Part 12

41.1K 1.5K 11
                                    

Hay hay, maaf ya lambat bgt updatenya. Lagi hectic sama dunia nyata 😢 kasih tau kalau ada kata" yg rancu. Okay?
Sebelum baca, jan lupa vote n comment yahh.

Happy Reading

Yovella masih setia bergelung dalam selimut tebalnya. Ia merasa enggan untuk membuka matanya pagi ini. Semalam moodnya kacau karena Dean terus membuatnya kesal dan emosi.

Biarkan saja ia tidur seharian ini. Toh ia juga tidak tahu harus melakukan apa di luar sana. Resty dan Adi sudah pasti masuk kerja jam segini, jadi dia tidak mungkin mengunjungi mereka.
Kalau ke rumah pak Gunawan dan bermain dengan Natasha...ah tidak, tidak. Yovella menggelengkan kepalanya. Ia sedang tidak ingin bertemu dengan Dean. Jadi, biarkan saja ia bersemayam di dalam rumah. Setidaknya di tempat ini Yovella merasa damai.

"Bangun pemalas!"

Yovella menutup matanya erat. Astaga, kenapa suara Dean terus menggema di kepalanya? Tidak mungkin kan Dean berada disini sekarang? Palingan ia hanya mengkhayal. Ya, Yovella hanya sedang mengkhayal.

"Pantasan saja badanmu mirip kerbau. Kamu tidur persis seperti kerbau."

Yovella membelalakkan matanya. Ini nyata! Itu suara Dean. Yovella segera bangun dan menolehkan kepalanya menghadap ke arah pintu.

Disana Dean tengah berdiri di ambang pintu sambil menyedekapkan kedua lengan di dada.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Yovella panik.

"Mengusirmu dari apartemen kumuh ini." sahut Dean santai.

Yovella melotokan matanya. "Apa kamu gila?! Tidak cukup kamu memecatku di perusahaan sialanmu itu lalu sekarang kamu akan mengusirku dari sini? Go to the hell, bastard!" umpat Yovella kesal.

Dean terkekeh. Ia berjalan masuk tanpa mempedulikan tatapan benci gadis itu terhadapnya. "Aku hanya bercanda saja. Ayah memintaku untuk menjemputmu. Hari ini Natasha ingin pergi ke kebun binatang." ucap Dean sambil menyapukan pandangannya terhadap seluruh isi apartemen kecil milik Yovella.

Yovella berdecak kesal. "Siapa yang memberitahumu alamatku? Dan kenapa kamu bisa masuk kesini?"

"Dari temanmu, Risky." sahut Dean sombong.

"Resty bukan Risky!" ujar Yovella dongkol.

"Ah iya, Resty maksudku." Dean terkekeh. "Aku meminta alamatmu dan ia langsung memberitahuku sekaligus memberikan kunci apartemenmu, padahal aku tidak memintanya." Dean memperlihatkan kunci milik Yovella dan melemparnya ke atas meja rias gadis itu.

"Cepat mandi dan bersiap-siap!" ucap Dean.

"Apa hakmu mengaturku?!" teriak Yovella.

"Karena aku telah menyelamatkan nyawamu semalam."

"Cih! Menyelamatkanku? Kamu mengusap-usap perutku lalu meraba dan meremas dadaku! Kamu kira aku tidak tahu kelakuan bejatmu semalam?" ucap Yovella gusar.

Dean terdiam sejenak. Ia tampak berpikir-pikir. Sejurus kemudian ia langsung menyeringai. "Jadi kamu sadar kalau aku menyentuhmu semalam? Lalu kenapa kamu tidak langsung bangun dan menghajarku?" Dean tersenyum licik. "Kamu sengaja ya? Ah, kamu pasti menikmatinya, bukan?"

Yovella membuang muka. Wajahnya sudah merah padam menahan malu.

Dean terkekeh, ia tahu Yovella pasti sangat malu sekarang. "Tidak usah malu. Aku tidak keberatan kalau kamu memintanya lagi sekarang. Bahkan lebih dari itu." ucapnya percaya diri.

"Kamu gila?!" teriak Yovella. Ia segera menyibakkan selimutnya dan beranjak dari kasur. Ia meraih handuk lalu mengambil pakaian di dalam lemari dengan cepat. Setelah itu, Yovella bergegas ke kamar mandi. Sebenarnya ia sangat sangat malu!

Yovella (END ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang