Burn It Up

843 102 30
                                        

Guanlin melempar tatapan sinis ke Minhyun.

Mendecih kesal melihat balasan seniornya itu.

"Biar bagaimanapun dia akan menjadi milikku, capat atau lambat" Minhyun terkekeh pelan.

"Playboy manja sepertimu mana bisa memiliki seseorang seperti Jaehwan--"


Duak.




Guanlin meninju rahang Minhyun. Wajahnya memerah menahan emosi yang sejak tadi ditahan olehnya.

"Sialan kau Hwang Minhyun"

Ketika Guanlin akan meninju wajah Minhyun, dengan cekatan Minhyun mengunci pergerakkan adik kelasnya itu.

Merasa Guanlin tidak bisa bergerak, ia mendekati telinga Guanlin. Membisikkan sesuatu disana.












































"Kurasa kau harus bersiap jika tiba-tiba jabatanmu di tim basket turun, Jerk"




















Cklek.




"Loh, ada apa ini?"

Minhyun (Pura-pura) tersenyum melihat siapa yang membuka pintu kamar mandi.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit pemanasan sebelum latihan basket nanti siang Hyunbin"

Guanlin menghantam dagu Minhyun yang berada dibelakangnya dengan kencang.

Duak.

"Argh"

Hyunbin membatu melihat apa yang dilakukan dua orang didepannya.

Pasalnya dua orang itu memang dikenal tidak akur, tapi tidak sampai saling baku hantam seperti sekarang.

"Ya! Ya! Berhenti!!" Hyunbin melerai Minhyun dan Guanlin yang semakin menjadi "Ketua OSIS! Kapten!! Berhenti sebelum ada yang melihat!!"

Tanpa sengaja tendangan kencang Guanlin mengenai tulang kering Hyunbin disertai bunyi retakkan cukup keras.



Krak.



"Argh... Kakiku... "


Hyunbin jatuh memegangi kakinya yang sakit luar biasa. Tangannya mengepal kencang menahan air mata yang siap meluncur dari kelopak matanya.



"SEBENARNYA APA YANG KALIAN RIBUTKAN HAH?!!!! APA KALIAN TIDAK PUNYA OTAK? BERKELAHI DI LAPANGAN SANA BIAR SEKALIAN KETUA YAYASAN MELIHAT DAN MENGELUARKAN KALIAN SECARA BERSAMAAN DARI SEKOLAH!"


Minhyun meringis memegangi sudut bibirnya yang robek. Sedangkan Guanlin bertumpu pada wastafel sambil mengelap hidungnya yang berdarah.

Hyunbin perlahan berdiri.

Sebuah memar terlihat dikaki jenjangnya yang memakai celana basket.









"Selesaikan masalah kalian, aku bosan memisahkan kalian setiap adu mulut. Selesaikan secara dewasa... Argh, aku permisi"

Lelaki bermarga Kwon itu berjalan tertatih keluar kamar mandi.

"Hyunie waeyo?"

Hyunbin mengangkat kepalanya.

Manik matanya menemukan lelaki manis yang sempat menghantui pikirannya belakangan ini.




















































"Ah, apa kau memegang kunci UKS?"













Sementara itu di dalam kamar mandi.

Minhyun mencengkram kerah seragam Guanlin hingga sang empunya sedikit terangkat.

"Kuperingatkan kepadamu sekali lagi Guanlin--"

"Alasanmu terlalu klasik jika kau mencintai Jaehwan hanya karena perjodohan keluargamu, Minhyun!"

Minhyun terkekeh sebelum akhirnya ia meludahi wajah Guanlin.

"Lalu apa bedanya denganmu yang jatuh cinta hanya karena sebuah bekal makan siang hah?"

"Mau bertaruh? Jika kau menang aku akan memberikan mobil Sport putih milikku yang limited edition dengan Jaehwan yang menjadi milikmu"

Guanlin menatap tajam Minhyun yang menyeringai.

"Tapi, jika aku yang menang... Jangan bingung jika apa yang kau miliki akan jatuh ketanganku"

Guanlin meninju rahang Minhyun.

Menendang secara bruntal tubuh didepannya.

"Psikopat" desisnya.

Minhyun tertawa.

Ia bahkan tidak memperdulikan luka ditubuhnya .

Brak.








Setelah puas tertawa, Minhyun berdiri. Membersihkan dirinya.

Air membasuhi wajahnya. Menyisakan beberapa luka lebam yang membiru dibeberapa titik wajahnya.

"Ini akan menarik ahahaha"



































































"Ini, aku berharap banyak padamu Minhyun. Sukseskan acara sekolah kita"

Anggukkan Minhyun membuat pria paruh baya didepannya menghela nafas lega.

"Buat Presiden dan Mentri Pendidikan Korsel bangga"

Minhyun tersenyum.

Sekali lagi ia hanya mengangguk.

"Saya akan pastikan semua akan berjalan sesuai harapan anda pak"



'Dan sesuai rencanaku'


"Kau boleh keluar, Minhyun"

"Saya permisi, Pak"















"Hei, Hwanie"

Jaehwan menoleh.

"Ada apa Niel?"

"Perasaanku kenapa tidak enak ya?"

Jaehwan tersenyum lembut. Dielusnya punggung lebar sepupu kesayangannya itu.

"Tidak akan ada apa-apa Niel~ lagi pula sebentar lagi akan ada acara besar, ayo semangat!"

Daniel tersenyum melihat tingkah sepupunya itu. Pipi yang memerah karena menahan panasnya matahari. Keringat di pelipisnya karena berlari keliling lapangan. Bibir yang basah karena baru saja menghabiskan sebotol penuh Fanta.

"Iya, semoga" lirih Daniel.

Nafasnya tercekat melihat dua orang yang dikenalnya sedang bercengkrama di depan gerbang sekolah.

"Mereka kan... "

"Niel~ ayo! Pak Yoda sudah memanggil kita!!!"

"Sejak kapan nama saya jadi Yoda, Kim Jaehwan?"

Jaehwan mendongak. Menampilkan sederetan giginya yang rapih.

"Telinga bapak seperti Yoda di film Star Wars ehehehe"

Semua murid yang berada dilapangan tertawa terbahak-bahak ketika guru olahraga mereka melemparkan handuk kecil yang basah oleh keringat ke wajah Jaehwan.








'Kuharap mimpiku tidak menjadi kenyataan' batin Daniel.
























TBC

Goodbye Summer [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang