"Tante, dasi Natasha dimana?" pekik Natasha sambil membongkar isi lemari mini miliknya.Yovella yang sedang sibuk mencari kaus kaki di dalam lemari lainnya, menjadi semakin panik. "Natasha taruh dimana barang-barangnya?" tanya Yovella sambil memeriksa celah-celah lemari.
"Kemarin Natasha taruh di dalam lemari ini." sahut Natasha.
"Terus kenapa semuanya menghilang?" tanya Yovella gusar.
Natasha menggelengkan kepalanya, tidak tahu.
Yovella mendesah. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Jika sampai sepuluh menit lagi mereka tidak berangkat, maka Natasha pasti akan terlambat masuk ke kelas.
Ia menghela napas berat, "Kita harus berangkat sekarang. Takut jalanannya macet. Nanti Natasha nggak bisa masuk ke kelas." ucap Yovella.
Natasha membelalakkan matanya, "Tapi kan Natasha belum pakai dasi sama kaus kaki. Nanti bu Caroline bisa marah."
"Nanti di jalan kita beli yang baru lagi." Yovella mengambil ransel milik Natasha yang tergeletak di atas kasur lalu membantu anak itu memakaikannya di punggung. "Nanti Natasha sarapan di sekolah saja ya, tante tidak sempat memasak." ucap Yovella. Ia merasa bersalah karena tidak sempat memasakkan sarapan pagi ini. Tentu saja alasannya adalah terlambat bangun.
Semalam ia bergadang hanya karena memikirkan sesuatu yang tidak bermaanfaat. Tapi mau bagaimana lagi? Hal itu sangat menjengkelkan bagi Yovella dan tidak mudah baginya untuk melupakannya. Sial, ia malah mengingatnya kembali!
Yovella menarik tangan Natasha keluar dari kamar dan menuntunnya turun dari tangga rumah.
Di bawah sana Dean sudah siap dengan setelan kantornya yang rapi, ia menatap Yovella dan Natasha bergantian. "Morning," sapanya sambil tersenyum.
"Sekarang bukan saatnya untuk menyapa. Cepat ke mobil!" perintah Yovella dengan nada tinggi.
Dean mengangkat sebelah alisnya. Padahal niatnya sangat baik, kenapa wanita itu malah membentaknya seperti singa galak yang hendak menerkam binatang lain? Dasar wanita aneh, rutuk Dean dalam hati.
---
Mobil berjalan dengan tenang. Tidak ada yang bersuara untuk memecahkan keheningan di dalam mobil itu. Natasha yang cemberut karena dasi dan kaus kakinya tidak ada, dan Yovella yang merengut karena kejadian semalam masih terngiang-ngiang di kepala hingga membuatnya dongkol sampai sekarang. Dean menghela napas panjang. Suasana seperti ini terasa sangat berbeda dari biasanya. Ia tidak bisa memulai percakapan karena gengsi, jadi ia-pun ikut membungkam mulutnya.
"Nanti cari minimarket di depan." akhirnya Yovella berbicara meski tidak mau melihat wajah Dean.
"Siap!" ucap Dean semangat.
Tak berapa lama kemudian, Dean akhirnya menemukan sebuah mini market yang tak jauh di depan mata. Ia menepikan mobil di pinggir jalan.
Yovella hendak membuka pintu mobil, namun sebelum itu terjadi, hujan turun tiba-tiba dengan deras. "Shit!" umpatnya kesal.
Dean merasa khawatir, ia membuka sabuk pengamannya, "Biar aku saja yang tur-" ucapannya terhenti sesaat karena Yovella telah turun dari mobil dengan modal nekat. Dari dalam mobil Dean dapat melihat bagaimana Yovella berlari masuk ke dalam toko tanpa membawa payung atau sejenis apapun untuk memayungi dirinya.
Tak berapa lama kemudian, Dean dapat melihat Yovella tengah berlari keluar dari toko sambil menenteng sebuah plastik putih.
Yovella masuk ke dalam mobil dengan kondisi pakaian yang basah. Mata Dean tidak sengaja menyorot siluet bra yang berwarna merah marun dibalik kaus putih polos dan tipis yang sedang dikenakan Yovella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yovella (END ✔️)
Romance21+ [Bijaklah dalam memilih bacaan] Yovella harus menelan pahitnya kenyataan bahwa pria yang ia cintai akhirnya pergi dan menghilang tanpa kabar setelah sebelumnya mengucapkan janji manis yang kini tak lagi berarti. Hingga sembilan tahun berlalu, pr...