"JAMES, APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!" Teriak seseorang dengan nada yang bisa dibilang marah dan terkejut. James menoleh ke arah sumber suara itu.
DEG.
Ada suara seperti petir menyambar di dalam dadanya. Ah, aku ketahuan. Memang seharusnya aku tidak kesini, batin James.
"Dan kakak, apa yang kau lakukan dengannya?!" Tanya Hildegard dengan marah.
Madeline yang sedari tadi bingung dengan situasi ini. Mengapa Hildegard sangat marah? Dan mengapa juga ia terlihat membenci James? Apa lagi yang aku lewatkan?
"Kak?"
Suara Hildegard membuyarkan lamunan Madeline. Madeline tersentak karena tiba-tiba wajah Hildegard sangat dengan dekat wajahnya.
Madeline munder satu langkah dan bertanya, "Apa yang kau lakukan?"
"Aku yang seharusnya bertanya. Apa yang kau lakukan dengan James?" Tanya Hildegard dengan sangat tidak santai.
"Baiklah, aku akan pergi sebelum kalian memulai pertengkaran lagi," kata James mengangkat kedua tangannya ke atas dan berbalik pergi.
"Ya, pergilah! Dan jangan kembali!" Ketus Hildegard.
Disaat yang sama Madeline mengucapkan, "Pertengkaran lagi?"
James menoleh ke belakang dan memberikan bahasa isyarat pada Madeline. Anehnya, Madeline bisa dengan mudah memahaminya. Padahal seingat dia, dia tidak pernah belajar bahasa isyarat. Atau mungkin ini adalah gift seorang putri kerajaan? Pikirnya.
Bahasa isyarat tadi artinya, aku akan kembali menemuimu. Pukul lima di depan gerbang.
💕💕💕
"Kak, dari mana saja kau? Dan kenapa bisa ada James disini? Kau tahu, mama dari tadi mencarimu! Apa kakak tidak ingat hari ini hari apa?"
"Hm? Hari rabu?"
"Astaga.." ucap adiknya itu tidak percaya. Bagaimana mungkin kakaknya lupa hari penting ini. Hildegard menghela napas kasar untuk kesekian kalinya.
"Kak," panggil Hildegard. Madeline berdehem sebagai jawaban.
"Hari ini itu, hari dimana kakak, DINOBATKAN SEBAGAI CROWN PRINCESS!" Hildegard sengaja menekan kalimat akhirnya.
Otomatis Madeline membelalakan matanya. "Kakak tahu kami sudah dari tadi pagi mencari mu. Eh taunya malah kakak sedang bersama James. Dan dari tadi, para tamu sudah datang, tapi kakak tak kunjung muncul. Lalu papa memutuskan untuk menunda acara ini, BESOK. Ingat, Kak. TOMORROW IS YOUR BIG DAY." jelas Hildegard panjang lebar.
"Are you done?" Ucap Madeline sarkastik. Madeline mengehla napasnya, "First, jangan tinggikan nadamu jika berbicara denganku. Second, kalian semua juga tahu kalau aku enggak mau jadi crown princess! Kenapa tidak kau saja? Atau orang lain?"
"Okay, first, sorry for yelling at you. And second, kakak kan puteri pertama, tentu saja kau adalah calon ratu, dan itu sudah jadi tradisi kita dari dulu. Kau tidak bisa membantah tradisi yang sudah berjalan berpuluh atau bahkan ratusan tahun lamanya,"
"Hey, kamu jangan sok nasehatin aku ya, Hildie," balas Madeline.
"Habis kakak yang kekanak-kanakan!" Hildegard juga tak mau kalah.
"You! One more word, I'll slap you on your face." Madeline menggertakkan giginya.
"Go ahead," tantang Hildegard
Tangan madeline mengepal, matanya menatap tajam adiknya itu.
Hildegard menyilangkan kedua tangannya di dada, "See? Kau gak bakal nam--"
PLAK!
satu tamparan mulus mendarat di pipi kanan Hildegard yang mulus juga.
Hildegard meringis kesakitan, dan memegangi pipi kanannya. Sementara dada Madeline naik turun, akibat tersulut emosinya. Kemudian Madeline langsung berbalik dan pergi menuju kamarnya. Meninggalkan Hildegard yang terkejut terpaku ditempat.
Madeline masuk ke kamarnya, dan merubuhkan dirinya di atas kasur. Ia meruntuki dirinya sendiri. Ia merasa sangat kelewatan kali ini. Rasanya ia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya. Dan ia sungguh merasa bahwa ia bukan seperti dirinya sendiri, seperti Emma yang di London. Ketika berganti tubuh, jiwanya ikut seperti berganti sesuai dengan kepribadian orang itu.
Madeline mengangkat punggung nya dan kini dalam posisi duduk. Ia menaikan kedua kakinya dan membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Gumamnya.
"Sudah tadi ada masalah dengan James, dan ia akan mengajakku bertemu, namun Hildie akan sangat marah padaku, walau sekarang ia pasti sudah sangat muak denganku.
"Kedua, aku harus jadi crown princess. Apa-apaan. Why me? Kenapa harus aku yang jadi anak pertama, beban yang harus ku tanggung nanti sangatlah berat, dan aku belum siap," gumam Madeline pada dirinya sendiri.
"Ditambah tadi aku menampar Hildie. Apa yang harus kulakukan sekarang? Minta maaf?"
Ia menertawai dirinya sendiri. "Kurasa dia tidak akan memaafkanku," gumam Madeline lagi.
Madeline mengambil bantal dan menaruhnya di wajahnya dan berteriak sekencang mungkin.
Setelah puas berteriak, Madeline berbaring lagi di kasurnya, dan memutuskan untuk tidur. Karena baginya hanya tidur satu-satunya cara untuk lari dari semua masalah walau hanya sementara.
_____________________________
Hai!
Akhirnya up yah, maafkan lama ya.. habis lagi liburan v: kalau mau nulis gitu waktunya udh padet trs cape. Hehe..
Semoga suka sama part ini!
Jangan lupa votes and comments ya! 💕💕
Thank you! 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Fairy Tale
PertualanganApakah kau pernah mendambakan hidup yang sempurna? Hidup seperti putri yang bertemu dengan pangerannya dan hidup bahagia selamanya? Apakah itu ada di dunia ini? Banyak yang berharap itu ada, tapi kenyataannya hanyalah sebaliknya. Hidup yang penuh li...