Elisa Ariyani

958 43 12
                                    

Kenalkan nama saya Elisa Ariyani, inilah kisah pengalaman hidup saya.
Saya menikah dengan suami di tahun 2014, setelah menikah 3 Bulan kami pun ingin hidup mandiri terlepas dari orangtua dan mertua 😊
Setelah memilah dan memilih tempat mana yang akan kami tuju, akhirnya suami memutuskan untuk tinggal di tanah hulu daerah kutai barat tepatnya di resak kampung, karna disana ada teman suami yg sudah dianggap seperti saudara. Saya sangat senang karna saya belum pernah merasakan namanya merantau dan tinggal di kampung orang (maklum, saya orangnya suka traveling 😁)

Setelah fix akan ke tanah hulu, malamnya saya mengemasi barang yang akan dibawa sambil membayangkan suasana disana. Saya belum pernah menginjakkan kaki di kampung orang dayak, saya berpikir apakah kami akan diterima dengan baik disana..

Keesokan harinya, kami pun berangkat dari Samarinda tepat pukul 09.00 pagi menggunakan sepeda motor. Entah kenapa pas sampai perjalanan didaerah Tenggarong saya langsung drop, pusing dan muntah- muntah. Saya heran saya ini kenapa kok saya jadi mabok begini padahal kalo naik sepeda motor saya gak pernah mabok, kecuali kalo naik mobil 😁
Melihat kondisi saya yg seperti itu, suami pun memutuskan untuk putar balik lagi ke Samarinda karna dia khawatir dengan keadaan saya. Saya pun menolaknya, karna saya sudah terlanjur ingin merasakan tinggal di kampung orang. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan kecepatan yang sedang dan bisa dikatakan lumayan lambat karna suami takut saya tiba-tiba jatuh. Dengan kondisi saya yang drop, kami pun jadi sering singgah untuk istirahat. Namun, setelah sampai simpang kota Bangun suami menolak umtuk singgah- singgah lagi dengan alasan didaerah situ dan seterusnya adalah hutan dan gak ada penduduk, saya pun mengiyakan saja. Sepanjang jalan saya hanya melihat pepohonan di kiri dan kanan saya. Pengendara lain pun gak ada yg lewat karna pada saat itu cuaca gerimis gerimis manja 😁.

Sepanjang perjalanan suami cuma tanya, "bun, yakin bakalan betah disana?  Disana loh masih banyak hutan gak kayak di Samarinda, apalagi bunda orangnya penakut". Saya pun menjawab "gak papa yah, namanya juga mau hidup mandiri ya ga boleh pilih pilih tempat". Karna keasyikan ceritaan akhirnya pukul 06.00 sore kami tiba dirumah yg saya panggil mamak dayak (dan sekarang sudah jadi mamak angkat saya).

Setelah menyambut kedatangan kami, mamak pun menyiapkan kamar untuk kami. Sekedar intermezzo aja, rumah mamak dayak itu ada 2 tapi digabung kayak rumah bangsalan gitu, rumah yang sebelah ini bertingkat, dan dirumah yang sebelahnya ini cuma ada 1 kamar. Dan kami dipersilakan menempati rumah yg ada kamar 1 ini. setelah membersihkan diri dan makan, saya dan suami pamit untuk istirahat. Di daerah sini belum ada listrik, jadi kalau malam hanya menggunakan mesin domping.
Setelah masuk kamar saya langsung merebahkan diri, lalu 5 menit kemudian dibawah kolong ada suara kayak orang ngaduk ngaduk peceran, karna memang dibawah rumah itu seperti rawa. Mendengar itu saya langsung tanya sama suami, "itu apa yah? " sahut suami "udah bunda diam aja ". Selang gak berapa lama ada yg ngetok ngetok jendela, kami pun langsung saling pandang, gimana gak heran karna disebelah rumah itu kan rawa yang dalamnya sampai lutut orang dewasa, lagian jendelanya juga tinggi, siapa yg bisa nyampe buat ngetok jendela. Jarak antar rumah ke tetangga pun sekitar 20 meter lebih. Makin lama suara ketokan pun makin keras, ngelihat saya yg ketakutan suami pun berteriak "kami disini memang pendatang, tapi kami gag ada niat jahat, jadi jangan ganggu kami!! " lalu suara ketokan itu pun hilang, namun berganti suara perempuan menyanyi dengan suara yg sangat melengking dan memilukan hati. Saya gak ngerti dia nyanyi menggunakan bahasa apa tapi mungkin bahasa dayak. Suara nyanyian itu pun makin lama makin tinggi terus meninggi dan tiba-tiba hilang. Saya pun gemetaran sampai pucat dan keringat dingin. Lalu suami mengajak saya untuk pindah kerumah sebelah. Setelah suami membangunkan mamak dayak, dia kaget melihat saya sudah pucat ketakutan dan gemetaran.

____________
Lalu mamak tanya "loh kenapa ini, ada apa? " suami pun menceritakan apa yg terjadi tadi. Setelah mendengar cerita mamak hanya tersenyum sambil berkata "kamu lagi hamil kali, makanya didatangi" . Saya pun mengelak karna setau saya, saya memang lagi gak hamil. Mamak pun menyuruh kami pindah kamar di lantai 2. setelah tidur dikamar itu perasaan saya agak tenang karna di lantai 2 itu ramai.  Ada 3 kamar yg ditempati anaknya mamak dayak dan keponakannya. Tepat jam 12 malam mesin domping dimatikan. Kami tidur dalam keadaan gelap. Saya pun tertidur lelap dan gak merasakan apapun. Namun jam 6 pagi saya bangun karna perut saya sangat sakit. Saya pikir mungkin ini panggilan alam. Namun setelah di wc saya melihat darah mengucur di kaki saya. Saya pun teriak memanggil suami, lalu suami dan mamak dayak langsung membawa saya ke puskesmas dekat rumah. Dan dokter pun membenarkan bahwa saya memang sedang hamil 2 Bulan. Setelah tahu bahwa saya sedang hamil, suami pun menjaga saya dgn ekstra karna saya sangat drop selama hamil. Kehamilan saya pun memasuki usia 3 Bulan, waktu itu dirumah gak ada air sama sekali buat mandi atau cucian. Lalu mamak dayak menyarankan agar kami cucian dan mandi tempat nenek di ladang. Karna disana ada Sumber mata air yang gak pernah kering. Tempat nya itu lumayan jauh, sekitar 1 jam lebih. Kalau gak salah nama tempatnya itu trans. Kami pun berangkat ditemani oleh anaknya mamak dayak dan istrinya, ada juga 3 keponakannya mamak dayak yang ikut.  Kami pun berjalan melewati jalan yang banyak Batu batunya. Disitu suami saya menggumpal "kalo tau kayak gini baik gag usah pergi aja. Udah jauh, jalannya jelek pula". Suami takut saya keguguran kalo melewati jalan berbatu karna kandungan saya lemah. Karna suami menggumpal seperti itu saya pun diam aja, karna saya yang salah, saya yang maksa buat pergi. Maklum, namanya di kampung orang jadi saya pengen jalan jalan  😁 Setelah 1 jam melewati jalan berbatu, kami pun tiba di ladang nenek. Disana itu cuma ada pondoknya nenek, selebihnya yaa hutan. listrik pun gaada sama sekali, jadi mereka nenek hanya menggunakan lampu pelita. Setelah tiba saya pun langsung mandi dan cucian. Setelah selesai kami juga di jamu makanan sama nenek. Karna keasyikan bercerita, gak terasa udh jam 5 sore. Kami pun pamit pulang sama nenek. Sebelum menyalakan motor, suami berkata sama keponakannya mamak dayak "ada jalan lain kah selain lewat jalan tadi, aku gamau lewat sana lagi kasihan istriku nanti keguguran kalau lewat jalan tadi". Lalu keponakan mamak dayak pun menjawab "ada jalan lain yang lebih dekat, gak sampe setengah jam udah nyampe di jalan Raya. Tapi jalan pintasnya itu di tengah hutan belantara". Suami pun menyahut "iya gapapa yang penting cepat nyampe, udah sore juga soalnya. Udah mulai gelap".  Kami pun bergegas jalan, karna kami ada 3 motor jadi yang paling depan ini keponakannya mamak dayak, mereka bonceng 3, dibelakangnya ada anaknya mamak dayak dengan anak istrinya dan saya sama suami pun paling belakang.  Namun, ini kesalahan besar karna kami memilih jalan pintas. 

KiSah Misteri Area KaltimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang