk ke arah depan, Jeslyn baru paham ketika sepasang matanya menemukan dua sosok mahluk astral; Bian dan Juan. "Oh itu... kayaknya Juan, deh."

"Hah? Gak salah lo bilang gitu?"

Jeslyn menggeleng. "Juan lebih kuat daripada Bian."

"Kuat gimana maksud lo?"

STAND BY ME : The Bestie Story [Reborn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang