Two : Useless

175 36 2
                                    

Happy Reading!!!



Ara menatap nanar nasi serta sayur yang ia buat tadi sore. Seperti biasa, semua hanya akan berakhir di tempat sampah. Mungkin ini hanya hal yang sederhana. Tapi, apakah ini bisa dianggap sepele ketika apa yang ia lakukan setiap hari untuk orang yang ia cintai berakhir dengan sia-sia?

Sekali dua kali, ia masih memakluminya. Namun Ara menjadi tidak tahan jika itu mulai menjadi rutinitas. Hal kecil seperti masakan saja ia abaikan, apalagi Ara.

Sayangnya seseorang tidak peduli. Dia lebih memilih berjalan melewati Ara dan membiarkannya mematung pada pukul 2 dini hari.

'Lihat aku. Apa kau sangat mencintai uang, sampai dengan mudah melupakanku?'

Ara memukul dadanya yang berdenyut nyeri. Ia bukan gadis yang lemah. Namun ia menyesali hatinya yang berseru setiap kali orang itu melewatinya. Ya, Ara tidak pernah mengungkapkan kekecewaannya.

Ara menghembuskan nafasnya lalu bergumam pada dirinya sendiri.

“Maaf, aku bukan gadis yang baik. Aku bahkan masih ingin protes ketika kau sudah memiliki kesempurnaan. Tapi, bisakah kau meluangkan sedikit saja waktumu untukku? Bisakah??“

Ara mulai berani mengungkapkan kekecewaannya. Namun orang itu tidak mendengarnya. Karena ia sudah terlelap. Yang dapat Ara lakukan saat ini adalah berharap. Berharap Tuhan berbaik hati padanya dan menyampaikan apa yang ingin ia katakan melalui hembusan angin pada orang yang sangat dirindukannya.

'Aku memohon padamu, Tuhan. Aku merindukan Youngkyun-ku,'

.

.

.

Hwiyoung memakai pakaiannya sembari mengumpat. Bangun setengah jam sebelum jadwal pemotretannya, membuat ia harus melakukan semuanya serba cepat. Belum lagi ponselnya yang tidak berhenti berdering sedari tadi. Sudah dipastikan jika itu ulah manager cerewetnya, Kang Chani.

“Aish sialan!“ umpat Hwiyoung karena tidak bisa mengancingkan kemejanya dengan benar.
“Kau hanya perlu mengancingkan ini dengan tanganmu, bukan emosimu,“

Hwiyoung terdiam. Mengagumi bagaimana tangan halus itu mengancingkan kemejanya dengan telaten.

“Sudah. Kau bisa berangkat sekarang,“

Hwiyoung masih mematung. Kini atensinya tertuju pada wajah gadisnya. Wajah yang masih sama dari sebelum ia sukses hingga sebesar sekarang. Wajah yang tidak pernah lelah tersenyum pada apapun yang Hwiyoung lakukan.

“Kau bisa membawa ini untuk sarapanmu,“

Hwiyoung baru tersadar dari lamunannya ketika tangan dingin gadis itu menyentuh lengannya. Menyodorkan sebuah kotak bekal yang berisi beberapa sandwich.

“Ekhemm,“

Hwiyoung berdehem sebentar, menetralkan suasana dari suaranya yang mendadak beku.

“Tidak perlu, aku tidak akan sempat. Jadwalku sangat padat hari ini,“
“Kau hanya perlu menggigitnya sedikit ketika dalam perjalanan,“
“Ck, itu akan mengganggu konsentrasiku,“
“Tapi..“
“Cukup duduk manis di apartemen dan tunggu aku!“

I Dont Know How To Love [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang