Chapter 4

137 42 51
                                    

Setelah mendengar suara ledakan tersebut, Stephanie segera berlari cepat menuju kamar mereka untuk memberitahukan apa yang telah terjadi.

"Hey! Bangun semua!" kata Stephanie sambil membangunkan anggota satu per satu. Mereka semua terkejut tatkala melihat Stephanie seperti buru - buru.

"Kenapa Step?" Tanya Taeyong sembari menguap lebar.

"Tadi pas gue mau balik dari toilet, gue rasa bangunan tiba - tiba bergetar dan suara ledakan terdengar tak jauh dari sini. Kalian ada ngerasain gak?"

Hening.

Mereka semua terdiam, entah mereka masih dalam alam bawah sadar mereka atau mereka terlalu terkejut atau juga karena nereka terlalu fokus ke Stephanie yang telah memakai kontak lensa. Dia terlihat berbeda.

"Hah? Beneran lo?" Tanya Tiffany.

Kemudian terdengar suara decakan keras.

"Ck! Haduh, udah deh, mungkin cuma halusinasi lo aja, gangguin orang tidur aja." timpal Guanlin sambil berbaring dan kembali ke alam mimpinya.

Seketika mereka semua bisa melihat raut wajah Stephanie yang berubah drastis, dari yang tadinya panik menjadi dingin kembali sembari menatap Guanlin yang tengah berbaring di kasurnya.

Stephanie menghela nafas pelan sembari menenangkan dirinya, kemudian dia menatap mereka semua.

"Terserah kalian mau percaya atau gak." kata Stephanie dingin dan segera keluar dari kamar mereka.

Mereka semua hanya bisa terdiam dan sesekali menatap pintu keluar.

Abettor

Siang harinya, mereka kembali dipanggil oleh Master Taehyung menuju aula.

"Ini tidak bisa terjadi. Mereka sudah kembali." gumam Taehyung.

"Ada apa Master?" Tanya Jungkook.

"Semalam sudah terjadi penyerangan di wilayah selatan sekolah kita yang menyebabkan seluruh kota hancur dan tidak ada yang selamat. Jasad korban dibiarkan disana dan semuanya dibakar habis."

Semua orang terkejut dan segera menatap Stephanie yang hanya menatap mereka kembali dengan dingin. Kontak lensanya yang berwarna biru semakin memperkuat aura dinginnya.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Dasar Mark keparat. Kalian harus siap - siap jikalau tiba - tiba kalian diutus keluar, kapanpun itu. Apa kalian paham?"

"Paham Master. Kami selalu siap." Jawab Daniel sebagai ketua yang mewakili mereka semua.

"Tapi, apa kami boleh tau Mark siapa?" Tanya Jaehyun dengan hati - hati.

Taehyung tiba - tiba mengeraskan rahangnya.

"Dia. Dia yang sudah membuat kekacauan seperti ini. Dia adalah musuh terbesarku. Dia yang sudah mengancam akan menghabiskan dunia ini."

"Untuk melawan dia sangatlah sulit, dia sangat kuat, anak buahnya banyak sekali dan mereka terlatih dengan baik. Hanya kalianlah harapan terbesar kami untuk melawan dia."

"Tapi Master, kami hanya berduabelas." timpal Ravelline.

"Justru itulah, karena kalian bukanlah sembarang orang. Saya bisa melihat kalian yang asli. Saya memilih kalian bukan hanya didasarkan pada penguasaan seluruh bidang. Saya melihat kalian memiliki suatu titik yang kuat, yang saya percaya akan mampu mengalahkan Mark dan anak buahnya dan menyelamatkan dunia ini dari kehancuran."

[✔] Abettor.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang