Chapter 2

79 16 9
                                    

As long as you are with me, you'll be safe.
-Kevin Blanchard

💕💕💕

Emma sedang berjalan di lorong koridor sekolahnya. Ia berjalan menuju lokernya untuk memgembalikan beberapa buku yang sedang dipegangnya sekarang.

"Ah, lihat, gadis kotor lewat," ucap seorang siswi. "Awas, minggir, nanti ketularan kotor lo," kata seorang yg lainnya.

Emma sudah bosan mendengar semua itu. Akhirnya ia menyumpal telinganya dengar earphone memutar lagu cukup kencang. Karena terlalu asik mendengarkan musik, tanpa disadari *BUGH*
Emma terjatuh, bukunya semua jatuh berserakan. "Makanya, jalan tu pake mata! Dasar bocah tengil!" Ucap orang yang menabrak tadi. Tak lain ialah Roy. Emma sudah muak, ia bangkit berdiri dan berkata, "Jadi orang kok bodo sih, mana ada orang jalan pake mata! Dimana-mana orang jalan juga pake kaki, bukan mata!"

Roy membalikkan badan, merasa terganggu dengan Emma. Mendatangi Emma dan mencengkeram kerah seragam Emma dengan kasar.

Roy menatap Emma dengan tatapan penuh kebencian. Ia menggeram kesal, "Kau!" Katanya menggantung. "BERANINYA!" Teriak Roy tepat di telinga Emma.

Emma meringis, karena barusan itu sangat kencang. Roy mengencangkan cemkeramannya, dan itu membuat Emma sekarang sulit bernapas.

"Ekh, t-to l-long le-pas k-kan," ucap Emma susah payah. "Ekkhh, ah, k-ku mo-mohon," katanya lagi. Emma sudah tidak bisa bernapas lagi, ia merasakan pandangan nya menjadi buram dan gelap.

Lalu ada seorang siswa datang, dan langsung memukul wajah Roy. Tepatnya di pipinya. Reflek, Roy melepaskan cengkeramannya. Ia terlempar beberapa langkah ke belakang. Dan Emma langsung terjatuh tertunduk dilantai.

Siswa itu berkata dengan tegas pada Roy, "Kau! Jangan pernah ganggu dia lagi!"

Roy tertawa, "Haha, memangnya hubunganmu apa dengan dia, Hah?!"

"Itu bukan urusanmu!" Kata siswa itu.

Lalu ia langsung menggendong Emma dengan gendongan ala bridal style, dan segera membawanya ke UKS. Siswa itu melihat Emma. Ia masih terbatuk-batuk karena tadi. Bibirnya pucat, tubuhnya juga lemah, ia juga terlihat lelah.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Siswa itu. Emma menggeleng. "Bertahanlah," katanya. Lalu ia mempercepat langkah kakinya menuju UKS

Ketika sampai di UKS, Siswa itu langsung membaringkan Emma di kasur yang ada di situ.

Emma hanya bisa berdiam diri di atas kasur itu. Ia masih terengah-engah karena tadi. Emma merasa bahwa tenggorokannya tercekat. Tidak bisa mengeluarkan sepatah kata.

Kemudian cowok itu mengambil baskom, lalu mengisinya dengan air hangat. Lalu ia mencelupkan kain ke dalam air itu, lalu memerasnya. Dan mengompres dahi Emma.

Emma memerjap. Kenapa dia bisa begitu baik padaku? Batinnya.

"Tidurlah, tunggu sampai tenagamu pulih, aku akan pergi dulu," kata cowok itu.

Emma mengangguk kecil, lalu menutup matanya. Dan tak lama setelah itu, Emma telah mengunjungi alam mimpi yang indah.

💕💕💕

Emma membuka matanya, dan yang pertama kali dilihatnya adalah cowok itu lagi. Ia sedang tersenyum padanya.

"Sudah bangun? Tidurmu lama ya," katanya.

"Bukankah kau bilang, kamu tadi akan pergi?" Tanya Emma sambil ia mengubah posisinya menjadi duduk.

"Ya, memang. Tapi aku kembali untuk mengganti kompres mu,"katanya dengan senyum yang hangat. Hangat bagaikan matahari pagi yang menyinari Bumi. Itulah yang rasakan Emma sekarang.

Emma menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah yang ada di pipinya sekarang. Tapi selang beberapa detik ia menegakkan kepala dengan cepat.

Emma menoleh ke cowok itu dan berkata, "Ini jam berapa? Berapa lama aku amsudah tertidur?" Ada kepanikan dibalik suaranya Emma.

Cowok itu melihat jam tangan berwarna hitam dan silver itu. "Ini pukul tiga sore, kau tertidur selama hampir 4 jam," katanya.

Emma membelalakkan matanya, dan segera menyibak kan selimut yang ada dikakinya, serta memakai kaos kaki dan sepatunya.

"Kenapa terburu-buru? Ada masalah?" Tanya cowok itu.

"Ah, yang benar saja, aku pasti sudah dijemput. Jam belajar kan sudah selesai satu jam yang lalu!"

"Tenang, aku sudah telpon pada ibumu kalau kau masih di UKS, tidur. Jadi aku bilang padanya kalau kau pulang terlambat."

Tunggu. Apa? Kok dia tau ibuku? Menelpon katanya? Tau dari nama nomor mamaku? Batin Emma

"Kau.." Emma menggantung kalimatnya. "Hm? Apa?" Tanya cowok itu. Emma menggelengkan kepalanya, "No, nothing," katanya. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya hal itu.
"Well, OK. Let's go home," kata cowok  itu. Hal itu sukses membuat Emma mengerutkan dahinya. Ia memandang cowok itu dengan tatapan penuh tanya. Cowok itu menyadarinya. "Ehm, I mean, aku akan mengantarmu pulang."

"Ahaha, no need. Aku bisa jalan sendiri," balas Emma.

"Come on! Aku memaksa," katamya dengan senyum itu.

Ah, lagi-lagi senyum itu, batin Emma.

"Fine," ucap Emma pasrah.

Lalu mereka berdua jalan ke parkiran motor. Lalu cowok itu menaiki mogenya yang tinggi. "Ayo naik! Tunggu apa lagi."

"Ketinggian, gak nyampe," kata Emma. Cowok itu tertawa, lalu turun dari motornya. "Hahah, I'll help you," katanya. Dan motornya melaju, menuju rumah Emma.

Selama perjalanan, mereka tidak ngobrol sama sekali. Emma hanya sekali-kali membuka mulutnya untuk menunjukan jalannya. Tapi itu hanyalah perjalanan yang singkat, karena rumah Emma dekat dengan sekolah.

Dan sampailah di rumah Emma, Jalan Borealis nomor 3. Rumah yang sederhana dan tua.

"Sudah, disini saja," kata Emma lalu turun dari motor.

"Thank you. Thanks alot!" Kata Emma menunjukan senyumnya. Cowok itu hanya mengangguk. "Aku langsung ya!" Katanya. Emma mengangguk juga.

Lalu cowok itu memutar motornya, sedangkan Emma berjalan mau masuk ke rumahnya. Tiba Emma menghentikan langkahnya. Ia teringat sesuatu dan berbalik. Emma berteriak, "WHAT'S YOUR NAME?"

Cowok itu membuka helmnya dan berkata, "Kevin. Kevin Blanchard!"

"AKU EMMA, EMMA SHEREN!"

"Aku sudah tau," kata Kevin. Emma hanya nyengir. "Bye!" Pamit Kevin melambaikan tangannya lalu melaju.

Emma juga melambaikan tangganya. Ia memandang punggung Kevin hingga ia membelok, dan tidak terlihat lagi. Emma memasuki rumahnya. Hmm, Kevin ya? Dia baik, batin Emma.

Emma memasuki rumahnya dengan tersenyum.

____________________________

Hellow"
Disini aku sengaja kasih dialog yang ada inggrisnya, kan soalnya mereka tinggal di Inggris kan..

Kalo kalian suka sama ceritaku ini jangan lupa vote and comment. Karena itu menentukan bakal next lagi atau gak. Itu motivationku untuk terus buat cerita ini. Wkwkw

Thank you!
-shien.

Not a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang