Hari yang teramat panas, seperti biasa. Pendingin di rumah Sakura sudah dihidupkan sedari tadi, namun keringat terus saja mengalir membuat tubuhnya menjadi sangat lengket. Sial sekali, perempuan itu benar-benar malas pergi mengantar kepergian Sasuke.
"Wooooof!"
Senyum manis Sakura mengembang ketika Sea, anjing poodle putih beringsut naik ke pangkuan. Sakura mengacak rambut kepalanya gemas. Saat ini, yang mampu mengembalikan mood Sakura memang hanyalah Sea tercinta.
Jam menggerakkan jarumnya hampir pukul 9 tepat. Walaupun Ia tak ingin pergi, tetap harus dilakukan. Kali ini, Sakura harus menahan hasrat kerasnya untuk memukul wajah Sasuke terkutuk itu.
Semalaman, Sakura berusaha mengacak-acak situs kencan buta demi mendapatkan pengganti Sasuke. Tapi seperti kehilangan minat dan selera, Ia sama sekali tidak tertarik dengan acara-acara yang semacam itu. Mungkin salah satu pilihannya saat ini adalah kembali bekerja di suatu tempat dan mulai bersosialisasi dengan para pria lagi.
"Tapi, pekerjaan apa yang sekiranya cocok denganku, ya?" gumam Sakura pelan sembari mengikat rambut soft pink-nya dengan pita biru.
Ia menghabiskan banyak waktu untuk merias wajah agar mata sembabnya tak begitu terlihat. Sungguh Ia sama sekali tak ingin ketahuan bahwa dirinya ini sudah menghabiskan berember-ember air mata untuk laki-laki menyebalkan itu.
Setelah merasa cukup, Ia menggendong Sea di depan tubuhnya. Meraih finger bag putih dan kitten heels putih pula, lalu segera beranjak menuju garasi. Langkah kakinya terasa sangat berat, mengingat tujuan perempuan itu adalah untuk menemui Sasuke.
"Kau tahu, Sea? Aku lebih memilih bermain bersamamu dari pada harus melihat pria itu lagi."
***
Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar. Sakura membelokkan kendaraannya untuk masuk ke halaman dan berhenti di depan ruang tamu.
Sebelum Sakura keluar, Ia terus memperhatikan dua sosok ibu dan anak yang sedang bersenda gurau. Terlalu mengasyikkan mungkin, hingga kedatangan Sakura sama sekali tak membuat keduanya sadar.
"Ibu, aku dataaang."
Sakura beranjak memasuki ruang tamu, tempat di mana Mikoto dan Sasuke sudah menunggu sembari menikmati cemilan. Sebisa mungkin Sakura memberikan ekspresi bahagia terbaiknya, sekalipun hati perempuan itu kini sudah penuh dengan amarah kelewat besar.
"Putriku sayaang...." Melihat kedatangan Sakura, Mikoto langsung menaruh cangkir tehnya dan menghambur menuju pelukan Sakura. Berkali-kali wajah Sakura dicium, membuat putrinya tertawa geli.
"Ooow Sea-kuuuuun, lihat betapa tampannya dirimu ini. Tunggu ya, akan kubawakan biskuit anjing untukmu."
Sea terlihat kegirangan dan mengikuti Mikoto masuk. Jika boleh jujur, Sakura ingin sekali memeluk lengan Mikoto agar beliau tak bisa pergi kemana-mana. Dalam situasi seperti ini, Ia benar-benar tak ingin ditinggal berdua dengan Sasuke!
Lihat saja, pria itu terus menatap Sakura dengan ekspresi datar yang membuat Sakura benar-benar ingin menjadikannya bantalan tonjok. Oh, jangan salahkan Sakura nanti bila ketampanannya hilang seketika.
"Kau tak mau duduk?" tanya Sasuke dingin. Ia mendecih pelan ketika tak ada jawaban sama sekali dari perempuan itu. Seakan menganggapnya tak ada saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Totally Fate
FanfictionMereka tak bersama. Mereka tak saling peduli. Mereka tak pernah bersatu. Namun sebuah janji dibentuk, mewujudkan kedua takdir mereka. Janji yang tak pernah menjadi dugaan. Tak pernah menjadi harapan. Namun menjadi ikatan yang teramat erat. **** *Cha...