10 . Tragedi.

10 4 0
                                    

Bell SMA Merdeka baru saja berbunyi. Inilah yang ditunggu oleh para siswa siswi sekolah ini. Terbebas dari pelajaran hari ini sudah cukup untuk membuat mereka bahagia, memang bahagia itu sederhana.

Ayi dan Lia masih berada dikelas untuk menunggu Ify yang sedang keluar kelas untuk mengantarkan buku keperpustakaan sekolah.

"Inget Yi, keparkiran dulu" ucap Lia yang sedang menatap layar ponselnya.

Ayi menoleh sebentar kearah Lia, "Ngapain gue kesitu?", dan kembali menatap layar ponselnya.

Lia memindahkan tatapannya kepada Ayi dengan tatapan yang takdapat diartikan dengan pasti dan benar. Antara tatapan biasa saja seperti tatapan Lia biasanya yang memang seperti itu, atau tatapan marah-kesal dan aneh dengan Ayi.

"Ayi!! Lo tadikan udah diajak ketemuan sama kak Nalan di parkiran! Masa udah lupa!!"

"Selo aja.. lagian ngapain gue kesana. Orang ngga jelas mau ngapain kesana." Balas Ayi santai dengan masih melihat layar ponselnya.

"Serah lo ya Yi.. beneran deh. Ngapain juga gue ngomong gitu sama lo, yang orangnya memang ngga pernah bersyukur."

Ayi sekarang sepenuhnya menoleh ke arah Lia." Emang apaan yang mau disukurin?" Tanya Ayi.

Lia menghela napas panjang, dan menatap Ayi yang juga sedang menatapnya, "Ya, secara gitu Yi. Lo udah diajak kak Nalan yang notenya pangeran sekolah"

"Yeh.. daripada Nalan mah gue lebih suka sama kak Dimas"

"PAAN LO BAWA-BAWA NAMA PACAR GUE?!?!"

Ify tiba tiba menyambung perbincangan mereka dari ambang pintu kelas mereka dengan tangan yang ada dipinggulnya.

"Mampuslo ketawan ama pawangnya" ucap Lia bermaksud mengejek Ayi.

Ayi meneguk air yang ada di dalam mulutnya. Ini dia sang jelmaan Ify yang paling berbahaya. Mungkin?

****

Ayi dipaksa harus keparkiran oleh Ify dan Lia. Ini adalah kesempatan yang paling langka bagi mereka, juga orang lain.

Sedangkan, orang orang masih setia menunggu Ayi yang juga sedang ditunggu oleh Nalan.

"Anjir, baru lima menit yang lalu nih bell sekolah bunyi, napa udah rame bener nih parkiran" ucap Ify.

"Tuh kak Nalan ampe nungguin lo Yi..." ucap Lia, sambil menaik turunkan alisnya.

Nalan yang mulanya hanya menunggu sambil memainkan ponselnya kini berganti dengan menatap setiap langkah dan wajah tertekuk yang menurutnya lucu itu.

Ayi sangat aneh menurut nalan. Ia selalu menatap dengan tatapan sinis. Setiap berucap selalu menautkan alisnya. Setiap langkah lembut yang Ayi ambil, pasti bisa membuat pipi gembulnya bergetar. Bibir kemerahan milik Ayi selalu terutas naik keatas didua sudutnya. Entahlah, menurut Nalan itu aneh, tapi lucu dan unik.

Langkah terakhir telah diambil oleh Ayi. Hingga kini ia telah sampai di parkiran sekolah.

"Kenapa?"

Nalan bukannya menjawab malah tersenyum. Sontak Ayi mendengus kesal. Ia sudah kesal dari awal, dari harus rela keparkitan dahulu, ditinggal teman temannya yang entah pergi kemana, menjadi tontonan para sisiwa di sekolah, sampai ia harus pulang dengan mengeluarkan ongkos. Itu tentu membuat Ayi kesal, apalagi dalam poin terakhir.

"Kenapa sih?" Ayi kembali bertanya yang membuat tautan alisnya semakin tampak.

Nalan malah memperlihatkan giginya, ia sungguh gila!

Ayi menghentakan kakinya sambil berucap yang lantang dengan nada kesal, "Ihh... kak Nalan kenapa sih??" Kali ini Ayi bukan kesal lagi, ia sudah naik pitam.

Nalan malah tertawa! Kali ini sudah tak diragukan, Nalan tertawa karna melihat perpaduan tadi, alis Ayi yang bertautan dalam, hentakan kakinya yang membuat dua buah pipi kanan dan kirinya bergetar, serta bibi kemerahan Ayi yang berucap lantang dengan nada ketus khas miliknya.

"Ayok ikut gue", Nalan menarik tangan Ayi.

Ayi jelas menahannya, "Eheheh.. paan nih?, main tarik aja bang" Ayi melepaslan tanyan Nalan yang menariknya.

Nalan sedikit melirik ketangannya. Tangan Ayi, tangan yang telah melapaskan genggamannya. Entah ini perasaan apa, yang pasti Nalan merasa ada sesuatu yang aneh dengan detak jantungnya.

Nalan terdiam untuk beberapa detik, dan kemudian kembali merauk tanyan mungil putih milik Ayi.

Nalan menarik Ayi kearah motor miliknya. Nalan langsung menaiki motornya, dan memasing helm, taklupa dengan Ayi, Nalan yang memasangkannya.

Dan Ayi?, ia hanya diam. "Lo mau naik sendiri, apa gue yang naikin?"

Oke, itu cukup untuk membuat ayi menuruti perintah yang Nalan ucapkan.

Jangan lupakan para penonton!! Mereka masih setia denfan tayangan esklusif secara live ini. Melihat Nalan yang melakukan sesutu yang aneh tapi menggemaskan itu membuat mereka tang melayang. Ketika tau Ayi dan Nalan akan pergi membuat mereka kesal. Seperti film mereka terjeda karena iklan, atau siaran langsung mereka terjeda karena sinyal yang buruk.

Yang pasti mereka akan menjadi bahan pembicaraan panas nan hangat untuk hari ini, besok, lusa, dan hari hari berikutnya. Ini adalah sejarah bagi SMA Merdeka!

****

Rasasayanghae, Ayipujiss.



ANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang