Kini, ada tiga orang yang duduk di meja makan. Tentu saja Emma, Lily, dan Kevin. Tadi Kevin pasrah ditarik masuk oleh mamanya Emma. Kevin benar-benar tidak membantah seperti sebelumnya.
Kini ada nasi putih hangat dan hot pot besar, yang terbelah jadi dua di hada-pan mereka. Yang satu berisi sup biasa dan satunya berisi kuah tom yam. Di dalamnya ada berbagai macam sayuran, seperti sawi, wortel, jamur enoki, kemudian ada banyak bakso ikan, sapi, lobster, ikan dori fillet, udang, ayam fillet, ham, fish cake, dan sebagainya. Ada gelembung-gelembung yang meletus, asap dan bau khas tom yam, bawang putih, serai, yang sedap itu menyeruak memenuhi rumah kecil itu.
Kevin dan Emma menyodorkan mangkuk mereka supaya diisi oleh Lily. Kemudian Lily, mengambilkan sebuah bakso sapi untuk Kevin. "Ini nih, ambil ya, Nak," ucap Lily. "Terima kasih, Aunty," kata Kevin sambil menganggukan kepala. Lily mengam-bil lagi sebuah udang. Yes, untukku, untukku, untukku! Seru Emma dalam hati. Jadi dia memajukan mangkuk-nya. Tapi udang itu malah masuk ke mangkuk Kevin. "Ini, ini, makan yang banyak ya, Kevin," kata Lily lagi. "Ooh, ya, Aunty," kata Kevin sambil terse-nyum tipis. Emma memanyunkan bi-birnya. Isoke, masih banyak udangnya.
Lily mengambil lagi sayur dan fish cake. Emma memajukan lagi mang-kuknya supaya diisi oleh mamanya itu. "Ini, ini, ayo makanlah!" Kata Lily yang memberikan itu pada Kevin lagi. Emma mendengus kesal. Ia tidak percaya ini. Ia diabaikan begitu saja. "Ah, Jinja, Eomma?! Kok Kevin doang yang dikasi terus, enak-enak lagi. Masa aku yang anaknya sendiri gak dikasi apa-apa? Liat nih, masih kosong," gerutu Emma, ia memperlihatkan mangkuknya yang masih kosong itu sambil memanyun-kan bibirnya lagi.
Keduanya tertawa, lalu Kevin langsung memberikan salah satu miliknya pada Emma. "Sudah-sudah, jangan ngambek. Nih," katanya. Emma hanya melirik pura-pura masih marah, sesekali dia tersenyum tipis, tapi langsung kembali ke ekspresi marah karena dia sekarang sedang berpura-pura marah. Lalu Emma melahap makanannya, dan mengam-bil sayur-sayuran. Begitupun dengan Kevin dan Lily, mereka semua mela-hap makanan itu dengan antusias.
💕💕💕
"Terima kasih, ya, atas makanannya, Ems, Aunty," katanya dengan sangat sopan. "Saya mau pulang dulu ya," pamitnya dengan senyuman khas nya itu.
"Loh? Kok cuman sebentar? Gak mau tinggal dulu sebentar lagi?" Ujar Lily agak sedih. "Tante masih pengen ngo-brol sama kamu," lanjutnya dengan sorot mata yang berbinar sekarang. Emma langsung menyenggol lengan mamanya.
"Ini sudah agak malam, Ma. Kasian, kayaknya rumahnya Kevin agak jauh," ujar Emma. "Oh, memangnya rumah mu dimana, Kevin?" Tanya Lily. "Di daerah perum jasmine. Tidak jauh-jauh amat kok," kata Kevin agak terkekeh. Kenyataannya perum Jas-mine dengan jalan Borealis bisa dibilang dekat. Kalau pakai motor atau mobil. Emma bilang begitu supaya mamanya membiarkan Kevin pulang.
Mengingat tadi saat makan malam, sangat terlihat bahwa Emma jaga imej. Gerakannya, lucu sekali sih bagi Kevin. Tapi kalau orang lain yang lihat pasti berkata, "Ini anak kenapa kaku amat?" Lalu Emma juga selalu menghindari kontak mata dengan Ke-vin. Jadi waktu Emma melirik sedikit ke Kevin, Kevin menyadarinya dan menoleh sedikit ke Emma. Emma langsung melihat ke arah lain, atau langsung makan dengan cepat. Sal-tingnya kelihatan sekali. Mengingat kejadian itu Kevin jadi tersenyum sendiri.
Emma menepukan tangannya tepat di depan muka Kevin. "Bengong aja! Senyum-senyum sendiri lagi. Beneran kayak orang gila deh," ucap Emma. Kevin tersentak, dan memerjap beberapa kali. Wah, sampai segitunya ya aku bengong, batinnya. "Loh? Aunty mana?" Tanya Kevin yang baru menyadari bahwa Lily sudah tidak ada di luar. "Ya ampun, ni anak, bengong parah. Sudah aku suruh masuk tadi," jawab Emma agak malas. "Yah, kan aku belum pamitan," ujar Kevin. "Nanti gampang aku sampaikan."
"Jangan deh, aku pamit dulu bentar," ujar Kevin melesat langsung masuk ke dalam rumah Emma. Meninggalkan Emma di depan. "Aunty, Kevin pulang dulu ya. Terima kasih lagi," kata Kevin menjabat tangan Lily. "Oh, iya, hati-hati ya. Aunty titip Emma ya kalau di sekolah," kata Lily menjabat balik tangan Kevin dan tersenyum hangat padanya.
Kemudian Kevin berbalik dan berjalan keluar. Langsung menaiki motor hitamnya itu. "Aku langsung ya. Terima kasih untuk hari ini. Aku senang," katanya lalu memakai helm fullface hitam. Emma hanya mengangguk dan tersenyum tipis sebagai balasan. Lalu Kevin mengen-darai motornya dan berbelok, jadi tidak kelihatan lagi.
Emma masuk ke rumah membantu Lily yang sedang membereskan meja makan. "Gimana, sudah omong-omongnya?" Goda Lily tersenyum jahil. "Apaan sih, Ma."
"Kok kamu gak pernah cerita sama mama kalo punya pacar ganteng?" Tanya Lily sambil meletakkan panci hot pot di atas lemari.
Seketika pipi Emma agak merah. Whut?! Pacar? No way.
"Bukan, Ma. Kevin bukan pacar aku, cuman teman aja," bantah Emma yang sedang mengelap meja dengan kain basah.
Lily bersandar pada lemari, sambil menatap Emma. Katanya, "Ah, cewe sama cowo mah jarang banget yang tahan cuman temenan atau sahabatan, Sayang. Pasti salah satunya punya perasaan lebih. Kayak kamu, keliatan kok."
"Engga, Mamaku sayangku cintaku. Emma gak punya perasaan lebih sama dia," kata Emma mulai kesal.
"Ya, mungkin kamu engga. Tapi Kevinnya gimana? Kayaknya sih iya lo."
"Mama, ngaco deh. Engga mungkinlah," kata Emma. Lily hanya mengedikkan bahunya dan melanjut-kan aktivitasnya. "Yaudalah udah malam. Emma capek, aku tidur duluan ya. Good night, Mommy!" Emma memeluk Lily lalu mengecup pipinya dan berjalan menuju kamarnya.
Emma masuk ke kamarnya dan duduk di pinggiran kasur. Ia ingin langsung tidur, tapi ada satu yang mengganggu pikiran Emma. Perkata-an mamanya tadi membuatnya terte-gun. Perlakuannya pada Emma me-mang agak aneh sih, terlalu baik.
Masa Kevin ada perasaan sama aku?
_____________________________
Yeey! Up lageh.
ON TIME LOHH :))
semoga suka ya!
Tungguin terus kelanjutannya!
Jangan lupa voments :3
Thank you❤-xoxo, Shien.
![](https://img.wattpad.com/cover/148656513-288-k606009.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Fairy Tale
PertualanganApakah kau pernah mendambakan hidup yang sempurna? Hidup seperti putri yang bertemu dengan pangerannya dan hidup bahagia selamanya? Apakah itu ada di dunia ini? Banyak yang berharap itu ada, tapi kenyataannya hanyalah sebaliknya. Hidup yang penuh li...