Radit sekarang sedang berjalan menuju kelas dengan penuh rasa amarah. Setelah Radit mendengar dirinya disebut Crazy Boy Radit mempunyai niat untuk menutup mulut orang itu untuk selamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akirnya Radit sampai dirumah, dan seperti biasa rumahnya terasa sepi. Ya sekarang ayah Radit belum pulang dari kantor dan pasti ayahnya itu sedang sibuk dengan seluruh tumpukan kertas yang ada di atas mejanya. Radit yang mengetahui bahwa tidak ada seorang pun di rumahnya itu pun langsung beranjak dari depan pintu menuju kamarnya. Kamarnya terlihat seperti kamar laki-laki pada umumnya. Banyak buku pada rak di sudut ruangan dan meja belajar serta lemari yang bermotif minimalis dan besar di sana dan sebuah nakas beserta lampu tidur di dekat ranjangnya yang berukuran king size. Temboknya berwara biru gelap berpadu dengan putih. Setelah masuk Radit berjalan menuju meja belajarnya, dibukanya laci pada bawah meja belajarnya itu dan mengambil sebuah buku. Dan tanpa dia sadari ketika mata radit menuju sebuah lukisan yang bergambarkan wajah si BIT*H, semakin terasa dendam di pelupuk. Radit memandangi lukisan wajah Tania dengan semyuman smirk " Tunggu pembalasanku TANIA" itulah yang dikatakan Radit dengan senyumnya itu serta penekanan pada namanya. Dan radit pun membuka yang berisi orang yang telah ia bunuh termasuk foto adiknya itu dan disana juga ada foto ibunya. Biasanya Radit akan mencoretnya jika orang itu telah berhasil ia bunuh dengan spidol bertinta merah dan bertuliskan "DEAD" tapi tidak dengan foto ibunya, karena Radit tidak bermaksud untuk membunuh ibunya yang sangat ia sayangi itu.
.
.
.
.
.
.
Radit hanya diam di kamar dan menggurung diri disana sambil memikirkan rencana untuk memberi pelajaran seorang gadis bernama Tania itu. Karena sibuk memikirkan rencana, Radit melupakan waktu makan siang. Dan Radit merasakan perutnya perlu di isi sekarang, dengan segera Radit melangkahkan kakinya itu menuju dapur dan ketika dibuka ternyata tidak ad lauk dan nasi yang tersisa. Radit pun berfikiran untuk mencari makan di luar, karena dia tidak bisa memasak yang apapun selain makanan instan tapi itu pun tidak tersedia dirumah. Dan semenjak ibu dan bibi tidak ada Radit selalu mencari makanan diluar ataupun memesan makan ketika dia malas untuk keluar.
.
.
.
.
.
.
Dan ketika Radit menuruni tangga dia melihat ayahnya pulang dari kantor dan ayahnya pun begitu acuh padanya tanpa melihat radit sedikit pun. Semakin kesal Radit dengan perilaku ayahnya, semakin menjadi emosi dan dendam radit memuncak di ujung ubun-ubun. Dan radit pun santaii berjalan hingga berpapasan dengan ayahnya, dan sedari tadi ayahnya cuman memandangi Hp nya, tanpa disengaja ayahnya menyenggol lengan radit. Dan ayahnya pun juga masih dingin dengan Radit tanpa berasa salah ataupun yg lain, ayahnya pergi begitu saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
Raditpun melajukan montornya dan meninggalkan rumah. Dan disepanjang perjalanan di berfikir ingin makan Mie pangsit malam ini, dan dia pun melajukan montornya ke Warung Mie pangsit dekat stasiun. Dan tak lama kemudian radit pun sampai di warung tersebut dan memesan Mie pangsit dan minumnya, sembari menunggu Mie nya datang Radit befikir strategi untuk membunuh si BIT*H ini. Dan tanpa dia sadari sambil berfikir Mie pangsit berserta minumannya pun datang dan radit langsung meyantapnya. Dan setelah selesai Radit pun langsung membayar dan meninggalkan warung tersebut.
.
.
.
Ketika disepanjang perjalanan Radit tetap memikirkan strategi untuk membunuh target yang dia incar. Dan ketika tiba dirumah Radit langsung memarkirkan montornya dan menuju kamarnya, Radit pun langsung berebahan di Kasur dan matanya tertuju ke sebuah lukisan, lama dia memandangi lukisan tersebut dan akhirny dia terlelap ke alam mimpi.
