Pisau itu tepat menancap diperut adik ku, dia terkapar lemas tak bernyawa dan tepat seperti keinginanku, adiku kini sudah mati ditanganku. Rasa puas menyelimuti diriku, dan tiada sedikitpun rasa menyesal dalam diriku karena telah membunuh adik ku sendiri. Kini aku senang telah membunuh perebut kasih sayang orang tua ku yang terpaksa ku anggap adik selama ini. Sekarang tidak ada lagi yang akan merebut kasih sayang ayah dari ku karena perebut kasih sayang itu kini telah mati, dan mulai sekarang kasih sayang ayah hanya seutuhnya miliku, dan tidak ada yang boleh merebutnya lagi dari ku.
Kini yang sekarang aku pikirkan adalah, bagaimana mengarang cerita untuk mengelabui ayah. Agar ayah percaya bahwa adikku mati karena kecelakaan bukan karena perbuatan ku.
Aku mencoba menghubungi ayah....Tut... tut.... tut....
Tut.... tut.... tut.....
Tut.... tut.....tut........
Tapi ayah tidak mengangkatnya mungkin dia sedang sibuk , aku tidak peduli dan memutuskan untuk menelepon ayah keesokan harinya. Aku membiarkan mayat adikku tergeletak di kamar nya hingga malam hari. Karena jika aku menguburnya sekarang, mungkin akan ada orang yang mencurigaiku.
Saat malam tiba....
Aku mengambil karung besar dari gudang dan memasukan mayat adiku ke dalam nya lalu pergi keluar rumah untuk menguburnya. Aku mencari tempat untuk menguburnya, aku pun menemukan sebuah tanah kosong, terbengkalai, dan berada di sebuah daerah yang sepi, sehingga tidak akan ada yang mengetahui bahwa ada mayat yang dikubur disini, dan tidak akan ada yang mengetahui perbuatanku. Aku pun mulai menggali liang kubur adikku, namun dugaan ku bahwa tidak akan ada orang yang mengetahui perbuatan ku ternyata salah, sepertinya ada orang yang sedang memperhatikan apa yang sedang aku lakukan saat ini. Aku menoleh kebelakang, dan ternyata benar bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikanku, ekspresi wajahnya terlihat ketakutan melihatku. Aku tidak suka ada orang yang mengetahui perbuatanku ini. Aku menghampiri nya untuk memastikan bahwa dia menutup mulut untuk selamanya dengan membunuhnya . Tapi dia lari dari ku, aku pun mengejarnya. Setelah aku menangkapnya aku memutuskan untuk memukulinya dan membanting kepalanya hingga tepat mengenai sebuah batu. Hingga akhirnya dia terkapar dan tak bernyawa, aku meninggalkan nya disana. Aku kembali ke tempat dimana aku akan menguburkan adiku tadi. Aku melanjutkan pekerjaan ku menggali liang kubur adik ku, setelah selesai aku memasukan mayat adiku kedalam nya. Lalu aku menutupnya kembali dengan tanah, aku juga menutupi nya dengan batu, ranting, dan beberapa daun untuk menyamarkan nya agar tidak terlihat seperti habis digali. Dan orang-orang tidak akan menyangka bahwa ada seseorang yang telah dikuburkan disini.
Aku pun kembali ke rumah...
Saat sampai dirumah aku membersihkan tubuhku yang kotor karena terkena tanah ini, lalu tidur, tanpa meyesali sedikit pun perbuatanku hari ini.
Keesokan harinya tersebar kabar bahwa telah ditemukan mayat seorang pria ...
“ Haha itu pasti mayat pria yang aku bunuh tadi malam “ gumanku dalam hati
Dan kabar nya beberapa polisi telah dipanggil untuk menyelidiki penyebab kematian pria tersebut. Tapi aku tidak perlu takut pada polisi, tidak perlu takut jika aku akan tangkap, di adili, dan mungkin akan berakhir di penjara. Aku tidak takut terhadap semua itu karena aku punya banyak uang, aku ini kaya, dan uang bisa membeli semua, bahkan hukum pun bisa aku beli jika aku mau, sehingga aku tidak perlu dipenjara atau menerima hukuman apa pun atas perbuatan ku. Bahkan jika aku mau, aku bisa meyewa beberapa pembunuh bayaran untuk membunuh adik ku, tapi aku tidak melakukanya. Karena menurutku akan lebih puas jika aku membunuh adik ku langsung dengan tangan ku sendiri.
Kini aku tinggal menelpon ayah dan berbohong pada nya bahwa adik ku telah diculik, aku pun langsung melepon ayah, berbicara dengan nada yang dibuat-buat agar ayah ku percaya bahwa adiku telah diculik. Dan seperti dugaan ku ayahku langsung percaya apa yang aku katakan, sehingga ayah berusaha pulang secepat mungkin setelah mendengar kabar bahwa anak yang paling disayanginya telah diculik..... ya anak yang paling disayanginya, yang aku sebut adik yang paling aku benci.
Aku membayangkan bagaimana raut wajahnya ketika Ia tahu bahwa anak yang paling disayanginya kini telah meninggal, dan bagaimana reaksinya jika Ia tahu bahwa dia kembali untuk anak yang sudah meninggal.
Jujur aku sangat kesal bahwa ayah bisa meninggalkan pekerjaan nya yang mungkin sangat penting hanya untuk pulang karena khawatir pada adik ku, tapi selama ini Ia tidak pernah memperlakukan ku seperti itu bahkan Ia mengabaikan ku, tidak mau tahu urusan ku, dan tidak pernah peduli terhadap ku dan hanya peduli terhadap adik ku.
Hanya Bibi yang selama ini peduli kepadaku, selalu memperhatikan ku, menyiapkan ku makan, menemaniku kala aku sendirian, dan memberiku kasih sayang disaat aku tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku. Tapi kini Bibi juga telah pergi meninggalkan ku di saat Bibi mengetahui perbuatan ku, dan Ia takut pada ku. Dan kini Bibi telah tahu bagaimana diriku yang sebenarnya, sejujurnya aku tidak mau mengotori lagi tangan ku dengan darah yang artinya aku harus membunuh Bibi, untuk memastikan bahwa Bibi tutup mulut selamanya dan tidak melaporkan perbuatanku pada ayah atau pun orang lain.
Dan kini aku harus melakukan semua nya sendiri, dan tiada seorang pun yang membantuku. Karena mulai sekarang aku harus terbiasa mandiri.Aku tidak tahu apakah setelah ini ayah akan mulai peduli terhadap ku, tapi akan ku pastikan mulai sekarang kasih sayang ayah akan seutuhnya untuk ku, dan aku tidak segan-segan menyingkirkan orang yang berani merebut kasih sayang ayah, seperti aku menyingkirkan adiku sendiri.
Kini aku sedang menunggu ayah pulang, dan saat ayah sampai aku aku harus siap untuk meyakinkan nya bahwa adiku memang benar benar telah diculik, dan sampai sekarang belum kembali.Aku tidak tahu kapan ayah ku sampai mungkin nanti malam.
Sementara itu....
Orang-orang disekitar ku sedang membahas soal penemuan mayat pria itu dan aku mendengar bahwa beberapa polisi akan meminta keterangan dari penduduk setempat untuk membantu proses penyidikan, dengan cara mendatangi rumah penduduk satu per satu.
Tok... tok... tok....
Selamat siang...
Tok.... tok... tok....
Selamat siang....
Tok.... tok.... tok....
Selamat siang....
Aku mendegar suara ketukan di pintuku, dan dari salam nya aku sudah menduga bahwa itu adalah polisi, yang dibicarakan warga untuk datang ke rumah dan meminta keterangan.
Aku hanya diam di kamar ku dan melihat ke dua polisi itu di luar melalui jendela kamarku. Aku tidak membuka kan pintu untuk mereka, bukan karena aku takut tapi karena aku malas meladeni mereka, aku malas menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mereka.
Jadi aku tak mempedulikan mereka dan hanya diam di kamar ku. Dan mulai tertidur.
Tak berapa lama kemudian mereka akhirnya pergi dari rumah ku.
Saat aku bangun hari sudah semakin sore, aku tidak tahu kenapa ayah masih belum sampai dirumah. Akhirnya ayah sampai dirumah pukul 19.00 dan ayah langsung menanyaiku apa yang terjadi.
Aku pun menceritakan nya pada ayah...
" Ayah kemarin malam aku pergi untuk suatu urusan dan aku meninggalkan adik bersama Bibi di rumah dan ketika aku kembali aku kembali adik dan Bibi tidak ada aku tidak tahu mereka kemana, aku berusaha mencari mereka tapi tidak ada, aku berfikir bahwa Bibi sedang pergi bersama adik jadi aku pun tidur. Tapi keesokan harinya mereka tetap tidak ada dirumah itu sebabnya aku menelpon ayah "
Sesuai dugaan ku ayah mempercayai ceritaku. Dan memutuskan untuk pergi ke kantor polisi besok. Setelah itu aku meminta ijin kepada ayah untuk tidur. Dan langsung naik ke kamarku. Karena aku merasa ke dua polisi yang tadi siang mendatangi rumahku, akan datang lagi saat ini juga.
Tok... tok... tok...
Selamat malam...
Ayah membuka pintu nya, dan berbicara pada mereka.
Apa yang akan terjadi?
.....
Semoga suka chapter kali ini, penasaran kan apa yang akan terjadi selanjutnya, nantikan chapter selanjutnya.
Jangan lupa votmen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story from Psikopat
Детектив / ТриллерDulu aku adalah anak yang disenangi semua orang, tapi semua itu menghilang seketika.