Sekitar beberapa menit kemudian, mobil yang Naruto kemudi sampai di depan sebuah rumah besar. Dengan arsitektur yang begitu mewah, halaman yang luas dengan pagar pendek. Sakura menengok sedikit dan menemukan mobil Ino sudah terparkir di dalamnya.
"Ayo turun" ajak Sakura kemudian.
"Kau yakin ini rumahnya?"
"Ya, tentu saja."
Pagar itu tidak terkunci. Dengan mudah Sakura memasukinya dan mendekat ke pintu depan yang terbuka sebelah.
Melihat kedatangan sahabat mereka, Ino dan Tenten tersenyum masam. "Maaf, kami ketahuan saat sedang mengintip. Yah, tapi Akasuna ini menyuruh kami masuk."
Kedua bola mata Sakura memutar, Ia sudah duga ini akan terjadi. Ketika Ino dan Tenten bersatu untuk mengintai, maka tidak ada kata diam bagi mereka karena berebutan tempat untuk melihat, atau berkomentar yang tidak-tidak, atau justru merasa bosan dan mengobrol keras-keras.
"Sakura..."
Sasori tampak gugup di sofanya, terus bergerak salah tingkah. Ia meneguk air liur, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Apa tujuan kalian kemari?"
"Maaf mengganggu, Akasuna-san. Tapi, bisakah kami bertemu tamumu?"
"Ah... Hime-sama, ya. Dia ada di belakang."
Belum sampai Sakura ingin meminta tolong lagi, Naruto menepuk bahu perempuan musim semi itu dan tersenyum tipis. Seakan emosinya yang tadi sudah meluap, dan sekarang tak nampak buru-buru seperti sebelumnya.
"Maaf kami datang tiba-tiba, Akasuna-san. Perkenalkan, namaku Naruto Uzumaki. Maaf tapi aku tak punya banyak waktu, jadi bisakah aku bertemu dengan Hinata Hyuuga? Dia ada di sini, benar?"
"Iya, bukan masalah. Tapi, kurasa jangan menemui hime-sama untuk sekarang ini."
"Apa? Kenapa? Tapi kami sudah kemari."
"Maaf, Uzumaki-san. Aku tidak bisa membiarkan orang lain menemuinya dulu."
Naruto mengepalkan tangannya kesal. Gangguan seperti apa lagi ini? Ia hanya ingin bertemu Hinatanya, hanya itu! Dan lagi, hime-sama? Memang pria ini pelayannya, huh?
"Anoo, bisa aku bertanya? Hinata-chan itu punya hubungan apa denganmu?" Tenten mengangkat tangannya.
"Dia partner kerjaku saat ini. Sudah sepantasnya aku melindunginya."
"Melindungi? Memang aku datang untuk mencelakainya?" gerutu Naruto pelan. Sakura hanya tertawa kecil dan menepuk-nepuk bahunya. Seakan wanita ini berkata 'biar aku yang tangani' secara tidak langsung.
"Akasuna-san, kami datang ke sini untuk bicara baik-baik. Tidak bisakah...?"
"Maaf, Haruno-san. Tapi—"
"Tidak apa, Akasuna-san."
Sebuah suara lembut terdengar dari dalam. Semua pandangan mata terpusat, kala perempuan itu menunjukkan wajahnya. Senyum sempurna, rambut panjang yang tergerai indah, berkulit putih dengan wajah layaknya seorang putri. Anggun, menawan, mampu membuat lelaki manapun tak berkedip melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Totally Fate
FanfictionMereka tak bersama. Mereka tak saling peduli. Mereka tak pernah bersatu. Namun sebuah janji dibentuk, mewujudkan kedua takdir mereka. Janji yang tak pernah menjadi dugaan. Tak pernah menjadi harapan. Namun menjadi ikatan yang teramat erat. **** *Cha...