.
.
.
.
Sekarang sinar matahari sudah masuk melalui korden tipis yang ada pada kamar Radit dan itu menandakan waktu sudah pagi. Dengan segera Radit pergi untuk mandi dan bersiap kuliah. Ya sekarang Radit memiliki kelas pagi dan untungnya dosen yang mengajar sekarang tidak terlalu galak seperti yang beberapa hari yang lalu. Jadi bila dia telat dia tidak akan di bentak dan menyuruhnya untuk tidak mengikuti mata pelajaran yang diajarnya itu. Setelah rapi dan sarapan Radit segara pergi kuliah dan tak lupa Radit juga berpamitan pada ayahnya itu. Radit hari ini tidak telat karena Radit tidak ketinggalan bus dan harus menunggu bus selanjutnya.
.
.
.
.
S
K
I
P
.
.
.
.
Sekarang kelas yang di ikuti oleh Radit sudah selesai dan inilah saatnya Radit menjalankan rencana yang dia susun kemarin malam. Radit menunggu semua orang yang mengikuti kelas itu keluar dan menyisakan Tania saja. Ketika Tania akan keluar Radit langsung menarik tangan Tania untuk mengikutinya." Ya!!! Kau akan membawaku kemana?!" "Lepaskan tanganku sekarang!!" "Aww...sakit!!" Radit yang mendengar itu hanya diam tak mendengarkan apa yang di bicarakan oleh Tania. Radit menyeretnya melewati lorong kampus yang sepi karena banyak mahasiswa yang sudah pulang. Radit membawa Tania ke sebuah gudang kosong yang dulu dipakai untuk menyimpan alat olahraga, tapi kini sudah tidak digunakan lagi dan hanya menjadi ruang kosong yang tidak berguna. Radit memaksa Tania masuk ke dalam lalu mendorong Tania dengan kasar hingga punggung Tania menabrak tembok dan meringis kesakitan. Tania yang pergelanganya di lepas oleh Radit terlihat memerah dan sekarang Tania merasakan perih pada bagian punggungnya." Apa yang akan kau lakukan?!" Tania mengucapkan itu yang melihat Radit yang menutup pintu itu dan sekarang di ruangan itu sangat gelap dan tak ada satupun cahaya yang masuk kecuali dari fentilasi yang ada pada atas pintu. Radit yang mendengar pertanyaan itu tersenyum mengeluarkan smirk dan mendekat ke arah Tania. " Ap....apa yang akan kaa....kau lakukan!" Radit yang mendengar Tania yang sedang tergagap makin tersenyum dan semakin mendekat ke arah Tania. "Ini semua adalah salahmu sendiri dan kaulah yang membuatku melakukan ini" Radit mengatakan ini pada telinga Tania. Tania yang semakin merasa takut memberanikan dirinya untuk menjawab apa yang dikatakan Radit tadi. "Emang apa yang aku lakukan?!" Radit yang mendengar itu langsung memukul tembok di samping muka Tania sehingga Tania semakin takut. "Kau sudah menggangguku dan menyebutku Crazy Boy apa kau tahu!!" Radit mengatakan itu dengan penekanan pada dua kata itu. "Aku akan memberimu peringatan untuk sekarang tapi bila kau membuatku marah lagi apa kau tau yang akan terjadi padamu" Radit mengatakan itu di depan Tania sambil mengambil pisau lipatnya dan memutarnya di depan muka Tania. Tania yang melihat itu langsung merasa takut dia berpikir bahwa Radit itu ingin membunuh Tania. Radit yang melihat wajah Tania yang begitu takut pun merasa senang karena ancaman yang ia lakukan sekarang berhasil. Radit masih memandangi wajah Tania yg ketakutan dengan pisau ditangan dan Radit pun mulai berhitung SATU
.
.
.
.
.
DUA.......
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan ketika hitungan ketiga apa yang terjadii???
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
°
_______________________TBC_______________________Pengen tau kelanjutan ceritanya??
Apakah radit akan membunuh Tania dan pisau itu tertancap di perut Tania?
Tunggu kelanjutan ceritanya!!!
Jangan lupa votment readers-nim😘😘
Sampai ketemu lagi 🤗🤗🤗
-xoxo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Love story from Psikopat
Mystery / ThrillerDulu aku adalah anak yang disenangi semua orang, tapi semua itu menghilang seketika.