Merengut. Mungkin begitulah rata-rata raut wajah orang-orang yang baru saja keluar dari aula perusahaan. Begitu pula dengan Adi. Sepanjang perjalanan kembali menuju ruang kerja, pria itu terus mengoceh tidak jelas.
"Brengsek! Seenaknya bikin peraturan tidak jelas. Yang benar saja wanita-wanita di kantor ini dilarang memakai baju seksi. Kuno tu orang!" protes Adi tak terima. "Sepertinya kita harus melakukan demo besar-besaran. Kita tidak boleh membiarkan peraturan perusahaan diubah seenaknya saja." Celotehnya.
Mungkin Adi tidak akan keberatan dengan peraturan lainnya. Tapi yang satu ini sangat tidak bisa ia terima. Paha putih mulus, bokong montok, dan belahan dada yang menyembul keluar. Ia tidak akan bisa lagi mendapatkan vitamin mata seperti itu yang disajikan secara gratis di kantor ini. Dan aturan-aturan itu cukup membuatnya stres!
Resty mendesah, "Meskipun begitu, aku tetap tidak bisa untuk tidak menyukainya. Menurutku dia sangat berkarisma tadi."
Adi membelalakkan matanya lebar. Tidak percaya atas apa yang dikatakan Resty. "Are you serious? Res, kamu harus sadar! Kamu itu wanita bohay. Pakaian tertutup sangat tidak sesuai dengan tubuhmu. Dadamu itu harus menonjol, karena dari situlah letak keunikanmu yang sesungguhnya!"
Resty berdecih lalu mencubit pinggang Adi hingga pria itu mengaduh kesakitan.
"Yang dikatakan Pak Dean itu kan demi kebaikan perusahaan kita juga, apanya yang salah? iya kan?" Resty menyenggol Yovella pelan namun membuat gadis itu terkejut bukan main.
"Ah..kamu bicara apa tadi?" cengir Yovella masih dengan wajah kagetnya.
Resty mengernyit heran melihat tingkah Yovella yang sangat aneh hari ini. Ia terlihat panik dan tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
"Kamu sakit ya?" tanya Resty memastikan. "Wajahmu pucat sekali."
"Benarkah? Apa aku terlihat sangat pucat?" tanya Yovella balik.
Resty mengangguk. "Apa ada masalah?"
Yovella menelan ludahnya susah dan mengangguk pelan.
***
"HAHAHAHA..." terdengar suara gelak tawa Resty di dalam toilet wanita. "Yovella! Jangan terlalu banyak menghayak. Pak Dean tidak mungkin mirip dengan mantanmu itu."
Yovella mendelik, "Mantan? Aku dan Rian belum putus! Lagipula kamu masih tidak percaya? Lihat ini." Yovella mengeluarkan selembar foto dari tasnya dan menunjukkannya di hadapan wajah Resty.
Resty menatap foto itu lamat-lamat. Ia mengangkat sebelah alisnya, "Memang kelihatan seperti Pak Dean versi muda. Lalu... hanya karena wajah mereka sama maka kamu ingin mengatakan bahwa Pak Dean itu adalah Rian?"
"Aku tidak mengatakan begitu!" elak Yovella.
"Benarkah?" Resty tersenyum licik. Dan tanpa diduga, ia tiba-tiba merebut foto itu dari tangan Yovella dengan gesit. "Fotonya untuk aku saja."
"Apa?!" Yovella hendak merebut benda tersebut dari tangan Resty, namun terlambat. Perempuan itu telah menyelipkan foto tersebut ke dalam bajunya. Lebih tepatnya di bagian bra-nya.
"Jangan menodai foto Rian-ku!" pekik Yovella hampir menangis.
Resty tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, Rian? Bwahahaha. Yovella, ini Pak Dean. Bukan Rian! Ah, aku tahu. Kamu pasti menyukai pak Dean kan? Sampai-sampai foto masa remajanya saja kamu curi, ya ampun."
"What?! Itu memang foto Rian!" ucap Yovella tidak terima.
"Jelas-jelas ini wajah pak Dean. Jujur saja Yovella, kamu naksir kan sama pak Dean? Mengaku saja. Aku tidak akan marah. Kita akan bersaing secara cantik." ucap Resty sambil menepuk-nepuk pundah Yovella pelan sebelum melenggang pergi.
