05

2K 175 46
                                    

Taehyung merasakan kehangatan yang menjalar mulai dari telapak tangan hingga ke seluruh tubuhnya. Sampai detik ini, ia nyaris sulit percaya tangannya digenggam dan dibawa lari bersama seorang Jeon Jungkook.

Maniknya pun ikutan tidak tahu bagaimana caranya berkedip. Seakan tidak rela ini berakhir, pandangan Taehyung tidak bisa dialihkan barang sekejap untuk terus memindai pergerakan punggung bidang di depannya yang berguncang-guncang, naik turun tidak teratur.

Jungkook terus berlari dalam kecepatan tinggi, membelah kegelapan dan menyusuri jalan kosong, serta memijak aspal basah.

Pria itu akhirnya berhenti di sebuah kios pembelanjaan terdekat, membiarkan Taehyung menunggu seorang diri selama beberapa waktu.

Ketika pergesekan pintu kaca terdengar, lekas Taehyung menoleh, dan mendapati Jungkook menentengi plastik kecil.

"Aku membeli semacam obat luka dan plester." Dia berbicara canggung, sambil mengupas bungkusan yang tersegel lalu berjongkok menyesuaikan posisi.

Taehyung mendesis kala alkohol itu membelai kulitnya yang kian berubah jadi tusukan. Tidak kehilangan kesempatan, Taehyung memperhatikan pria yang tidak mencapai satu inchi darinya. Ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas dari bibir merah pria itu. Terselubung bau apel, mint, dan sage.

Dirasa terlalu lama membisu akibat suasana malam dan larut dalam pikiran masing-masing, Jungkook tiba-tiba menggerutu,

"AHHHH!" teriakannya malah terdengar seperti rengekan bagi Taehyung, "Gila, kenapa aku teriak-teriak tadi eoh? Astaga, nanti kulitku bisa keriput. Omo." ucapnya dengan nada khawatir, menepuk-nepuk pipi tirusnya.

Taehyung mendecih, ia sungguh tidak percaya pada pendengarannya barusan, ia pun menukas sengit "Woah, Tch! Jadi itu yang lo khawatirin dari tadi?
HEH! CURUT! Lo beruntung ya ga gua semprot dari tadi. Tapi tiba-tiba lo ngomong gaje gini eoh?! " bentaknya kasar sambil mengancungkan tangan.

Taehyung sungguhan, gadis itu tanpa sangsi menarik pipi tirus itu ke samping, melayangkan sebuah bogeman mentah pada bawah dagunya, membuat pria bongsor itu terjungkal ke belakang.
"L-lo! L-lo tau ga apa yang udah lo lakuin barusan eoh? Dia itu bos gue! Kenapa lo ngungkit masalah nikah hah?! Kenapa lo jadi nyebarin semuanya?! ARKH! Michigetda jinjja!"

Jungkook meringis, wajahnya merah padam,"Arkh! Appo, Kim Taehyung! Mwoyaneungoya eoh?!"

"Wae?! Gerrae, gue...Kim Taehyung, ga akan segen-segen nonjok lo sekalipun lo presiden. Arraseo?!"

Jungkook murka. Ia beranjak dan berlari, menyamai derap langkah Taehyung, mengapit leher gadis itu dengan lengannya kencang, hingga Taehyung merasa tercekik.

"Kamu pikir kamu kuat? Oho, salah. Aku Jeon Jungkook juga gak akan segan-segan sekalipun kamu wanit----

DUAGH!

Badan berotot pria itu seketika melayang---sebelum terhempas kuat ke jalanan. Menimbulkan bunyi nyaring tulang punggung dengan kerasnya aspal.

"BACOT! Lo pikir lo siapa berani megang gua hah?!"

Jungkook mengaduh, serius ini sakit. Tidak terima diperlakukan tragis, dia menarik ujung kaki Taehyung membuat wajah gadis itu ikut mencium aspal, menimbulkan debum nyaring.

Nafas Jungkook tidak beraturan, seperti terengah-engah, "Kamu mau tau rahasia cincinmu itu heh? Itu palsu. Lihat saja ukirannya. Dasar bodoh. Sekarang, benda itu milikku. Jangan harap aku akan memberikannya padamu Kim!" Pria itu menyeringai.


Taehyung sungguh sudah mencapai titik puncak kemurkaan. Secara fantasi, kupingnya mengeluarkan asap mengepul, otaknya ingin meledak. Dia menghembus napas kasar, berhasil meniup poninya ke atas.

Unseen [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang