Emphasize

545 106 43
                                    

(n) make (something) more clearly defined.


.


"INI BUKTINYA, TEMAN-TEMAN!"

Jihoon memasuki dorm dengan wajah sumringah. Di tangannya, terdapat pot bunga plastik ukuran kecil. Ia segera menaruh benda tersebut di meja ruang tengah—pantatnya sempat ditendang Jinyoung karena Jihoon menghalangi televisi (anak itu pasti masih ngambek perihal Jihoon yang tadi tidak sengaja menabraknya. Dasar bocah.)

"Semuanya! Tolong kumpul sebentar!"

Jisung yang sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Jihoon dengan khawatir, tanpa banyak bicara langsung membangunkan Daniel, Daehwi, Guanlin dan Minhyun. Sisanya memang sudah berada di ruang tengah, sedang sibuk memainkan ponsel atau menonton siaran malam. Seongwu yang pertama berbicara,

"Memang ada apa, Jihoon-ah? Kenapa bawa-bawa pot?"

"Sebentar, saja, hyung. Aku mau bertanya..."

Semuanya sudah berkumpul di ruang tengah—sebagian dengan wajah mengantuk, sebagian bingung. Tanpa membuang banyak waktu, Jihoon langsung mengambil pot bunga yang ia temukan dan menatap teman-temannya satu-persatu.

"Ini milik siapa?"

Hening.

"Hyung, yang benar saja..." Daehwi menggeliat di sofa, makin erat menempel pada Jisung, sudah tidak peduli lagi pada Jihoon. Dia kira Jihoon akan membahas hal penting.

"Kau mengumpulkan kami semua hanya untuk menanyakan itu?" Jaehwan tidak habis pikir.

"Makanya dengar dulu," Jihoon jadi merasa bersalah telah mengganggu mereka. Tapi baginya, penemuan ini sangat penting, "aku menemukannya di taman belakang. Siang tadi, Woojin yang mengisi pot ini dengan tanah, dan menanam biji bunga di sini."

"Haah, Woojin lagi—"

Jihoon langsung memotong protes dari Sungwoon, "Pot ini bukan milik salah satu dari kalian, 'kan?"

Sembilan orang kompak menggeleng.

Jihoon tersenyum lebar, "Nah, itu dia! Kenapa pot ini bisa ada di dorm kita kalau kalian tidak ada yang membelinya? Ini buktinya! Aku jelas-jelas melihat Woojin mengisi pot ini dengan tanah dan biji bunga—"

"Bukannya itu milikmu?"

Jihoon menoleh, mendapati Jinyoung menatapnya tajam. "Bisa saja hyung yang beli, 'kan? Soalnya cuma hyung yang tahu soal itu."

Wajah Jihoon merah padam, marah. "Aku tidak membelinya! Woojin yang membelinya!"

Daniel tertawa canggung, "Hei, hei, jangan bertengkar... hmm, kalau bukan Jihoon yang membelinya, mungkin Manajer-hyung?"

Jihoon menggeleng keras-keras, "Manajer-hyung tidak suka hal-hal begini, kalian semua juga tahu, 'kan? Percayalah padaku, ini Woojin yang—"

"Jihoon-ah," Jisung yang melihat member lainnya mulai risih, akhirnya tidak tahan juga, "begini... aku percaya padamu."

Jihoon tersenyum manis hingga deretan giginya nampak, "Jisung-hyuuung~"

"Tapi," Jisung menghentikan Jihoon yang ingin memeluknya, "tapi, kau tidak punya cukup bukti. Kalau memang orang bernama Park Woojin itu nyata... pasti ada sesuatu yang ia tinggalkan, sesuatu yang akan membuat kami ingat padanya."

"Tapi ini tidak masuk akal. Kenapa kita bisa lupa?" timpal Seongwu sambil menggaruk kepala.

"Pilihannya hanya dua; kita yang amnesia, atau Jihoon yang berhalusinasi." tambah Minhyun.

forget-me-notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang