Emma membuka matanya. Dan ia tersadar bahwa ia sekarang telah di kamarnya yang seperti biasa. Di rumahnya yang sudah tua itu, bukan di istana yang megah dan mewah. Emma juga masih mengungat hampir semua detail kejadian yang baru saja ia alami di istana itu. Bagaimana ia bisa bertemu dengan Hildegard, makan malam dengan keluarga kerajaannya. Dan ia juga ingat saat ia memejamkan matanya sesaat, dan merasakan kepalanya berputar-putar, hingga ia membuka matanya dan sudah berada di tempat dimana ia tadi juga
Oke, ini sangat amat teramat aneh, pikirnya.
Ia melihat sekelilingnya, tempat ia berdiri, serta keadaan kamarnya dan bintang, bulan di angkasa. Ia menydari bahwa tempat berdirinya sama seperti sebelum dua meninggal, bahkan posisinya, yang menghadap keluar jendela memandangi bulan, masih sama persis. Pakaian yang ia pakai juga masih sama dengan sebelumnya. Emma sangat heran dan bingung. Lalu ia melihat jam dindingnya. Itu menunjukan pukul sepuluh malam lewat empat belas menit. Waktunya, hanya bergeser empat belas menit dari ia masuk kamar. Mungkin waktu itu terbuang dengan Emma memikirkan perkataan Kevin yang sebelumnya.
"Ada apa dengan ku?" Tanya Emma pada dirinya sendiri dengan pelan, lirih.
Emma menggeleng-gelengkan kepalanya, meregangkan tubuhnya, berusaha melupakan atau menyingkirkan segala pikiran aneh yang berkelebat di otaknya.
Emma segera berganti pakaian tidurnya, dan naik ke kasurnya. Kemudian menarik selimutnya untuk menghangatkan diri. Sesaat matanya memandang menerawang ke langit-langit rumah. Ia masih memikirkan kejadian barusan. Tapi ia langsung mengusik pikiran itu. Ia memejamkan matanya. Walau beberapa saat Emma masih belum tidur, tapi setelah sekitar satu alam mimpi sudah menghampirinya.
💕💕💕
Hari ini semua berjalan dengan biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial. Emma menjalani Hari Senin ini seperti dia masuk sekolah. Ia sebenarnya seseorang yang tenar di sekolahnya, tiap kali dia datang ada saja yang membicarakannya, dan selalu dilihat banyak orang. Ya hanya saja Emma ini kebalikannya dari semua itu. Kalau artis semuanya menatap dengan kagum, Emma semua menatapnya dengan tatapan sinis atau jijik. Orang-orang membicarakan hal buruk tentang dia. Bahkan mereka juga tak segan-segan melakukan bullying. Emma juga kerap diperlakukan seperti pembantu oleh teman-temannya. Dikucilkan. Didiskriminasi.
Emma sedang membuka lokernya, mengambil beberapa buku pelajaran hari ini. Emma juga mengambil earphone miliknya. Ia hendak menamcapkan earphone itu tiba-tib ada yang menepuk pundaknya.
"Hey!" Sapa Kevin. Emma sedikit terkejut. "Oh, hey!" Sapa Emma balik.
"Jangan dengarkan mereka. Pakai earphonemu," katanya sambil memakaikan satu pada telingaku dan satu lagi di telinganya.
"Apa yang kau lakukan?" Bisik Emma dengan heran. "Mereka akan semakin memperhatikan kita," lanjutnya.
"Biarkan saja. Aku tak apa-apa. Apa lagi denganmu," bisik Kevin.
Aku menatapnya dengan tatapan bertanya. Apa maksudnya? Tanya Emma dalam hati. Kevin hanya membalasnya dengan senyuman indah miliknya itu. Kevin juga sudah tidak membahas apa pun dari apa yang telah dikatakannya barusan.
Lalu kami berdua jalan di koridor sekolah. Lalu kami berpisah menuju kelas masing-masing. Kevin ada dikelas XI-II sedangkan Emma ada di XI-IV. Ketika Emma jalan ke kelasnya sendirian, ia merasa ada yang mengikutinya. Lalu ia menoleh ke belakang. Ia mendapati Kevin membuntutinya. Kevin nyengir kuda karena ketahuan mengikuti Emma. "Apa yang kau lakukan disini? Kelasmu kan ada disana," kataku sambil menunjuk kelas di sebrang sana.
"Hm? Aku? Oh, aku hanya memastikan kau sampai di kelasmu saja," ujarnya dengan santai. Tangannya yang dimasukan ke saku celananya, dan wajahnya yang dihiasi dengan senyum nya itu.
Dia jadi terlihat lebih ... (coba isi di kolom comment)
Emma memutar bola matanya, "Aku bukan anak kecil lagi."
"Hahaha, tau, tapi aku hanya ingin melihatmu masuk kelas. Tidak salah bukan. Sana masuk! Ak tidak akan masuk kelas kalau kau tidak masuk kelasmu duluan," katanya.
Emma menghembuskan napas dengan kasar. Ia heran melihat tingkah Kevin hari ini. Tidak-tidak, bukan hari ini saja. Tapi sejak mereka pertama kali bertemu, Emma sudah merasa sangat heran padanya. Mengapa Kevin bisa begitu baik padanya. Yak, dan akhirnya Emma mengalah, "Baiklah, aku akan masuk. Bye-bye," aku melambaikan tanganku dan berbalik menuju kelasku.
"Hati-hati, sampai ketemu!"
Dan tanpa terasa, sebenarnya pipi Emma memerah karena tindakan manis dari Kevin.
_____________________________
Hey readers! Bertemu lagi dengan saya! :3
Maaf ya kalau chapter ini agak pendek, dan ada kesalahan tulis ya.. author kan juga manusia :v hehe, semoga suka. :D
Don't forget to vote and command💕💕👍🏻
Thank you, Shien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Fairy Tale
AventuraApakah kau pernah mendambakan hidup yang sempurna? Hidup seperti putri yang bertemu dengan pangerannya dan hidup bahagia selamanya? Apakah itu ada di dunia ini? Banyak yang berharap itu ada, tapi kenyataannya hanyalah sebaliknya. Hidup yang penuh li...