Berlari sesuatu untuk melupakan
Perasaan lelah menyeruakku
Sakit kecewa bumbu manis hubungan
Aku mengerti mungkin cinta kita telah berakhir. . . .Disc@Masashi Kisimotho
Warning@typo, occ dllRuang direktur terasa sunyi, tumpukan dokumen terbelengkalai. Sakura lagi- lagi memdapati ruang hampa tak berpenghuni. Sasuke seminggu tak terlihat, Sakura kembalu mendesah. Semua mungkin kesalahannya, karena keegoisannya. Rasa ingin memilikinya berbanding terbalik dengan rasa sayangnya terhadap persahabatan. Jika dulu persahabatan adalah segalanya, saat ini cinta jauh lebih ia junjung. Sakura dibutakan oleh hasratnya dan melupakan jika Sasuke teramat mencintai Hinata.
Sakura menutup pintu direktur dan melangkah pergi. Konan yang melihatnya hanya menatap sedih. Konan sendiri juga tak mengetahui perihal keabsenan bosnya tersebut.
Langkahnya terasa lesu tak bersemangat, menunduk tanpa melihat sekitar. Sakura berusaha sekuat mungkin untuk menahan air matanya.
.
.
.
"Ini apartemenmu". Gaara melirik sosok gadis mingil di sampingnya. Sosok arwah yang selalu mengikutinya.
"Paswordnya". Gaara bertanya lagi.
"UCHIHA SASUKE". Jawab Hinata lesu.
"Ckk". Gaara hanya berdecak sedikit merasa lucu dengan pasword apartemen milik gadis yang entah asalnya dari mana.
Pintu tersebut terbuka. Kesan pertama Gaara adalah melihat sebuah lorong, disampingnya sebuah rak sepatu, Gaara dapat melihat pilihan sepatu Hinata. Bukan highels melainkan platshoes namun modelnya lebih modis. Gaara diam- diam mengagumi selesara gadis tersebut.
Gaara melangkah, melepas sepatunya dan mengikuti Hinata yang berada di depannya.
Gaara kemblai kagum, karena ruangan bernuansa ungu muda, ditengah ruang tamu tersapa sofa dengan perpaduan warna ungu tua. Nampak berderet foto gadis tersebut dan seorang pria yang Gaara yakini bernama 'Uchiha Sasuke'. Dari sekian foto Gaara menatap lama sebuah foto Hinata, Sasuke dan gadis bersuari pink.
"Dia Sakura, istri Kekasihku". Hinata menatap sendu bingkai foto tersebut.
Gaara menengok ke arah Hinata, terlihat air mata meluncur di pipi gadis tersebut.
"Hubungan kami awalnya hangat, tapi setelah aku tahu Sakura menghianatiku aku merasa semuanya tak sama lagi". Hinata terisak dan Gaara menghela nafas.
"Aku tak memgerti jika hubungan kami berakhir seperti ini, aku membayangkan aku dan Sasuke menikah, mempunyai anak yang lucu dan bahagia". Hinata menyeka air matanya.
"Kehidupan manis hanya dalam dunia mimpi, kenyataan jauh lebih dipercaya ketimbang angan- angan". Gaara berusaha menguatkan gadis bersurai indigo tersebut.
"Terimakasih dokter". Hinata menunjukan senyuman indahnya. Bahkan Gaara terbius untuk beberapa saat.
"Ayo kita ambil barang yang kau butuhkan". Gaara berusaha mengalihkan perhatian. Hinata mengangguk setuju.
"Kamarku yang tengah, pintu yang fotoku dan Sasuke". Hinata kini dibelakang Gaara.
"Kenapa kau begitu norak sekali, semua sudut tempat ada kekasih ayammu". Gaara menggeleng- gelengkan kepalanya tak habis fikir.
"Karena aku begitu mencintainya saat itu". Hinata membalas cepat.
Gaara tak membalas ucapan Hinata, tangannya kini membuka knop.pintu kamar Hinata. Hal.pertama yang membuat Gaara terpana adalah, semua hal di sana bernuansa biru, di.ranjang gadis itu terdapat banyak boneka kelinci. Bahkan hiasan dinding bermotif kelinci.
Gaara tak habis fikir, ia merasa masuk ke taman kanak- kanak. Suasan yang begitu anak kecil. Gaara terkekeh dibuatnya.
"Jangan pernah bilang kalau kamarku seperti taman bermain, aku menyukainya dan baru dapat membelinya setelah bekerja". Hinata mendahului Gaara.
Gaara menyusul Hinata yang duduk.dipinggiran ranjang.
"Aku dulu tak mampu membeli barang- barang ini, bahkan aku hanya mampu membeli sepasang sepatu bekas milik teman sekelasku". Hinata menunduk dan Gaara mendengarkan.
"Setelah aku mendapat beasiswa keluar negeri kehidupanku belumlah sempurna, aku masih bekerja partime dan menabung, setelah studyku selesai aku masih mencari pekerjaan di Jepang, sangat sulit tanpa.koneksi, sampai ada lowongan sebagai jurnalis di salah satu TV konoha, disana awal karirku". Hinata sedikit tersenyum.
"Lalu Sasuke". Gaara penasaran.
"Aku sudah menjalin hubungan ku setelah aku berada ditengah semester". Hinata sedikit menunduk malu.
"Aku lulus, bekerja dan karirku bagus setelah enam bulan bekerja, delapan bulan aku membeli apartemenku dengan uang tabunganku, lalu setelahnya aku naik jabatan dan mampu membeli prabotan serta menempati apartemenku". Gaara tersenyum mendapati Hinata bercerita seperti itu.
"Sudahlah, aku sekarang tak berarti karena sebuah arwah". Hinata nyengir menampilkan.sederet gigi.putihnya.
"Baiklah dimana letaknya". Gaara sedikit bertanya.
"Di lemari bagian kiri bawah, akan ada kotak dan tas kecil, saat aku berangkat aku lupa membawanya". Hinata menjelaskan.
Gaara menemukan kotak yang dimksudkan Hianata. Gaara membukanya, dan disana ada gelang serta kalung berlian. Gaara dapat menilai harganya.
"Itu aku dapatkan dari bonus bekerjaku, kau bisa menjulanya sebagai biaya rumah sakigku, dan di tas kecil ada ATM ku". Hinata menjelaskan.
"Hm". Gaara mengerti sambil mengangguk.
"Baiklah, semua sudah selesai, sebaiknya kita segera pergi". Gaara berdiri dan menuntun Hinata pergi.
"Ya". Jawab Hinata lesu.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
no need say good bye
HororHinata hanya mampu terdiam tanpa berkata memandang ke arah Sasuke. tatapan kosong, tubuhnya seperti akan jatuh. cinta selalu berakhir pahit.