8 . Nalan gila!

8 4 1
                                    

Tinn..
Tinn..

"Jaket sama hp gue mana?" Ucap sang pemilik motor sambil membuka kaca helm-nya.

Tatapan orang disekitar Ayi mendadak ganti fokus. Cukup terkejut, dengan kehadiran sang pangeran sekolah.

"Kata bang Angga lo tajir melintir" ayi bergumam pelan.

Namun Nalan masih bisa mendengarnya, "Ya tetep aja tapi, hp gue mana? Tapi, lebih penting jaketnya"

"Aelah, jaket nya buat gue aja. Lagian udah gue masukin lemari juga, udah ngga bisa dikeluarin lagi".

"Gue mau jaket gue balik!"

"Halah.. ini namanya tajir melintir?" Ayi kembali bergumam kecil.

"Ada dirumah ada di lemari kamar yang paling pojok, yang ada kacanya, tapi yang kecil bukan yang besar. Kan ada tiga tukan, buka yang tengah. Gue lupa dikunci lemarinya ato engga, kuncinya mungkin di laci meja gue, atongga di keranjang diatas meja belajar gue. Kalo ngga ada disana paksa lo cari sendiri sampe dapet. kuncinya pasti ada dikamar kok." Ayi menyelesaikan kalimatnya dengan sebuah cengiran.

"Naik"

"Apa?"

"Naik, cepetan, gue mau jaket gue sekarang"

"Tapi ini gue lagi ada urusan"

"Bukan sama gue kan?"

"Iya sih tapi kan--"

"Udah cepetan naik!"

"Yaelah galak bener"

"Kak lo tadi mau ngomong apa sama gue? Perlu banget ngga?", Ayi bertanya kepada orang orang yang datang menghapirinya tadi.

"Kak?"

Mereka kaget dan salah tingkah karna ketahuan sedang memandangi Nalan dengan tatapan seperti ingin menerkam.

"Ekhem, ngga--"

"Ngga penting banget kan? Udah naik cepetan!"

Ayi menaiki motor milik Nalan "Bye gue luan ya", ucap Ayi sambil melambaikan tangan.

Yang membuat Wenda kesal sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin? Nalan sang pujaan hatinya, yang bersatatus mantanya yang selalu dia banggakann itu, melakukan hal sehina ini didepan teman temannya. Tentu itu membuat wenda naik pitam sejadi jadinya.

"Awas aja lo Ayi, lo bakalan nyesel seumur hidup!"

****

Nalan sudah gila! Bagaimana ia melakukan itu?! Menolong Ayi dengan meng-kambing hitamkan jaket dan ponselnya. Nalan tak pernah melakukan ini.

Dalam perjalanan Ayi melontarkan berbagai pertanyaan. Dari pertanyaan mengapa Nalan sangat ingin jaket itu hingga sampai pertanyaan apakah Nalan mengikuti akun akun gosip seperti lambe turah. Dan itu berhasil membuat kepala Nalan pusing. Hingga akhirnya Ayi lelah sendiri dengan tingkahnya.

Keduanya sampai dirumah Ayi yang sederhana dengan banyak tanaman yang menumbuhi pekarangan depan rumahnya. Memang mamanya sangat menyukai tanaman.

"Jaket gue udah dicuci?"

"Udah"

"Wangi?"

"Iya dong, pewangi serta pelembut pakaiam ten in one"

Nalan diam sebentar. "Canda elah, serius amat" Ayi menyambungkan kalimatnya dengan sedikit memukul lengan Nalan.

Nalan berdehem, "udah disetrika?"

"Hem.. harus?" Ayi bertanya.

"Besok balikin sama gue dikelas" Nalan sedikit melirik jam tangan miliknya.

"Jam tujuh gue mau pakeknya"

Ayi membuka mulutnya dengan lebar dengan ekspresi heran dan aneh.

Hah?! Jam tujuh? Satpam aja belom bangun. Mungkin?.

"Seriusan?" Ayi bertanya dengan ekspresi serius dan heran.

"Gue bercanda?" Tanya Nalan, dan tentu mendapatkan gelengan sebagai jawaban dari Ayi. Tapi masih dengan mulut terbuka setengah.

"Tapi gue belom bangun jam segitu"

"Pokoknya jam tujuh gue mau jaket gue ada diatas meja"

"Meja apa?"

"Meja kelas gue"

"Bangku lo?"

"Iya"

"Mana gue tau bangku lo yang mana" Ayi berucap sambil sedikit mendelik.

"Kelas sebelas IPA satu, tanya aja sama anak kelas bangku gue yang mana"

"Yeh.. ngga mau gue. Paan kekelaslo cuma buat balikin jaket, pake nanya lagi. Mana kelas anak sebelas kan di lantai atas semua, gamau gue."

"Besok gue tunggu"

Itulah kalimat yang Nalan lontarkan, sebelum motornya pergi meninggalkan Ayi yang masih ingin membantah kalimat Nalan.

Rasasayanghae, Ayipujiss.

ANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang