Encounter

419 91 9
                                    

(n)an unexpected or casual meeting with someone or something.    


.



"Aku tidak gila, hyung!"

Jihoon memandang nyalang pada kakak-kakaknya. "Aku waras!"

Tega sekali mereka mengambil keputusan tanpa melibatkan Jihoon. 

"Kalau kalian tidak menyukai perbuatanku, katakan saja di depanku! Jangan begini."

Tidak adil.

"Seenaknya sendiri."

Jihoon tersenyum sinis.

"Apa mungkin bagi kalian, aku sudah bukan bagian dari grup ini?"

Jihoon berbalik memasuki kamar, bonus membanting pintu lalu menguncinya rapat-rapat. Semua orang yang melihat adegan itu kompak menghembuskan napas yang mereka tahan sedari tadi.

"Semua ini salahku..." sudut mata Daehwi mulai berair.

"Tidak, kita semua yang salah. Seharusnya kita mendengar pendapat Jihoon dulu, baru mengambil keputusan." Minhyun mengusap-usap punggung si maknae.

Jisung memijit dahinya yang berdenyut-denyut, sedikit frustasi. Ia sudah tahu jika reaksi Jihoon akan seperti tadi. Jisung terlalu terpengaruh dengan keresahan member lainnya, sehingga mengabaikan perasaan Jihoon sendiri. Seharusnya ia tidak boleh pilih kasih.

"Hyung,"

Sungwoon menepuk pundak Jisung, "Aku akan bicara pada Jihoon agar mau bergabung dengan kita."

"Aku ikut." Minhyun bangkit, posisinya menghibur para maknae yang murung segera digantikan Seongwu. Sebagai hyung, mau tidak mau, mereka lah yang harus menjadi pilar yang menjaga rumah agar tidak runtuh.

Cukup lama Sungwoon dan Minhyun berbicara sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar, memohon untuk diijinkan masuk. Jisung mengawasi sambil menggigit kuku-kukunya. Ia mulai cemas. Dilihatnya Daehwi menangis semakin parah, Jinyoung dan Guanlin yang bahkan tidak mau bicara, Daniel dan Jaehwan yang membantu Seongwu menenangkan keadaan, lalu kembali lagi ke Sungwoon dan Minhyun.

Mereka tidak pernah berselisih sehebat ini sebelumnya. Jisung rasa ia benar-benar telah membuat langkah yang salah.

Suara kunci pintu yang terbuka mengembalikan fokus semua orang. Sungwoon dan Minhyun memasuki kamar, pintu ditutup kembali. Tidak ada yang berbicara, suasananya buruk sekali. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka  lagi, Minhyun dan Sungwoon keluar ruangan bersama Jihoon—mengekori keduanya dengan ekspresi marah yang kentara.

Tahu-tahu mereka semua sudah ada dalam situasi 'rapat' yang hening dan mencekam. Daniel sampai menggigil karena tidak ada yang mau bicara.

Tidak tahan, Sungwoon akhirnya berdeham, "Jadi—"

"Aku tidak mau, hyung." Jihoon memotong tegas.

"Jihoon-ah—"

"Apa kalian pikir perusahaan akan mengijinkan ini? Bagaimana dengan media? Apa tanggapan orang-orang? Kita semua akan terkena imbasnya. Aku baik-baik saja, hyung! Kenapa kalian berpikir aku gila?!"

"Pergi ke psikiater bukan berarti kau gila—"

"Pergi ke psikiater berarti aku akan diberi obat! Kalian pikir aku sakit, kan? Aku. Baik-baik. Saja."

forget-me-notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang