Lima hari berlalu sangat cepat, maka lima kali pula Naruto berkunjung ke rumah Sakura dan mengajarinya cara memasak. Hanya dengan waktu singkat ini, Sakura merasa kemampuannya sudah berkembang pesat. Sakura ingin berterima kasih pada Naruto, namun pria itu terus menolak.
Jika bisa sehebat Naruto, Sakura pasti sudah berniat untuk mendirikan tokonya sendiri. Tapi Ia sadar. Sekalipun ketrampilanya membaik, Sakura masih belum mampu melakukannya.
Sekarang, usai menyantap hasil latihannya hari ini, Naruto masih berdiam di rumah Sakura. Mengobrol banyak hal, dari yang penting sampai hal-hal konyol lain. Mereka berdua semakin akrab. Walaupun baru bertemu sebentar, seakan mereka sudah berteman sejak dulu sekali.
"Sakura-chan, apa kau punya pacar?" tanya Naruto tiba-tiba, membuat Sakura harus kebingungan menjawabnya. Memang kata 'pacar' membuat Sakura memunculkan wajah Sasuke dalam benak, namun apakah mereka benar-benar sudah menjadi pasangan yang sesungguhnya?
"Eeh.... Entahlaah...? Bagaimana denganmu, Naruto-kun?"
Naruto tertawa kecil. "Aku punya seorang gadis. Dia sangat cantik."
Sakura benar-benar terkejut mendengarnya. Yah, memang wajar di umur Naruto jika Ia memiliki pacar, tapi bukan itu yang Sakura permasalahkan!
"Yang benar saja? Apa dia tak marah kalau kau terus bersamaku?" Tanya Sakura gelagapan. Jujur Ia merasa tak enak. Bagaimana jika pacar Naruto cemburu nantinya?
"Santailah, Sakura-chan. Dia tidak bisa marah padaku."
"Ooh ayolah.... Walaupun dia tak bisa marah, dia bisa sakit hati! Kau pasti tahu itu." Todong Sakura tak mengerti dengan pemikiran Naruto. Ia mengarahkan gulungan buku ke pria itu, seakan menganggapnya pisau untuk menembus kulit Naruto alih-alih menembus pikiran keselingkuhannya.
"Dia tak tahu kalau aku di sini bersama perempuan secantik dan semenarik dirimu."
"Jangan menggodaku! Kau tak boleh mengkhianatinya apapun yang-"
Entah apa yang dipikirkan Naruto, pria itu justru emosi melebihi Sakura sampai jari-jemarinya menyambar pergelangan tangan Sakura dan meremasnya kuat. Wajahnya mendekat pada gadis itu, nafasnya sudah tak beraturan lagi karena menahan amarah dalam ruang hati.
"Na... Naruto-kun?" Sakura membeku dibuatnya. Baru pertama kali Ia melihat Naruto lepas kontrol. Rasa bersalah mulai muncul, melihat ekspresi Naruto sangat berbeda dari biasanya. Naruto Uzumaki. Pria ceria yang tak pernah terlihat sedih itu, kini tengah menunjukkan wajah penderitaan yang tak pernah terbayangkan.
Sejenak Naruto menghembuskan nafas untuk menenangkan diri. "Maafkan aku, Sakura-chan. Seharusnya aku tidak marah seperti ini." Senyumnya sembari mundur beberapa langkah.
"Ada apa Naruto-kun? Ceritalah."
"Tidak tidak... Ini sudah gelap. Sebaiknya aku segera pulang."
Sakura termenung mendengarnya. Benar juga, Ia tidak sadar bahwa langit sudah gelap dan hampir larut.
"Akan bahaya bukan, jika seorang laki-laki berkunjung sampai gelap seperti ini? Apa kata tetangga nanti? Hehehe...." Goda Naruto dengan sifat ceria yang tiba-tiba sudah kembali. Dirasakan Sakura merinding sejenak karena ucapannya itu.
"Bagaimana jika aku tiba-tiba menyerangmu? Apa kau tak takut?"
Naruto berjalan mendekat dengan langkah kaki tegas namun pelan. Sakura terus mundur sampai kakinya menabrak sofa dan terjatuh di atasnya. Entah niat seperti apa yang ada di kepala berambut kuning itu. Ia terus mendekat dan memanfaatkan situasi ini dengan membungkuk di atas tubuh Sakura. Kakinya dinaikkan satu ke atas sofa, sedangkan sebelah tangannya mengelus wajah Sakura lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Totally Fate
FanfictionMereka tak bersama. Mereka tak saling peduli. Mereka tak pernah bersatu. Namun sebuah janji dibentuk, mewujudkan kedua takdir mereka. Janji yang tak pernah menjadi dugaan. Tak pernah menjadi harapan. Namun menjadi ikatan yang teramat erat. **** *Cha...