(n)something remembered from the past; a recollection.
.
Daehwi yakin sekali, keanehan Jihoon bermula saat mereka menghadiri suatu acara talkshow terkenal. Jihoon gelisah setiap saat, menanyakan berulang-ulang tentang seseorang yang tidak Daehwi kenal, bahkan menangis di depan kamera.
"Jihoon-hyung jadi aneh..." curhatnya pada Jinyoung yang mengangguk membenarkan.
"Ingat saat hyung bertanya tentang pot bunga di halaman belakang itu? Kukira dia sedang akting atau semacamnya."
Daehwi setuju. Seumur-umur tidak pernah Daehwi melihat Jihoon yang seperti... seperti bukan Jihoon. Jihoon bukan orang yang keras kepala, dia pasif dan lebih banyak mengalah. Tapi saat ia mengatakan bahwa pot bunga di halaman belakang (yang entah milik siapa) sebenarnya adalah kepunyaan seseorang bernama Woojin, Jihoon bahkan tidak mau disanggah. Bahkan Jisung yang selalu berusaha berpikir dalam sudut pandang orang lain pun merasa bingung dengan tingkah Jihoon. Sang leader saja tidak bisa mengerti, apalagi Daehwi.
Daehwi tentunya khawatir pada Jihoon. Bagaimana kalau kakaknya itu terkena stres karena pekerjaan? Tapi saat di panggung, Jihoon lah yang paling menikmati segala yang mereka lakukan, setiap detiknya. Jadi anggapan stres pekerjaan itu segera ditepis Daehwi jauh-jauh.
Atau Jihoon memang sedang berakting seperti kata Jinyoung? Mengingat cita-citanya adalah menjadi aktor. Ah, Daehwi tidak paham.
Bagi Daehwi, Jihoon sangat susah dimengerti. Kadang ia bisa jadi kakak yang paling menyenangkan, yang enak diajak mengobrol dan melakukan hal-hal seru, kadang malah bisa jadi orang asing yang jarang bertukar sapa padahal tinggal dalam satu atap.
"Soalnya dulu ada Woojin!"
Daehwi reflek menyembunyikan tubuh kurusnya di balik dinding saat menangkap sosok Jihoon dan Guanlin tengah berhadapan.
"Kalian juga sering keluar bersama, lho! Ke bioskop waktu itu, dengan Minhyun-hyung dan Daniel-hyung juga, katanya mau menonton seri Marvel. Ingat, tidak?"
Jihoon-hyung masih belum berhenti, batin Daehwi.
"Tidak ingat..." lirih Guanlin yang diamini Daehwi.
Percakapan itu langsung berakhir dengan langkah gontai Jihoon menjauh dari situ. Daehwi menampakkan diri, membuat Guanlin terkejut.
"Sejak kapan kau disitu?!"
Protes si maknae diabaikan, "Guanlin-ah," ditariknya lengan Guanlin mendekat, "menurutmu Jihoon-hyung masih waras, tidak?"
Guanlin langsung menggeplak jidatnya pelan, "Ngawur."
"Habisnya kalau cuma akting, harusnya sudah selesai, kan? Sudah dua minggu, loh, dan dia masih tetap begitu." ucap Daehwi sambil mencebikkan bibir.
Cukup lama Guanlin terdiam sebelum kembali bersuara, "Kau percaya Jihoon-hyung, tidak?"
Jujur saja, Daehwi akui Jihoon tidak pernah mengecewakan mereka. Selain perkara orang-yang-entah-benar-ada-atau-tidak ini, baik di panggung maupun di luar panggung, Jihoon tetaplah Jihoon si pekerja keras.
"Aku... percaya. Jihoon-hyung selalu profesional, kok."
"Ya sudah. Kau tidak perlu mengerti, kau cuma perlu percaya saja." Guanlin menyengir, "Lagipula otakku tidak kuat berpikir rumit."
KAMU SEDANG MEMBACA
forget-me-not
FanfictionHari itu, eksistensi Park Woojin menghilang dari ingatan semua orang. Kecuali Jihoon. ⚠ friendship ⚠ jihoon-centric ⚠ baku