Seven : That's Freak Jae

107 30 1
                                    

Happy Reading


“Bungamu bisa layu jika kau membiarkannya,“

Hwiyoung berdecih menatap si freak Jaeyoon yang baru saja merapalkan sebuah kalimat padanya.

“Dasar gila,“ gumam Hwiyoung.

Bunga apanya? Bahkan Hwiyoung sedang tidak terlihat membawa bunga. Hwiyoung menggeleng heran menatap si freak Jaeyoon yang menampilkan wajah memohon padanya.

Ctak..

Hwiyoung menjentikkan jemarinya. Sebuah gagasan baru saja melintas di kepalanya.

“Kau sedang menyesal karena mengambil pemotretanku? Ck tidak perlu! Aku bahkan mendapat pemotretan yang lebih baik hari ini. Aku menggantikan Zuho sunbae-nim, kau tahu?“
“B-bukan itu. Bunganya Kim, bunganya!!“
“Hey ada apa denganmu?!! Jika keanehanmu muncul jangan melibatkanku atau mendekatiku, mengerti?!!“

Hwiyoung menatap nyalang Jaeyoon. Setelah itu ia menyentak tangan Jaeyoon yang sebelumnya mencengkeram pergelangan tangannya.

“T-tapi Kim..“ bola mata Jaeyoon bergulir ke sana kemari seperti orang ketakutan.
“Ck, sudah ku bilang jangan ganggu aku, freak! Dasar menjijikkan!!“

Selepas mengumpat, Hwiyoung meninggalkan Jaeyoon begitu saja. Kaki jenjangnya menapak menuju sebuah club malam di mana teman-temannya sudah menunggu.

Ini hari ulang tahun Hwiyoung. Dan sudah menjadi rutinitas tahunan untuk merayakan itu bersama rekan sesama model.

Semua teman satu agensinya ia undang. Termasuk Jaeyoon. Maka bukan hal yang mengherankan jika tadi mereka sempat bertemu di tempat parkir.

Hwiyoung masuk ke club langganannya. Sesampainya di sana, ia disambut tawa heboh teman-temannya.
Mereka sedang menertawakan tabiat buruk manager Hwiyoung -Kang Chani- ketika sedang mabuk. Sosok pria berisik itu menari tidak jelas dan berteriak seperti orang gila.

“Wah ini hiburan,“ seringai Hwiyoung.
“Kau tahu Kim, manager cerewetmu ini menyebalkan. Dia terus-terusan menyuruh kami pulang dengan alasan jadwal dan sebagainya,“
“Ck pria pendek itu juga melarang kita minum. Enak saja!! Memang kami menggunakan uangnya apa?!!“

Hwiyoung menatap datar beberapa temannya yang mengeluh mengenai kelakuan managernya. Dan Hwiyoung tidak peduli. Karena sebenarnya manager Kang itu sangat menyebalkan.

Bagaimana tidak menyebalkan jika niat awalnya yang hanya menyuruh Hwiyoung datang untuk menandatangani kontrak di hari libur menjadi menggantikan pemotretan Zuho hingga larut malam. Tadinya Hwiyoung ingin menolak. Tetapi begitu ia mengetahui jika pemotretan itu untuk brand ternama, Hwiyoung langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.

Itu adalah brand yang membuat Zuho go international dan disegani banyak orang. Dengan kata lain, jika seseorang menjalani pemotretan itu ada sebuah jaminan ia akan semakin populer.

“Hey Hwi! Kau harus mentraktirku untuk pemotretanmu dan manager bodohmu,“

Hwiyoung tersenyum miring pada Rowoon yang baru saja mendatanginya. Ia mengangkat tangannya agar pelayan membawakan mereka minuman beralkohol. Dan kedua sahabat itu mengulang rutinitas mereka beberapa malam lalu. Berbincang sembari menenggak beberapa gelas minuman beralkohol.

Keduanya tertawa bersama. Melupakan segalanya dan menikmati popularitas. Mengabaikan dentuman jarum jam yang berputar hingga guyuran air langit di luar sana.

Sedangkan di luar club ada seorang pria tinggi lain yang menatap sedih pada titik-titik air. Ia berjongkok untuk mengambil sekuntum bunga yang beberapa saat lalu terbang tertiup angin.

“Aku sudah bilang. Sekarang bunganya hancur tertiup angin,“ rintih Jaeyoon yang menatap sendu kelopak bunga tidak berbentuk di telapak tangannya.

Terbiasa mengabaikan membuatmu melupakan dengan mudah. Terlebih jika duniawi di hadapanmu.
Bukankah popularitas sesuatu yang sangat menggiurkan?..


I Dont Know How To Love [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang