REAL END

143 23 8
                                    


_Ketika definisi bahagia sesederhana ini_

Youngkyun tersenyum senang. Dan tidak berapa lama senyum itu mengembang menjadi tawa bahagia. Ia merasa sangat sempurna sekarang.

Materi membuatnya terlihat sempurna. Namun kehadiran seseorang lah yang membuatnya merasa lengkap.

Separuh hatinya menjadi utuh. Marga yang dulunya Yoon, kini menetap menjadi Kim.

Youngkyun selalu bersyukur untuk bisnisnya yang berjalan lancar. Namun ia mengikhlaskan untuk segala sesuatunya. Karena bahagianya tidak lagi materi, tidak lagi ambisi pribadi.

Defini bahagianya sudah tersusun menjadi lebih sederhana.

Mencintai seseorang dengan benar. Dengan cara selalu berada di sisinya.

Lalu bahagianya menjadi sangat sederhana.

Kim Ara.

.

.

Tanpa ingin memperumit hal-hal yang membingungkan. Tanpa melupakan sesuatu yang mengingatkannya. Semua akan baik-baik saja selama ia mengantisipasinya.

Jika dulu ada sela di antara ruas jemari, maka tidak untuk sekarang. Juga untuk masa mendatang.

Kedua tangan itu saling mengait. Berjalan beriringan untuk visi yang sama. Saling menggenggam. Saling menguatkan. Saling melengkapi.

Tidak ada kata selamanya. Namun mereka bahagia ketika bersama.

'Aku belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Rongga dadaku penuh namun tidak sesak dan malah menyenangkan. Terima kasih untukmu, yang selalu melibatkan namaku dalam segala urusan duniamu. Aku mencintaimu, Kim Youngkyun!' (Kim Ara)

'Aku masih bodoh dan tetap bodoh. Aku tidak tau cara mencintaimu dengan baik. Lalu aku menggunakan setiap detikku untuk pembelajaran. Maka ijinkan aku belajar mencintaimu di setiap hembusan nafasku.' (Kim Youngkyun)

.

.




"Ayolah Jaeyoon! Kau masih banyak pemotretan setelah ini! Tapi kau hanya membolak-balik buku menu selama 10 menit tanpa memesan apapun!" kesal Dawon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayolah Jaeyoon! Kau masih banyak pemotretan setelah ini! Tapi kau hanya membolak-balik buku menu selama 10 menit tanpa memesan apapun!" kesal Dawon.

Jaeyoon tersenyum tipis lalu berujar tenang.

"Aku akan makan jika waktunya makan. Sekali-sekali kau harus menikmati hidupmu, bung!"

Dawon memasang wajah -_- lalu menggerutu lagi.

"Kau semakin seenaknya setelah bebas dari obat penenang itu! Sepertinya obat itu malah membuatmu semakin gila,"

Jaeyoon tergelak. Lalu ia tertarik pada kata 'obat penenang' dan 'gila' yang dikatakan Dawon sebelumnya.

"Aku bukan menjadi lebih baik karena obat itu. Tetapi karena aku sudah mulai menerima diriku," kata Jaeyoon sambil tersenyum tipis.

"Tapi apakah tidak apa-apa?"

"Aku membantu orang yang bodoh dalam mencintai. Materi bukan tolak ukur seseorang mencintai pasangannya, kau tahu? Lalu salahnya di mana?"

"Bukan itu maksudku!"

"Ya aku mengerti. Aku hanya sedang mencoba menerima diriku dan menjalani takdirku. Aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Semua akan baik-baik saja  selama aku mempercayakan takdirku pada orang-orang di sekelilingku. Dan..."

"Dan?" tanya Dawon dengan menaikkan alisnya.

"Aku menikmati takdirku sebagai Fortune Teller,"

Jaeyoon menatap Dawon serius lalu tersenyum penuh arti begitu kepalanya menangkap sesuatu yang menyenangkan. Ya, di baru saja mendapat sebuah pengelihatan.

End..







I Dont Know How To Love [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang