Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah tirai jendela, menerpa wajah cantik Yovella. Hal itu membuat tidurnya yang lelap menjadi terganggu. Bulu mata lentik itu mulai bergerak, dan matanya-pun perlahan terbuka. Setelah cukup sadar, Yovella segera mengubah posisi badannya menjadi duduk, sembari menguap dan menggaruk-garukkan kepalanya.
Matanya mulai mengedar, menelusuri seluruh isi ruangan. Yovella mengernyit, ini bukan kamarnya. Ini kamar Resty!
"Sudah bangun?"
Terdengar suara Resty yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia hanya mengenakan handuk sebatas paha. Menampakkan paha putih mulusnya yang menggoda.
"Kenapa aku bisa ada disini?" tanya Yovella heran.
Resty mengedikkan bahunya, "Aku mabuk semalam dan tidak tahu apa-apa. Mungkin Adi yang tahu kenapa kamu bisa ada di sini. Hanya dia yang masih sedikit sadar semalam," sahutnya lalu berjalan menghampiri lemari pakaian.
Yovella mengernyit, "Adi?" buru-buru Yovella menyibakkan selimut dan memperhatikan pakaiannya. Yovella membuang napas lega saat melihat pakaiannya masih sama dengan semalam. "Aman..." ucapnya. Setidaknya ia masih perawan.
"Tumben sekali kamu minum banyak semalam." ucap Resty yang masih sibuk memilih pakaiannya di dalam lemari.
"Hem, aku juga tidak menyangka bisa minum sebanyak itu." sahut Yovella sambil mengingat-ingat kejadian semalam.
Tiba-tiba ingatannya kembali memutar kejadian dimana ia ditabrak oleh pria semalam. Yovella tidaklah bodoh untuk tidak mengenali sosok itu. Wajahnya, bibirnya, matanya, hidungnya, semuanya terlihat sangat jelas! Yovella menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Ah, Mungkin karena aku terlalu mabuk," gumamnya pada dirinya sendiri. Mungkin saja pria tersebut adalah orang lain, dan imajinasinya membuatnya seperti Rian. Ditambah dengan pengaruh alkohol yang makin memperparahnya. Lagipula Rian tidak mungkin bersikap dingin dan acuh seperti itu. Ya, Rian tidak mungkin seperti itu.
"Ya, kamu mabuk parah semalam," sahut Resty yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya. Ia sudah memakai seragam kantornya yang terkesan seksi namun rambutnya masih di bungkus oleh handuk di kepalanya.
Resty melemparkan handuk lainnya ke wajah Yovella. "Sekarang cepat mandi karena kita sudah terlambat ke kantor! Dan bukankah hari ini kamu harus bertemu dengan pak Gunawan?"
"Hah?" Yovella menepuk jidatnya pelan lalu bangkit berdiri dan beranjak dari kasur, "Astaga, kenapa baru bilang sekarang!"
Yovella meraih handuk dan berlari ke kamar mandi. "Pinjam pakaianmu. Besok akan ku kembalikan. Ingat, aku tidak mau yang dadanya rendah, aku ingin yang tampak elegan namun tidak terlalu berwarna kuat dan pastinya enak untuk di pandang!" titah Yovella sebelum menutup pintu kamar mandi dengan keras.
Sementara itu Resty sudah memicingkan matanya sembari berdecak kesal. "Pakaian macam apa yang seperti itu?!"
***
"Kalau begitu kami permisi dulu, pak." ucap Gio santun kepada pak Gunawan.
Pak Gunawan mengangguk sembari tersenyum. Sepertinya ia sangat puas dengan kinerja tim Gio. Gio, Cantika dan Yovella hendak berjalan keluar dari ruangan. Namun ucapan pak Gunawan tiba-tiba menghentikan langkah mereka.
"Nona Yovella, bisa tinggal sebentar?." Yovella memutar badannya 180 derajat. "Saya?" tanyanya memastikan.
Pak Gunawan menganggukkan kepalanya. Yovella sempat melirik ragu pada Gio sejenak sebelum berjalan kembali menghampiri pak Gunawan. Gio dan Cantika-pun kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Pak Gunawan dan Yovella berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yovella (END ✔️)
Romance21+ [Bijaklah dalam memilih bacaan] Yovella harus menelan pahitnya kenyataan bahwa pria yang ia cintai akhirnya pergi dan menghilang tanpa kabar setelah sebelumnya mengucapkan janji manis yang kini tak lagi berarti. Hingga sembilan tahun berlalu, pr...