"Aku mohon jangan pergi..."
Deg!
Yovella tersentak. Matanya tak dapat berkedip. Darahnya berdesir dengan hebat. Lagi-lagi jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
"Aku mencintaimu..." ucap Dean serak.
Yovella memejamkan matanya sejenak. Ungkapan cinta itu sering kali terlontar dari mulut Rian semenjak mereka resmi berpacaran. Dan hal kecil seperti ini sukses membuat Yovella kembali terbayang akan masa lalu.
"Jangan pergi, aku mencintaimu...Megan."
Seperti sedang tersiram seember es batu, Yovella langsung tersadar seketika. Ia mendorong dada Dean dalam sekali hentakan. Apa katanya? Megan? "Aku bukan Megan!" teriak Yovella. Rasa kesal langsung membuncah di dadanya.
"Meg..." ucap Dean lagi dalam tidurnya.
"Aku bukan Megan, bodoh!" Yovella membuang napas kasar lalu berdiri dan beranjak dari kamar Dean dengan perasaan dongkol.
***
Dean berjalan menghampiri meja makan sambil membenarkan arloji di pergelangan tangannya. Di sana Gunawan, Natasha dan Yovella tengah menikmati sarapan sambil mengobrol santai.
"Morning." sapa Dean sambil menarik kursi yang kemudian langsung didudukinya. Gunawan dan Natasha membalas sapaan Dean, kecuali Yovella.
Diam-diam Yovella mencuri pandangan ke arah Dean. Ia lalu memalingkan wajahnya ke samping. Astaga, kenapa ia harus terlihat tampan pagi ini? gumam Yovella dalam hati. Penampilannya tampak bersih dan berkelas dibandingkan dengan semalam. Kemeja merah dan jas hitam yang membaluti tubuhnya terlihat sangat pas dengannya.
"Sejak kapan kamu tiba disini? Kamu bahkan tidak menelfon terlebih dahulu." tanya Gunawan sembari melirik Dean.
"Apa aku harus menelfon terlebih dahulu jika ingin menginjakkan kaki di rumah ini?" cibir Dean.
"Biasanya kamu selalu begitu." Balas Gunawan.
Malas berdebat, Dean lebih memilih untuk mengawali pagi ini dengan damai. Ia mengambil nasi goreng dan telur ceplok lalu meletakkannya ke dalam piring. "Tumben sekali sarapannya seperti ini." ucap Dean.
"Hari ini Yovella yang memasak." Sahut Gunawan.
Dean melirik Yovella, "Kamu tidak mencampurkan sianida ke dalamnya bukan?" ucapnya sinis.
Yovella mendengkus kesal. "Kalau begitu tidak usah dimakan!" ucapnya dengan nada setengah membentak. Yovella tidak habis pikir. Inikah balasan yang ia dapatkan setelah mengangkut tubuhnya yang terlalu ringan itu ke kamar? ia kembali menyesali perbuatan baiknya semalam. Seharusnya ia membiarkan saja tubuh yang mabuk itu terkulai di depan pintu agar pocong atau setan manapun bisa menghabisi makhluk menyebalkan bernama Dean ini!
Dean mengedikkan bahunya cuek. Ia memasukkan sesendok ke dalam mulutnya lalu mengunyah. Ia terdiam sejenak dengan ekspresi datar lalu melirik Yovella, "Tidak terlalu buruk. Kamu sudah cukup cocok untuk menjadi pembantu di rumah ini."
Yovella melototkan matanya, sementara itu Gunawan malah tertawa. "Menyenangkan sekali pagi ini. suasananya menjadi ramai karena kalian. Ayah menyukainya."
Dean melirik Natasha. "Natasha, kamu berangkat ke sekolah sama papi ya?"ujarnya lembut. Kejadian kemarin membuat hubungannya dengan Natasha agak canggung. Jadi ia akan memperbaikinya kembali agar Natasha tidak berpikiran bahwa ia ayah yang buruk.
Natasha terdiam beberapa saat. Ia melirik Yovella yang duduk di sampingnya. "Tapi tante Yovella juga harus ikut." ucapnya kemudian.
Dean melirik Yovella sejenak lalu kembali menatap Natasha. ia menganggukkan kepalanya sambil mengulas senyum. "Iya, tante Yovella juga harus ikut."
![](https://img.wattpad.com/cover/138656166-288-k316984.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yovella (END ✔️)
Romance21+ [Bijaklah dalam memilih bacaan] Yovella harus menelan pahitnya kenyataan bahwa pria yang ia cintai akhirnya pergi dan menghilang tanpa kabar setelah sebelumnya mengucapkan janji manis yang kini tak lagi berarti. Hingga sembilan tahun berlalu, pr...