J A Y S A 10 ─ What If

16 5 2
                                    

Langit temaram seakan menyinariku, membawa keheningan selembut cahaya mentari. Andaikan aku bisa berseri lagi, itu hanya bisa menjadi pengandaian yang tak bisa kucapai.

─#JaysaQuotesEps10

=====

Mulmedia : Everglow ─ Coldplay

Ini sudah masuk bagian romantis-romantisnya. Selamat membaca!
Jangan lupa tanda bintang kecil di sudut bawah, ya! ❤🌟

=====

“Lo punya impian apa, Jay?”

Tiba-tiba Isabelle menanyakan suatu hal yang membuat Jayden mengernyit bingung. Biasanya Isabelle akan membicarakan topik untuk bercanda untuk membuka pembicaraan. Namun, yang kali ini sepertinya berbeda dan Jayden hanya menerawang jauh.

Mereka berdua duduk di tebing dengan dua buah kaleng soda yang menemani pembicaraan mereka saat senja dimulai. Melihat matahari terbenam dengan impian-impian kecil.

Jayden menatap langit-langit. “Gue dari kecil gak punya impian.”

Isabelle mengangguk faham. Gadis itu lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberinya pada Jayden. “Gue buat ini tadi di sekolah. Rela dimarahi Bu Kasih karena gue ngecat di pelajaran Agama tadi,” senyum samar menghiasi wajah cantik tadi.

Jayden melihatnya. Di kanvas yang sudah tergambar bulan bewarna putih dengan siluet background langit hitam dan bintang-bintang cerah yang mengelilinya.

Pria itu memegang lukisan itu dengan kernyitan di dahinya. “Dulu gue pernah punya impian. Misalnya, kalau gue punya pacar, gue akan anggap gue Bulannya dong.” Ucap Isabelle dengan santai.

Jayden mengernyit. “Bukannya seharusnya pacar lo Bulannya?”

Isabelle menggeleng tak setuju. “Pacarnya itu lo, Jay. Bulan itu cuman satu. Sedangkan, Bintang disekelilingnya itu bagaikan lo yang akan jaga gue dimana aja tanpa takut gue berjalan di langit gelap pun.”

Pria itu terkekeh kecil. “Gue baru ngerti.”

“Lo mah loading lama amat,” sebal Isabelle.  “Gue udah puitis nan romantis gini lo masih bisa-bisanya masang wajah datar.” Cebik Isabelle dengan kekesalan yang kentara.

“Gue setuju lo Bulannya.” Ucap Jayden dengan suara seraknya. Isabelle menatap Jayden pandangan berbinar. Pria itu tidak bisa cara romantis atau apapun itu. Jayden menunjukkannya dengan perkataan bukan dengan perbuatan seperti surprise atau apapun.

Jayden menyingkirkan anak rambut Isabelle yang menghalangi wajah cantik itu. Dan, memandangnya sejenak.

Isabelle bahkan harus menahan degupan jantungnya yang sudah berdetak dengan kencang.

“Because she was like a moon, part of her was always hidden away.”

Satu detik.

JAYSA #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang