Ostracize

615 112 17
                                    

(v) exclude (someone) from a society or group.


.


Note:

Aku sesuaiin pembagian kamarnya kayak di dorm mereka di Wanna One Go, jadi :

Room 1 : Jisung, Ong, Daniel

Room 2 : Daehwi, Sungwoon, Jinyoung

Room 3 : Woojin, Jihoon, Guanlin, Minhyun, Jaehwan



.



"Jihoon-ah,"

Jihoon mengerang, membalikkan badannya, masih mengantuk.

"Jihoon-ah, bangun."

Pipinya ditepuk pelan. Suara Jisung-hyung.

"Jihoon-ah, perlu aku putarkan lagu 'Nayana'?"

Bibir Jihoon melengkung pelan-pelan. Ia langsung membuka mata lalu menatap Jisung, "Kenapa, sih, hyung?"

"Sejam lagi jadwal perform kita. Ingat siap-siap."

"Iya, iya, eomma..."

Jihoon mengambil smartphone di bawah bantalnya dan mengecek jam. Pukul tujuh malam. Ia bangkit dan mendapati kamarnya kosong. Di luar kamar, samar-samar terdengar suara Daniel tertawa, dan Jinyoung-Daehwi yang sedang cekcok. Sepertinya semua telah bersiap-siap karena mereka harus sudah berangkat pukul delapan. Jihoon hendak mengambil krim wajahnya sebelum ia sadar sesuatu.

"Huh? Dimana ranjang Guanlin?"

Kamar mereka diisi oleh dua ranjang susun dan satu ranjang biasa, tepat untuk lima orang. Namun ranjang biasa yang selalu ditempati Guanlin kini hilang, seolah tidak pernah ada disitu.

"Apa dipindahkan, ya? Tapi untuk apa?"

Jihoon memutuskan untuk mandi dahulu sebelum direcoki lagi oleh Jisung. Ia keluar kamar dan mendapati trio Seongwu-Daniel-Minhyun tengah menonton televisi dengan pakaian yang sudah rapi. Di kamar sebelah, Daehwi sedang membantu Jinyoung mengoleskan krim di wajahnya. Jihoon dapat mendengar suara Jisung dan Sungwoon di dapur, sedang bercakap entah apa—obrolan ibu-ibu. Ketika ia sampai di depan kamar mandi, pintu terbuka dan menampilkan sosok Guanlin dalam balutan kaos Supreme dan rambut basah.

"Oh, Jihoon-hyung."

Jihoon mendorong si maknae untuk menyingkir—hampir membuat sosok kurus itu terjungkal—lalu tertawa-tawa memasuki kamar mandi. Ia agak merasa aneh karena semua sudah bersiap-siap lebih awal—mungkin karena program yang akan mereka datangi merupakan variety show ternama, karenanya mereka tidak ingin telat. Bahkan Woojin yang paling malas pun—

... Eh?

Benar juga. Dari tadi Jihoon tidak melihat Woojin, atau mendengar suara cempreng nan berisiknya itu. Biasanya Woojin mengemil sambil menonton televisi sebelum berangkat, lalu baru masuk kamar mandi setelah semuanya selesai mandi.

Mungkin keluar bersama Manajer-hyung.

Namun pikiran itu langsung dibantah oleh kedatangan Manajer-hyung seorang diri. Beliau segera menuntun mereka memasuki van tepat setelah Jihoon selesai berpakaian.

"Kenapa buru-buru sekali?" keluh Daehwi, yang masuk akal karena masih ada limabelas menit lagi sebelum pukul delapan.

"Itu lho, mungkin karena kecelakaan lalu lintas." Sahut Minhyun.

Seongwu menimpali, "Oh, yang di berita tadi?"

Minhyun mengangguk, "Mungkin jalannya macet, soalnya masih menunggu mobil derek, apalagi ini tabrakan antara truk dengan mobil."

Tidak, Jihoon tidak peduli soal itu. Ada yang lebih mengganggu pikirannya daripada terjebak macet—yang biasanya membuatnya super kesal.

Park Woojin.

Bahkan di kamar tadi, Jihoon tidak dapat menemukannya. Tidak juga di kamar mandi, ruang tamu, dapur, tidak dimana-mana.

"Anu, hyung." Jihoon menepuk pundak Minhyun sebelum yang bersangkutan memasuki van. Minhyun menoleh.

"Hm? Kenapa, Jihoon-ah?"

"Itu..." Jihoon berusaha menghilangkan perasaan tidak enak yang tiba-tiba muncul, "... Woojin kemana?"

Minhyun mengernyit bingung.




"Woojin siapa?"

forget-me-notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang