Chapter 10

35 5 0
                                        

"Wow," kata Emma.

So salty.

"How is it? Is it good?" Tanya Kevin melihat muka Emma yanh tidak meyakinkan itu.

"Not bad," ujar Emma sambil memasukan makanan itu ke dalam mulutnya lagi. "Beneran? Nggak terlalu asin?" Tanya Kevin lagi. "Ya sedikit." Dustanya dan mengusahakan seulas senyum agar terlihat tulus dan meyakinkan.

"Kalau tidak enak, bilang saja atau tidak usah dimakan," sinis Kevin melihat Emma yang terlihat menderita makan makanan buatannya.

Emma nyengir, "Terlalu asin sih. Tapi masih bisa dimakan kok!" Katanya.

"Sudah kudugong! Pasti terlalu asin," ujar Kevin memukul tangannya sendiri.

"Ngga apa-apa kok. By the way, kenapa kamu tiba-tiba masak sendiri? Perasaan kamu bukan tipe orang yang suka masak," tanya Emma.

Kevin tersenyum kaku dan menggaruk tengkuk kepalanya dan berkata, "Katanya orang sih, cowok yang bisa masak itu idaman. Jadi kemarin iseng aja lihat video masak-masak di Youtube, terus coba kupraktikkan. Tapi sepertinya aku memang gak bakat masak deh."

Emma terkekeh mendengar cerita Kevin. "Bahannya kamu juga beli sendiri?"

Kevin mengangguk. "Tapi agak susah, habis aku gatau dimana letak-letaknya kalau di supermarket," katanya.

"Kapan-kapan masak bareng yuk! Nanti aku temani beli bahannya juga," usul Emma. "Wah, boleh tuh! Aku ingin mencoba masakan buatanmu!" Ujar Kevin mantap dan antusias. Emma mengangguk mantap. Kemudian mereka fokus pada makanan masing-masing dan melahapnya hingga habis walau terlalu asin. Minum Emma juga sudah tinggal seperempat botol, karena minum terus saat makan.

"Ah, kenyangnya! Terima kasih ya atas makanannya!" Seru Emma. Kalimat itu membuat perut Kevin terasa banyak kupu-kupu berterbangan disana.

💕💕💕

Pembelajaran hari ini sudah selesai. Emma cukup lelah dengan pembelajaran hari ini, jadi ia ingin segera pulang dan istirahat.

Emma membuka lokernya dan hendak mengembalikan buku-bukunya. Ada orang yang diam-diam datang dan bersembunyi dibalik pintu loker Emma tanpa sepengetahuan Emma. Lalu ketika Emma menutup pintu lokernya ia melihat wajah orang itu. Lantas dia cukup kaget ada seorang lelaki disitu. Kurasa kalian bisa menebak siapa dirinya.

"Sudah mau pulang?" Tanya Kevin. Dijawab dengan anggukan lesu oleh Emma. Kelopak mata Emma sudah tidak bisa berkedip dengan cepat. Ia mengantuk sekali sekarang.

"Ngantuk banget ya?"

Emma mengangguk lagi.

"Yuk, kuantar pulang. Nanti kamu jalannya pasti sempoyongan kalau ngantuk begini. Bahaya. Nanti juga bisa diculik loh!"

"Engga usah. Gapapa kok," sanggah Emma. "Ah, sudah jangan menolak lagi. Ayo!"

Kevin menarik tangan Emma. Kevin berjalan dengan cepat dan langkah yang besar, membuat Emma kewalahan menyamainya. Apalagi dengan kondinsi yang mengantuk.

"Emh.. Kevin, pelan-pelan!"

Bukannya Kevin melambat tapi dia malah berhenti. Emma jadi menabrak punggungnya yang besar itu. Lalu Kevin melepas genggaman tangannya lalu berbalik. Tangannya masuk ke bawah lutut Emma dan tangan satunya lagi menopang tubuh Emma. Dengan sigap Kevin menggendong Emma ala bridal style.

