🎼Sabtu Malam

121 19 26
                                    

Aku ke lantai atas dan menyusupkan sweter kasmir putih, jins hitam, dan mokasin warna biru laut untuk berjalan-jalan. Ku atur rambutku dengan jari hingga membingkai wajahku. Aku mundur dari cermin untuk mematut diri dan menganggap diriku perpaduan antara gadis yang bebas dan hampir seksi. Seperti Seulgi muehehe.


Persis lima belas menit kemudian, Sone memasukkan mobilnya ke halaman rumahku dan menekan klakson dengan gaya stakato.

"Aku pergi ke pesta kembang api di pesisir bersama Sone," teriakku pada Bi Inyem. "Kalau ibu menelepon, tolong beritahu dia, ya?"

Bi Inyem tergopoh-gopoh dari kamar mandi. "Ke pesisir? semalam ini?"

"Semoga mimpi mu menyenangkan, Bi!" kataku berlari ke pintu sebelum dia bisa memprotes atau menelepon ibuku.

Rambut Sone diangkat ke atas membentuk ekor kuda yang tinggi. Gelungan-gelungan besar melambai di lehernya. Anting-anting emas berbentuk lingkaran bergoyang-goyang di telinganya. Bibirnya dipoles lipstik merah menyala. Bulu matanya diperhitam dan diperpanjang dengan maskara.

"Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku. "Kau cuma punya lima menit untuk bersiap-siap."

"Selalu terampil." Sone nyengir kearahku. "Aku impian cowok pramuka."

Sone memperhatikan dandananku dengan kritis.

"Apa?" tanyaku.

"Kau anak dari direktur Seta Group. Dan uang jajanmu pasti banyak."

"Ne, terus?"

"Kita akan bertemu cowok malam ini."

"Seingatku, begitulah."

"Cowok suka dengan cewek yang seperti.....cewek."

Aku mengerutkan alis. "Dan aku seperti apa?"

"Kau seperti baru saja keluar dari kamar mandi, kau perlu ku permak." Sone mengambil dompetnya.

Sejujurnya, perasaanku campur aduk soal makeup gratisan. Ini karena saran Sehun agar tak ber-makeup tertanam dalam kepalaku. Yang tak ingin ku akui adalah bahwa aku sengaja mencoba saran Sehun pada malam saat aku tak akan bertemu dengannya.

📜📜📜

Setengah jam kemudian aku dan Sone tiba di pesisir. Kami mendapat tempat parkir yang jauh saking ramainya kendaraan.

"Omo, ternyata di sini juga ada pasar malam." kata Sone kagum saat menunjuk beberapa wahana yang menanti di depannya.

Aku setuju. "Kita harus mencobanya!" aku memekik.

Setelah kami mencoba beberapa gerai permainan, Sone dan aku memutuskan waktunya untuk mencari Chanyeol, Chen, dan Baekhyun.

"Itu mereka!" kata Sone, melambai-lambai tangan di atas kepalanya. "Chanyeol, Baekhyun, Chen! Kami di sini!"

"Selamat malam, cewek-cewek." Kata Chanyeol dan Chen serempak setelah berhasil menembus kerumunan orang. Baekhyun membuntuti di belakang dengan wajah yang sama antusiasnya dengan kimchi yang sudah basi.

"Oh, lihat!" Sone memekik. "Foosball!" dan sahabatku ini sudah berzig-zag ke sebuah meja kosong. "Baekhyun dan aku melawan kalian berdua. Yang kalah harus mentraktir pizza."

"Cukup adil, tapi Chen bagaimana?" kata Chanyeol.

"Aku sedang ga ingin bermain. Perutku mual." sahut Chen.

Permainan ini sebenarnya oke-oke saja, hingga Sone bertanya. "Hei, Clary, bukankah itu Sehun?"

"Hm?" gumamku pura-pura tak tahu.

Sweet Lies ¦ Oh Sehun (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang