"Jadi begitu ya ceritanya". Hinata merenung mendengar cerita kedua.sahabat Gaara.
Ternyata Gaara memendam cinta pada seseorang yang telah pergi. Dan sampai sekarang Gaara tak.pernah tahu dimana gadis itu.
"Aku kasihan pada dirinya". Hinata menghela nafas.
"Jadi kau yang menabrak Naruto". Ucap Hinata lagi.
"Saat itu aku begitu panik karena remku ternyata blong, aku menghubungi Gaara yang ternyata akan memasuki.ruang operasi, akhirnya aku menghubungi Naruto". Ujar Matsuri sedih.
"Lalu Naruto menyuruhku tenang dan mengatakan aku harus menambah kecepatannya, Naruto mendahuluiku dan berhasil tepat di depanku". Matsuri menatap Naruto lama.
"Lalu". Hinata penasaran.
"Naruto menyuruhku menabrakan diriku pada mobilnya". Matsuri kini memandang jernihnya manik Hinata.,
"Aku melakukannya dan itu berulang kali tanpa kutahu Gaara menyusul kami, meninggalkan meja operasinya dan melakukan hal yang sama, menabrakan mobilnya ke bemper mobil belakang, saat itu kami saling beradu tanpa kami sadari truk menghantam mobil kami". Matsuri nampak mengingat kejadian di masalalu.
"Aku menabrak mobil Naruto dan mobilku yang entah bagaimana ceritanya setelah menabrak mobil naruto, sebuah truk menerobos mobilku membuatku mobilku terseret, mobil Gaara menabrak pembatas jalan dan mobil Naruto menabrak tebing". Matsuri terdiam.
"Lalu dirimu". Mulai Hinata tertarik.
"Aku terjun ke sungai dan nyatanya aku meninggal ditempat,saat itu jiwaku keluar dari ragaku,aku tak terselamatkan". Matsuri menangis sedih.
"Itu sudah lama, Gaara terabring koma selama sebulan dan aku sampai saat ini belum sadarkan diri". Naruto kesal namum ada kesedihan.
"Lalu kok belum sadar". Hinata sedikit aneh.
"Karena penabrakku sudah meninggal, dan tak ada keinginanku untuk bangun aku merasa mencintai Matsuri dan selalu ingin bersamanya". Ujar Naruto.
"Lalu kenapa kau tak meminta Gaara". Hinata semakin tertarik.
"Orangtuaku akan sedih jika meninggal sedang diriku tak ingin berpisah dari Matsuri". Naruto menunjukkan raut sedihnya.
"Apakah semenjak itu Gaara bisa melihat arwah". Ungkap Hinata penasaran.
Naruto Matsuri mengangguk bersamaan.
"Lalu kenapa kau tak mencoba bangun, Naruto". Ungkap Hinata lagi, jawaban Naruto membuatnya tak puas.
"Aku tak ingin". Naruto.berdiri dan menerawang luar jendela.
Matsuri menundukkan wajahnya. Dan Hinata mengamatinya.
"Itu bukan alasannya kan, dari mimik.wajahmu sepertinya Naruto memiliki sesuatu yang disembunyikan". Hinata mendekati Naruto.
"Ya Hinata, tapi aku terlalu malu mengungkapkan".Naruto.menghilang dan Matsuri mendekat.
"Alasannya tidak hanya cinta, tapi kedua orang tuannya bercerai Hinata". Matsuri menjelaskan.
"Bukankah terlahir ditengah keluarga utuh dan tiba- tiba berpisah itu menyakitkan, dan Naruto mengalaminya, dan ketika dirinya koma orangtuanya rujuk kembali, itulah alasanya mengapa dia tak pernah ingin bangun". Matsuri mendesah.
"Jadi Naruto berfikir, jika dia bangun kedua orangtuanya akan berpisah kembali". Hinata memastikan.
Matsuri mengangguk mengiyakan". Alasan seperti anak kecil bukan". Matsuri sedikit tersenyum. Matsuri mengerlingkan matanya dan menghilang setelah mendengar suara langkah kaki mendekat.
Hinata menoleh dan mendapati Sasuke tiba dengan sekeranjang anggur hijau. Hinata tersenyum dan menghpirinya.
"Yang kemarin saja belum.habis". Hinata menggeleng sambil melihat ke arah anggur hijau.
"Camilan kalau Gaara menelpon, sekalian teman membacamu". Sasuke tersenyum.
"Aku banyak teman dan aku tak kan.bosan Sasuke". Hinata mengambil.anggur dan memakannya.
"Lebih manis". Ungkap Hinata.
"Benarkah". Sasuke mengambil satu dan menikmatinya.
"Rasanya masih sama sedikit sepat ". Kesal.Sasuke.
Hinata tertawa dan mengambil anggur lagi.
"Kau kan memang tak suka, jangan dipasakan". Setelahnya Hinata bersandar di dada Sasuke. Memejamka matanya dan menikmati aroma minta dan campuran hutan pinus.
Sasuke mendekat kearah wajah bersuria indigo tersebut, mengecup bibir merah menggodanya sedari tadi. Hinata tak menolak dirinya menerima, dan keduanya larut dalam permainan yang ada. Sasuke menginvansi dan Hinata mengerang.
Bagi keduanya meminta lebih pada waktu untuk menyempurnakan hubungannya, tanpa bersembunyi dan tak perlu saling menyakiti.
.
.
.
"Bagaimana". Sakura mentapa Sasori.
"Lee tertangkap tapi tak membuka mulutnya menyebutkan namamu, Kiba terlibat di sana". Aku Sasori.
"Lalu Hinata". Sakura melipat kedua tangannya dimeja.
"Dia sudah meninggal, makamnya sudah kutemukan". Sasori menunjukkan amplop berisi foto bukti.
"Tapi Sasuke masih menghindariku". Sakura bersedih.
"Sudahlah, membunuh gadis itu membuatnya bertambah sedih bukan malah mencintaimu, rasa cinta itu berkorban bukan menyakiti". Sasori menasehati.
"Biarkan aku egois bukankah apapun caranya cinta patut diperjuangkan". Ketus Sakura.
"Terserah dirimu, aku hanya mengingatkanya". Sasori terdiam meminum lemon tea pesananya.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
no need say good bye
HorrorHinata hanya mampu terdiam tanpa berkata memandang ke arah Sasuke. tatapan kosong, tubuhnya seperti akan jatuh. cinta selalu berakhir pahit.