Yovella berdecak sebal. Ia memperhatikan punggung Resty yang semakin menjauh. "Itu memang foto Rian. Lalu...siapa dia?" gumamnya sendiri penuh keheranan. Bagaimana bisa wajah Rian dan Dean benar-benar sama? Padahal Yovella yakin sekali jika mereka berasal dari keluarga yang berbeda.
"Aku harus mencari tahu sendiri kebenarannya." ucap Yovella penuh tekad.
***
"Oh, Yovella? Silahkan duduk." Pak Gunawan mempersilahkan Yovella duduk.
Yovella mengangguk patuh dan segera duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Pak Gunawan. Sesuai dengan janji, Yovella harus memberikan keputusan finalnya pada jam makan siang. Dan inilah waktunya.
"Jadi bagaimana?" Gunawan mulai bertanya.
Yovella menganggukkan kepalanya tanpa ragu. "Saya bersedia menerima tawaran bapak."
***
Keesokan harinya...
"Akhirnya keinginan pak Gunawan terwujud juga ya." ucap Resty sambil memindahkan barang-barang milik Yovella ke dalam dus kotak.
"Kamu serius sudah menerima tawaran pak Gunawan?" tanya Adi. Ia duduk di meja kerja sambil bertopang dagu memperhatikan Yovella dan Resty yang tengah sibuk memindahkan barang ke dalam kotak.
"Hem." sahut Yovella singkat. Ia terlihat sibuk mengemas berkas-berkasnya.
"Apa gaji disini masih tidak cukup?" tanya Adi sekali lagi.
Yovella menghentikan kegiatannya. Ia melirik Adi dengan tatapan tajam. "Kalau aku menerima tawaran dia hanya untuk mendapatkan uangnya saja, mungkin sudah dari dulu aku melakukannya."
"Lalu apa alasanmu tiba-tiba menerima tawaran itu sekarang? mendadak sekali." Ucap Adi.
"Kamu tidak perlu tahu." jawab Yovella cuek dan kembali mengemas barang-barangnya.
"Kamu merahasiakan sesuatu dariku?" Adi mendengkus sebal.
Yovella menghela napas, "Kalian pasti tidak akan percaya dengan alasanku ini."
Resty yang mendengar hal itu—memicingkan matanya. "Yovella, jangan-jangan kamu ingin mencari tahu soal..."
Yovella mengangguk. "Hem. Tepat sekali. Aku ingin mencari tahu tentang pak Dean."
Adi membulatkan matanya kaget. "Cari tahu tentang pak Dean?" teriaknya kaget hingga membuat semua karyawan yang sedang beristirahat tiba-tiba menoleh kepadanya.
Yovella menutup mulut Adi dengan tangannya. "Jangan keras-keras!" bisiknya pelan.
Adi melepaskan tangan Yovella dari mulutnya. "Kamu ingin mencari tahu apa tentang dia? Manusia purba itu tidak ada menariknya untuk di cari tahu. Lebih baik kamu tetapp disini. Diam. Dan tunggu lamaranku."
Yovella hanya tertawa kecil, "Besok kamu sudah tidak bisa berbicara seperti itu lagi. Karena aku bisa saja menendang kamu keluar dari perusahaan ini." candanya.
Adi tertawa sumbang, "Kamu tidak akan bisa memecatku. Ingat, aibmu sangat banyak. Salah satunya ; Kita pernah saling bertukar pakaian dalam. Kamu mau aibmu tersebar?"
Yovella membelakkan matanya. "Awas saja kamu berani melakukannya."
Adi hanya bisa tergelak melihat ekspresi Yovella.
![](https://img.wattpad.com/cover/138656166-288-k316984.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yovella (END ✔️)
Romance21+ [Bijaklah dalam memilih bacaan] Yovella harus menelan pahitnya kenyataan bahwa pria yang ia cintai akhirnya pergi dan menghilang tanpa kabar setelah sebelumnya mengucapkan janji manis yang kini tak lagi berarti. Hingga sembilan tahun berlalu, pr...