bagian duabelas

3.2K 288 11
                                    

Setelah kepergian Sasuke,Hinata pergi keluar apartemen Sasuke. Dirinya pergi ke suatu tempat yang dirahasiakannya.

Menggunakan sofelance hitam, dan menggunakan wig berwarna merah. Hinata memoles wajahnya dengan riasan tipis dan lipstik warna merah menyala.

Dirinya menunjukkan bahwa bukanlah Hinata melainkan seorang bernama Aya. Shimura Aya.

Hinata menghentikan taksi dan menunjukan alamat pada sopir taksi.

Dalam perjalanan dirinya telah bertekat untuk membantu teman- temanya. Dirinya ingin berguna karena selalu mendapatkan bantuan.

Hinata dalam penyamarannya mendatangi sebuah rumah bergaya kebarat-baratan. Namun ada sisi khas jepang yang tak dilupakan.

Hinata memencet bel, dan mendapati seorang satpam setengah baya tersenyum ramah padanya.

"Maaf mencari siapa". Ucap satpam bername tag Yamato.

Hinata tersenyum membalas, saya mencari nyonya Namikaze". Ucap Hinata ramah.

"Anda siapa?". Yamato mengamati dari atas sampai bawah.

"Saya teman Naruto". Sebuah senjata untuk mengelabui,namu. Dirinya tak.bohong, kenyataan memang dirinyalah teman Naruto juga.

"Saya, Shimura Aya". Bohong Hinata.

Yamato mempersilahkanya masuk, ada sedikit kelegaan. Dirinya berjalan melewati taman dan sebuah rumah gubuk dengan hiasan bungan disetiap.tiang- tiangnya. Nampak asri. Hinata membenarkan setiap perkataan Naruto, ternyata rumah pemuda itu jauh lebih indah dari sekedar cerita belaka.

Hinata tersenyum saat melihat sebuah ayunan berada di dekat gubuj tersebut, Hinata ingat disana tempat Gaara, Naruto dan Matsuri menghabiskan waktu. Gaara yang sibuk membaca di dalam gubuk, Naruto akan sibuk mengganggu Matsuri yang duduk di ayunan. Hinata ingay cerita Naruto, dan dirinya sangat ingin duduk di ayunan nyaman itu.

Lamunannya buyar saat Yamato memberikan akses masuk ke dalam rumah, Yamato pergi dan Maid menuntun Hinata.

Maid tersebut mempersilahkannya duduk dan meninggalkannya. Tak berapa lama seorang maid datang dengan membawa minuman dingin dan setoples camilan. Hinata berterimakasih dan melihat sekeliling.

Ruang tamu yang cukup mewah, maklum pemilik perusahaan besar pikir Hinata.

Hinata tak berkeliling namun netranya menangkap sebuah potret bahagia keluarga. Seorang pria bersurai pirang mirip Naruto, hinata menduga itu adalah ayah Naruto dan seorang wanita bersurai merah yang ia yakini sebagai ibunya Naruto.

Naruto adalah pewaris tunggal dan tak memiliki seorang saudara sedarah lagi. Jika.di dalam.potret nampak baik- baik untuk apa orang tua Naruto sempat bercerai.

"Ehem". Sebuah deheman menyadarkan Hinata. Ditatapnya seorang wanita bersurai merah menatapnya intens.

Hinata tersenyum dan mengangguk hormat.

"Siapa kau". Kushina tanpa basa- basi.

"Perkenalkan saya Shimura Aya, saya adalah teman Naruto". Hinata memberi salam hormat.

"Teman putra saya, Naruto". Alis Kushina nampai naik sebelah tanda keheranannya.

"Setahuku putraku tak memiliki teman dirimu, bahkan berceritapun jarang, Naruto hanya memiliki dua teman, Matsuri dan Gaara". Selidik Kushiha.

"Ah, saya teman di luar sekolahnya, dulu kami bertemu sewaktu dalam satu klub belajar". Hinata tak berbohong, Naruto memang pernah mengikuti les di luar sekolahnya.

"Lalu". Ketus Kushina.

"Aku ingin menyampaikan pesan putra anda". Aku Hinata.

"Pesan". Kushina mulai curiga.

"Naruto mengatakan bahwa dia sangat menyangi anda, bahkan sebelum dirinya koma, Naruto pernah berkata bahwa dirinya menginginkan keluarganya harmonis". Hinata terdiam sebentar.

"Lalu- ucapan Hinata terpotong".

"Pulanglah". Usir Kushina.

"Aku tak percaya padamu, pergi atau kau diseret, putraku tak pernah bercerita tentangmu.jadi jangan membodohi diriku". Usir Kushina.

"Pergilah". Kushina meradang.

"Saya hanya-

"Teman Naruto tak kan pernah memanggilku nyonya Namikaze, mereka semua tahu bahwa aku membenci panggilan itu, dan kau tetap memanggil itu, itu berarti kau membodohiku". Kushina menatap Hinata tajam.

Hinata menatap ibu Naruto heran. Wanita lembut itu berubah menjadi sedikit ketus.

"Naruto akan sedih jika mendengar ini". Hinata meneduhkan pandangannya.

Kushina sendiri menyipit ke arah Hinata.

"Apa maksud ucapanmu". Kushina menatap penuh selidik.

"Yang ku tahu kedua orangtuanya sudah rujuk, otomatis anda nyonya rumah ini bukan". Hinata tersenyum ramah.

Kushina menyipitkan maniknya, mengamati lebih dalam gadis di depannya. Rambut hitam, mata hitam dan bibir merah menyala.

"Kamu mungkin salah rumah".'kushina berdiri, saat langkah ke tiganya langkahnya terhenti karena perkataan Hinata yang mengaka Shimura Aya.

"Anda sangat menyukai lemon tea yang diseduh hangat, memyukai pasta tanpa keju dan sedikit matang, lebih suka ayam dimasak kuah ketimbang ayam goreng, pagi berbelanja dan siang ke salon, anda lebih senang pergi ke sauna daripada di rumah, dan akan berdiam diri dirumah setiap hari senin". Hinata berkats santai, Hinata mengetahui segala hal tentang wanita itu karena Naruto yang menceritakanya.

Kushina tersenyum dan membalikkan badanya. "Itu hal umum, bahkan di majalah wanita aku sempat melakukan wawancara.

Kushina menatap Hinats remeh.

Hinata menghela nafas.."sepertinya sangat susah ingin berbicara dengan anda". Jeda Hinata. "Baiklah, kali ini hanya anda, suami anda dan Naruto yang tahu".

"Katakanlah, aku tak pernah takut". Tantang Kushina.

"Anda mempunyai luka bakar di punggung anda, dan anda menutupnya dengan sebuah tato mata angin yang digambar oleh Naruto". Hinata tersenyum melihat ekspresi ibu Naruto.

"Apa perlu ku ungkap hal lain lagi sampai anda percaya". Hinata sangat yakin,terlihat jelas dari.pancaran matanya.

"Anda selalu mengigau- ucapan Hinata terpotong saat Kushina membekap mulutnya.

"Cukup aku percaya". Ucap Kushina.

Hinata tersenyum kemenangan. Hinata duduk.setelah Kushina menpersilahkannya duduk kembali.

"Apa yang ingin kau sampaikan". Sedikit kesal.tapi masih fokus menatap Hinata.

"Ini dari putra anda yang terbaring koma, dia sangat ingin bangun tapi apakah jika dirinya bangun orangtuanya akan berpisah kembali, mengingat dirinya yang jatuh koma kalian kembali rujuk",itu pesan Naruto.

"Kau mengada- ada". Kushina menggelengkan kepalanya. "Lelucon apa ini ".'kesal Kushina..

"Ini bukan candaan, ini nyata, dan jika anda bertanya mengapa aku bisa tahu, jawabanya adalah karena aku bisa melihat arwah". Jujur Hinata.

Kushina mentap pancaran mata Hinata, dan tak menemukan kebohongan disana. Yang ada sebuah kepastian dan kejujuran .






Tbc

no need say good byeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang