Matsuri memandang lekat Hinata, Kini dia tak terlihat di mata gadis itu. Naruto yang disampingnya pun mendesah pasrah.
"Sepertinya si penabrak telah menemuinya, ingatan semasa dirinya koma akan hilang ". Naruto menyejajarkan dengan wajah lelap Hinata.
"Seharusnya kau memberitahukannya saat kau mengetahui si penabrak". Naruto sedikit menyalahkan Matsuri.
"Gaara menghalangiku, andai aku tak menurutinya mungkin Gaara akan tertolong". Sesal Matsuri.
Matsuri menghilang dan Naruto menyususul.
Tak lama kepergian Matsuri, Hinata terbangun. Menatap ruangan yang telah kosong. Ada kelegaan dalam dirinya, seperti ini pilihan terbaik.untuk menghindar.
Ceklek
Pintu ruanganya terbuk, Gaara bersama.dua perawat datang memeriksa dirinya.
Hinata mengamati dan Gaara memfokuskan diri.
Setelah selesai Gaara hanya memberikan intruksi untuk sering berbaring lebih dahulu, dan setelahnya berpamitan.
"Dokter bisakah kita berbicara berdua saja". Hinata berusaha.
Gaara membalikkan badannya, dan melihat kesungguhan Hinata. Gaara mengangguk dan menintrupsi kedua perawat untuk meninggalkannya sendiri.
Gaara terdiam dan Hinata memandanginya.
"Terimakasih untuk kejadian selama aku koma, Gaara". Ungkapan.Hinata, membuat wajah Gaara terkejut.
"Kau mengingatku". Gaara nampak.tak yakin.
Hinata mengangguk sebagai jawaban. "aku mengingat Matsuri dan Naruto juga". Jujur Hinata.
Gaara menghampiri Hinata. "Lalu apalagi yang terjadi padamu setelah bangun dari koma".
"Sangat banyak Gaara". Aku Hinata.
.
.
.
Sakura mendesah kecewa, pasalnya Sasuke tak pulang kerumah. Sakura hanya diam tak mampu bertindak. Sakura yakin jika Sasuke berada di apartemennya.
Sakura tak akan marah, karena memang ini kesalahannya. Memanfaatkan keadaan sulit Sasuke dan masuk dalam kisah cinta sahabatnya. Bukankah cinta tak pernah salah, hanya caranya yang patut disalahkan.
"Kau belum pulang". Sakura memandangi Sasori yang baru saja membuka pintu kamarnya.
"Melihatmu kecewa karena Sasuke dan meninggalkanmu tanpa teman bicara akan membuatmu sakin sakit". Sasori merebahkan diri di ranjang gadis bersurai pink tersebut.
"Lalu aku harus bagaimana agar tak kecewa". Sakura mengikuti jejak Sasori.
"Lepaskan Sasuke dan berdamailah pada semuanya, yakinkan dirimu jangan pernah menyalahkan Hinata dan tidak memanfaatkan keberuntunganmu". Sasori menasehati.
"Sakura, pulanglah dari jalan yang seharusnya". Tambah Sasori.
"Aku tak.bisa, lalu apa yang bisa kuperbuat, aku menyukainya dan dia menyukai Hinata, apa aku rela jika aku mempunyai segalanya sedang gadis yang dicintai tak memiliki kemampuan yang kumiliki, aku hanya menggunakan kesempatanku bukankah itu diperbolehkan". Sakura bangun dan meninggalkan Sasori.
"Jalanmu sudah melenceng Sakura". Sasori ikut bangun."kau tahu Dia sudah tertangkap". Sasori memberitahuk Sakura.
"Aku tahu lalu aku harus apa, aku sudah meminta maaf, Sasori ". Sakura membalikan tubuhnya dan menatap lekat Sasori.
"Aku sudah tak peduli lagi, semua sudah salah sejak awal ". Sakura memejamkan maniknya.
"Semakin rumit". Sasori mengangkat bahu acuh. Sasori mendekati Sakura.
"Kau tahu betul, kau baik Sakura tapi menjadikan dirinu bersalah itu juga salah Sakura, kau bahkan lebih tahu ketimbang orang lain, semua dalam bahaya, mengertilah". Sasori masih berusaha.
"Semua akan kacau kalau dia membuka mulut,dan cukup kau berkorban Sakura"'. Sasori memperingatinya.
"Aku tak bisa, aku hanya seorang perempuan yang mendapatkan cela,seribu kali kau bicara seribu kali.pula aku yakin akan tindakanku, aku mengerti Sasuke mencintai Hinata, tapi apa kau yakin jika mereka bisa bahagia nantinya, aku tahu posisi Hinata di sini, sangat paham, justru biarkan dia terluka tanpa tahu sebab semuanya ". Sakura menetekan air matanya.
"Aku tak bisa jika nantinya Hinata terluka lebih jauh, biarkan aku yang menanggung dan mengalaminya, Sasuke yang sebenarnya biarkan kita sembunyikan". Ucap Sakura menangis sesenggukan. Dan Sasori menghela nafasnya lelah. Percuma berbicara pada gadis bersurai pink tersebut.
.
.
.
"Dia sudah meminta maaf padamu". Gaara menghela nafas lega.
"Bolehkah aku tahu siapa dia yang kau maksud". Hinata bertanya sedikit ragu.
"Awalnya aku akan memberitahukan tentang si.penabarak padamu tapi kau keburu menghilang waktu itu". Sesal Gaara. "Ku fikir kau sadar dengan sendirinya,tapi justru sebaliknya". Gaara sedikit lega.
"Kau bisa katakan sekarang, Gaara". Hinata mendesak.
"Kau takkan kecewa kan setelah ini". Gaara menatap Hinata menyakinkan.
Hinata menghela nafasnya,dirinya merasa telah siap segala- galanya.
"Yang terburuk sudah ku siapkan Gaara, meskipun aku memiliki firasat kurang baik". Hinata menatap Gaara mantap.
Gaara mengangguk dan memejamkan jadenya sebentar.
Gaara merasa tak bisa yakin jika memberitahukan hal ini, namun fakta harus diungkapkan bukan. Orang itu pasti memiliki alasanya dan Gaara merasa alasannya saat itu adalah hal yang baik untuk Hinata. Sekali lagi Gaara menatap lekat Hinata,.merasa kasihan dan kemungkinan besar kecewapun ada. Gaara mencoba mempersiapkan hal terburuk jika Hinata merasa kurang sanggup.
"Penabrakmu yang sebenarnya adalah,-- Gaara menjeda kalimatnya ditatapnya lekat wajah Hinata. Ada pancaran kesungguhan di sana. "Dia adalah Uchiha Sasuke, kekasihmu". Ungkap Gaara, membuat Hinata tak percaya namun dirinya telah mempersiapkan semuanya.
"Ya,Hinata". Gaara mencoba setenang mungkin.
"Sasuke dalangnya". Gaara memejamkan jadenya dan Hinata menggeleng tak percaya.
"Itu tak mungkin". Gumamnya kemudian kegelapan menyapa Hinata.
TBC
Untuk menemani mimpi indah para pembaca. Chap selanjutnya sudah siap tinggal up saja.
Kalau ada yang tak terima aku kabur dulu. Kalau kalian penasaran tunggu kelanjutannya saja.
Bye
![](https://img.wattpad.com/cover/98799209-288-k960623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
no need say good bye
HorreurHinata hanya mampu terdiam tanpa berkata memandang ke arah Sasuke. tatapan kosong, tubuhnya seperti akan jatuh. cinta selalu berakhir pahit.