Padahal mereka masih berada di koridor sekolah. Jadi ada beberapa murid yang melihat peristiwa bridal style itu. Pasti besok itu akan jadi hot news.

"KEVIN! TURUNIN!" pekik Emma. Tapi Kevin tidak mendengar sama sekali. Ia tetap menggendong Emma sampai ke parkiran motor.

Dan sampailah mereka di parkiran. Kevin juga langsung menaikkan Emma ke motornya. Lalu mereka berangkat menuju rumah Emma.

Perjalanan mereka singkat. Hanya butuh sekitar dua menit saja, sudah sampai di depan rumah Emma. Emma langsung turun dari motor.

"Terima kasih ya, aku langsung masuk," ucap Emma. Kevin mengangguk.

Dari dalam. Lily, mama Emma, mendengar ada suara deru motor di luar rumahnya. Mungkin ada orang di luar, jadi ia pergi keluar untuk mengecek.

"Hai, Sayang!" Sapa Lily ketika melihat anaknya sudah pulang. "Hai, Ma!" Sapa Emma balik.

"Loh? Kok ajak pacar ganteng gak bilang-bilang Mama?"

"Ah, Mama, dia cuman temen kok dia juga cuman anter kok," ucap Emma agak gugup, karena ia tahu mungkin mamanya akan berbuat sesuatu yang tak terduga. "Ah, temen apa temen? Masa sampe anter-anter ke rumah," goda mamanya.

"Ma, aku masuk duluan ya, capek." Kata Emma. Ia malas jika harus berada disini. "Mana sopan santunmu? Kita ada tamu, nanti saja tidurnya," kata Lily pada Emma. Emma mencibir.

"Maaf ya, Nak..?"

"Oh, Kevin." Jawabnya.

"Oh, ya, maaf ya Kevin, Emma memang sering begitu," kata mamanya.

"Gapapa kok, Aunty."

"Eh, Kevin, kamu belum makan malam kan?"

"Belum, Aunty," jawab Kevin sambil nyengir.

"Makan yuk sama kita. Ini Aunty juga habis selesai masak,"

Kevin sedikit terkejut. Ia ingin sih, tapi juga ada bagian dari dirinya yang ingin menolak. Takut merepotkan, pikirnya. "Engga usah, Aunty. Nanti merepotkan," tolak Kevin.

"Gapapa. Biar makanannya cepet abis juga. Yuk, masuk!" Ajak Lily sembari menarik Kevin masuk ke dalam rumah. "Eeh, iya deh, Aunty," kata Kevin. Saat ditarik Kevin melihat ke arah Emma dengan tatapan mata yang sulit diartikan menurut Emma.

Emma tahu, mamanya pasti akan begitu. Ia hanya bisa menghela napas gusar dan mengikuti mereka masuk ke dalam.

Dengan bibir manyun dan ekspresi sedih Emma melirih, "Bye bye tidur."

_____________________________

Hai" smua! Akhirnya ya up lagi. Aku upnya lama bgt ya v; maaf kan to. Jadi tu ya aku pengen cerita dikit. Sebenernya ak tu udah buat cerita ini di notes aku. Eh waktu kmrn senin mau pindah ke wattpad aku bukannya mencet copy tapi pencet cut. CUT GUYS! ILANG SEMUA :") dan ga ada undo lgi. Yodah terpaksa nulis lagi dari awal.
Tapi kan thor udh tau ceritanya harusnya ngetiknya cepet dong? Masa sampe 2 hari?
Yah maaf kan author klo itu. Udah sekolah nih v: pulang sekolah jam 3 trs ngantuk biasanya tidur dlu nah bru buka hape dan segala macem.
Hehe semoga kalian tetep enjoy sama ceritanya ya!

Babay! Me lop u my readers!! 💕
-shien.

Not a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang