Sehun sedang duduk bersila diatas kursinya. Sebuah buku catatan berada dipangkuannya, dan iPod dalam kondisi hidup.
“Lo ga mau ke kantin?” tanyaku di sela-sela musik.
Sehun menutup buku dan mencopot earbud. “Aigo, jangan bicara seperti itu. Aku sulit menerjemahkannya. ”Aku menggaruk tekuk kepalaku yang jelas tidak gatal. “Cih, kau bilang ayahmu orang Indonesia. Masa begitu aja ga bisa sih?!”
“Bisa. Hanya sedikit doang. Jangan mengolokku atau nanti, ”
“Atau apa? Lo mau nikahin gue gitu?
“Nah, itu lo bisa nebak.”
Aku memaksa diri tersenyum, tetapi perutku terasa mulas. Sehun akhir-akhir ini sering berlagak seolah dirinya bak pangeran yang mampu menaklukkan hati siapapun.
“Apaan sih lo!?”
Sehun memasang earbud. “Kau ingin aku berbahasa Jakarta mulu ya?”
Aku mengangguk. Selain Sone, ga ada orang yang bisa aku harapin lagi. “Kalo ga mau juga gapapa.”
Sehun tidak mendengarkan. Dia mengabaikanku. “Hun, kau masih disini?”
Aku mengangkat mata, sekedar cukup untuk melihat bagaimana penampilan seseorang yang barusan datang menghampiri Sehun.
Menurutku wajahnya tampan dan tegas. Rambut coklat serta poni menggantung dikeningnya. Warna matanya seperti Sehun. Dan pakaiannya sangat rapi dan wangi sekali.
Seperdetik kemudian, cowok itu akhirnya menarik earbud Sehun dan menunjukkan wajah tak senang.
“Hey, gesitlah! Mereka semua sudah lama menunggumu!”
Sehun memutar bola matanya malas, ia menutup buku dan memasukannya kedalam laci meja. “Ne, emangnya ada apa hyung?”
Cowok tersebut sempat ingin menjawab, namun tertahan saat tak sengaja melirikku yang sedang duduk manis disebelah Sehun sambil menyimak percakapan mereka sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies ¦ Oh Sehun (Slow Update)
Fiksi Penggemar"Takut?"-sehun "Tidak." -Clary "Bohong." -Sehun "Aku tidak takut denganmu."-Clary "Tidak?"-Sehun "Mungkin aku hanya takut akan....akan-" -Clary "menyukaiku?"-Sehun Siapin hati biar kalian ga baper hehe. ©Dewinazhh, 16 june, 2018.