Part 15

41.8K 1.6K 71
                                    

Meski masih di bawah alam sadarnya, Yovella dapat merasakan guncangan kecil di bahunya.

"Tante Yovella, bangun.." bisik suara kecil itu.

Yovella membukakan matanya perlahan. Ia mengerjap-ngejap. Matanya membulat saat menyaksikan sekelilingnya. Dan posisinya kini sedang berpelukan dengan Dean di sofa.

Buru-buru, Yovella langsung melepaskan pelukannya dan berdiri dengan wajah yang sudah memerah. "Natasha, apa yang kamu lihat tadi-"

"Enghhh..." erang Dean dalam tidurnya. "Hug me please.."

Astaga, igauan macam apa itu! Yovella bergidik ngeri saat Dean memeluk bantal sofa dengan mesra. Ia meraih pergelangan tangan Natasha, sambil berjalan ia berkata. "Natasha, jangan katakan apa yang kamu lihat tadi kepada kakek ya." bujuk Yovella dengan suara lembut.

"Tapi kakek sudah melihatnya." sahut Natasha.

Yovella menghentikan langkah kakinya dan membulatkan mata, kaget. "Apa? Lalu apa yang dia katakan?" tanya Yovella gugup.

"Kata kakek, Natasha harus bersiap-siap karena sebentar lagi Natasha akan punya adik." ucap Natasha polos.

Yovella terkesiap, "Di-dia bilang begitu?" ucapnya tergugu.

Natasha menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum girang, "Natasha senang sekali. Sebentar lagi akan ada yang bermain dengan Natasha di rumah."

Wajah Yovella semakin memerah saat mendengar ucapan Natasha barusan. Bulu kuduknya langsung meremang saat membayangkan dirinya akan mempunyai anak dengan Dean nanti. Yovella menggelengkan kepalanya. Ia tetap akan setia dengan Rian-nya.

----

Gunawan mengernyit heran. Dari tadi Yovella terus diam dan tidak merespon ucapannya. Biasanya saat sarapan pagi begini wanita itu akan banyak berbicara dan memberi nasehat kepada Natasha.

Bukan hanya Gunawan, Natasha-pun merasa tidak biasa dengan sikap Yovella.

"Morning." Dean muncul tiba-tiba dengan hanya memakai celana santai dan tanpa atasan, menampakkan perut kotak-kotaknya yang menawan.

Astaga, kenapa akhir-akhir ini detak jantung Yovella selalu sulit diajak bekerja sama?

"Dean, lain kali jangan berpenampilan seperti itu saat kita akan memulai sarapan." ucap Gunawan.

Dean menarik kursinya dan duduk berhadapan dengan Yovella. Ia mengedikkan bahunya cuek. "Ini sudah menjadi kebiasaanku saat tinggal bersama dengan..." Dean menghentikan ucapannya. Ia melirik Yovella, "Kamu yang memasak ini semua?" Dean mengalihkan pembicaraan.

Yovella terkesiap kaget. "I-iya..aku yang memasak ini semua." ucapnya canggung.

Astaga, bagaimana ia bisa sesantai itu setelah mereka saling berpelukan semalam? Pikir Yovella.

Dean menyantap makanan dalam piringnya dan mengunyahnya pelan. Beberapa saat kemudian ia tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lumayan. Kamu sudah cocok menjadi istri.." Dean menjeda ucapannya dan melirik Gunawan. "Menjadi istri ayahku," ucapnya disertai dengan kekehan.

"Dean.." geram Gunawan.

Sementara itu kedua mata Yovella sudah melotot tajam ke arah Dean. Tatapannya seolah-olah mengisyaratkan kata-kata tajam seperti 'kamu ingin mati?'

Yovella (END ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang