Ayi kembali membaca salinan puisinya. Kembali mencoret dan mengganti dengan kata yang lebih puitis.
Jangan salah, walaupun begini-gini, Ayi cukup mahir mengarang kata dan mencakupnya dalam bentuk puisi. Setidaknya ada sekitar sepuluh piala yang Ayi dapatkan dari kegemarannya ini.
"Sudah?" Tanya bu Susi, selaku pembimbing dan guru bahasa Indonesianya di SMP Tunas Bangsa.
"Bentar bu dikit lagi"
"Nah udah" sambung Ayi.
Bu Susi membaca tulisan puisi yang dikarang Ayi.
"Oke, untung kamu sekolahnya disini"
"Kenapa bu emangnya?" Tanya Ayi.
"Kan jadinya yang bakalan menang sekolah kita karna punya siswi yang jago sastra"
"Ohh" balas Ayi.
"Yaudah besok kesekolah dulu ya, kita berangkat dari sekolah"
"Ohh okeoke bu, tapi gimana lombanya bu?, Ayi kan disuruh lomba juga sama ibu Sri buat lomba cerpen sama lomba nyanyi disuruh sama pak Nur"
"Kalo sama pak Nur mah gampang, bagian nyanyi bisa sama kembaran dia aja, Nur anak squnif"
"Ohh okeoke, tapi sama ibu Sri gimana?"
"Bisa suruh Rian aja buat datang besok, anak samnac kan?"
"Ohh iyaiya"
"Oke bu, Ayi pulang duluan ya" ucap Ayi, untuk izin pulang.
Bu Susi hanya mengangguk dan sedikit memberikan senyuman sebagai jawabanny.
****
Sesampai dirumah, Ayi langsung masuk kekamarnya berganti pakaian dengan sebelumnya mandi terlebih dahulu.
Kembali turun keruangan bawah, untuk mengambil beberapa keperluan untuk menemaninya membuat beberapa rangkaian puisi.
Semua sudah ada ditanyannya, satu bungkus roti roma, dan dua sanwic juga dua botol mineral berukuran besar.
"Lo mau ngapain? Ikut perang?" tanya seseorang yang tak lain dan tak bukan kakak tergantengnya, Angga.
"Iya mau perang sama korea utara" jawab Ayi asal.
"Ohh sekarang bukan korea selatan lagi yang perang sama korea utara?"
Ayi tak mengubris pertanyaan tak berbobot yang keluar dari mulut Angga.
"Yeh ditanyain malah nggak jawab lagi"
"Entar lo nggak ngerti kalo gue jelasin kak" ucao Ayi.
"Ohh okeoke nggak usah dijelasin" balas Angga.
Sekarang Ayi sudah siap untuk berperang seperti kata Angga.
Senjata yang diperlukan sudah lengkap. Seperti kamus B. Indo tebal sebagai senjata terampuhnya, seperti sebuah granat.
Tak butuh waktu lama Ayi sudah menyelesaikan puisi pertamanya.
Ting..
Ting..Sebuah pesan masuk lewat ponselnya. Ayi sangat terkejut membaca pesan di ponselnya.
From, Kak Tiara.
"Dek, lo pacaran sama Nalan?"Belum selesai membalas pesan dari Tiara Ayi sudah mendapatkan pesan lain.
From, Bangke Tian.
"Eh adek durhaka! Lo pacaran sama Nalan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AN
Teen FictionHanya kejailan dan keisengan semata yang mengawali kisah cinta mereka. Hanya karna ada semacam reunian karna ada yang baru pulang dari jerman. Hanya karena ingin pergi membawa motor, terus dijailin. Nggak sengaja kedenger sama makhluk ciptaan tuhan...