Chapter 4

48 14 0
                                    

Emma PoV

Tempat ini gelap. Benar-benar gelap. Tidak ada siapa pun. Apakah.. aku telah mati?! Tunggu-tunggu, ini tidak mungkin. Mana mungkin aku mati. Kemarin aku.. ARGHHH.. pusing. Aku tidak bisa mengingatnya.

Tunggu, aku mendengar suara. Sangat samar. Apa katanya tadi? Seperti 'ses' (?)

"Princess?"

Oh, itu katanya. Tapi kenapa Princess ya? "Princess! Please wake up!"
Kata itu lagi. Tapi kali ini dengan isakan (?) Dan aku merasa ada seperti air jatuh (?) Entahlah. Tapi disini masih sangatlah gelap. Dan aku tak tahu dari mana suara-suara itu datang.

"C'mon, Princess. Please! Wake up!"

Kali ini suaranya sangat jelas. Dan benar, ada seseorang yang menangisi 'princess' itu. Dari suaranya sih, dia perempuan.

"Pleasee~ wake up~"

Suaranya melemah, seperti tiada harapan lagi. Tapi aku jadi melihat setitik cahaya. Dan itu membuatku senang, lalu aku mendekati titik cahaya itu. Semakin besar, dan besar, dan sangat silau.

💕💕💕

Aku membuka mataku perlahan. Melihat langit-langit rumah yang berwarna coklat muda keemasan, dengan motif-motif  dan ada lukisan disitu. Entah lukisan apa aku pun tak tahu.

Tiba-tiba ada wajah seseorang tepat di depan wajahku. Ia tersenyum bahagia dan langsung memelukku. "OH MY GOSH! FINALLY, YOU'RE WAKE UP!" Aku bingung, kenapa gadis inu bisa sesenang ini? Lalu gadis itu melepas pelukkannya dan bertanya, "Apakah kau baik-baik saja, Princess?"

Hah? Princess? Kenapa dia memanggilku dengan itu. Itu mdmbuatku semakin bingung. Aku tidak menjawabnya, hanya menaikan salah satu alisku dan menatap dia dengan tatapan bertanya.

"Ada apa?" Tanyanya lagi.

"Kamu siapa?" Tanyaku.

Gadis itu malah tertawa terbahak-bahak. Kemudian langsung berhenti seperti menyadari sesuatu. Lalu ia tertawa lagi tapi ini hanya pelan. Aneh dia, batinku.

"Ah, Kakak ini aneh-aneh saja. Masa tidak tahu sama adik sendiri?" Kata gadis itu -yang mengaku sebagai adikku- dengan terkekeh.

"Aku punya adik? Aku kan anak tunggal," jawabku dengan polos.

"Kak, kakak jangan pura-pura enggak inget sama adik sendiri dong. Segitunya masa sama adik sendiri. Menyebalkan," katanya dengan menyilangkan tangannya, bibirnya manyun.

"Ini dimana?" Tanyaku.

"Di rumah lah! Ini kamarku. Aku juga heran melihat kakak pingsan di kamar ku."

Apa katanya? Aku pingsan? Dan ini rumahku? Tidak mungkin, rumahku tak mungkin seperti istana raja.

Aku langsung bangkit dan berlari keluar dari kamar 'adikku' itu mencari jalan keluar. Pintu keluar 'rumah' yang seperti istana ini. Ketika aku keluar banyak orang-orang yang berseragam seperti penjaga memandangiku dengan heran. Ada pula Bibi-bibi yang sedang membersihkan ruangan berteriak padaku, "Jangan lari, Tuan Putri!" Ah,  tapi aku menghiraukannya.

Dan 'adikku' yang sedari tadi ternyata mengikutiku berlari ia juga berteriak, "Kakak! Hei, Tunggu, Kakak mau kemana?!"

"Aku ingin keluar dari sini!" Jawabku.

"Tapi, Kakak tidak bisa! Tidak boleh! Nanti Papa marah!" Teriaknya lagi, lalu ia berhenti berlari. Napasnya terengah-engah, sepertinya dia sudah lelah.

Not a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang