14. Malu

2.1K 311 23
                                    

~

Sepulang dari supermarket (Namakamu) dan Iqbaal langsung menuju apartemen Iqbaal. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang perlu Iqbaal ambil dulu diapartemennya. Sebenarnya tadi (Namakamu) ingin sekali menolak untuk ikut masuk kedalam, ia hanya ingin menunggu Iqbaal dalam mobil saja. Tapi karena hormon penuh cinta khas anak muda yang baru jadian Iqbaal menolaknya mentah-mentah. "Tar kalau kamu jauh-jauh dari aku bakalan bahaya. Aku gak mau kekasihku dalam bahaya. Ayo ikut aja." Ucap Iqbaal tadi dengan senyum lebarnya. Bikin (Namakamu) memutar bola matanya berkali-kali.

(Namakamu) mengetuk-ngetukan sepatu ketsnya kelantai lift beberapa kali. Matanya menatap malas kesegala penjuru lift. Entah kenapa rasanya dari lantai 1 ke lantai 8 terasa begitu lama sekali.

"Are you okay?"

(Namakamu) tersentak. Kepalanya mendongak mendapati mata hitam pekat Iqbaal yang menatap kearahnya penuh cinta. Tangan Iqbaal menyentuh punggung tangannya sedikit. Membuat gejolak aneh melingkupi diri (Namakamu). "I'm okay, dont worry." Gumamnya pelan diiringi senyuman kakunya.

Ting.

Iqbaal mengangguk singkat. Senyuman diwajah tampannya seperkian detik berubah menjadi garis lurus saat dentingan pintu lift terbuka. Tangannya menarik pergelangan tangan (Namakamu) pelan. Memaksa gadis itu untuk melangkah cepat bersamanya.

(Namakamu) hanya diam saja. Membiarkan tangan besar Iqbaal yang terus menariknya. Awalnya semua memang berjalan biasa saja, sampai tiba-tiba Iqbaal menghentikan langkahnya ditengah jalan dengan tubuh mendadak kaku. (Namakamu) mengernyitkan keningnya mendapati perubahan aneh Iqbaal. Melirik cowok itu aneh. Apa apa?

"Dari mana saja Iqbaal?"

Deg.

Tubuh (Namakamu) menegang bukan main. Jantungnya berpacu begitu cepat. Entah kenapa saat ini ia malah ingin benar-benar bisa menghilang dari tempat ini. Suara itu terdengar sangat familiar di telinganya. Suara orang yang sudah ia janjikan sesuatu. (Namakamu) tak mau dan tak bisa menatap kearah depannya. Anggap saja ia pengecut karena memang begitu keadaannya.

"Oh, ada (Namakamu) juga. Kalian baru saja mengurus soal pekerjaan?" Orang itu kembali bersuara. Seakan baru menyadari kehadiran (Namakamu) juga disamping Iqbaal.

"Om Pat," Iqbaal berucap serius. Menarik (Namakamu) untuk berdiri dibelakang tubuhnya cepat. Melindungi gadis itu dari pandangan orang yang berdiri didepannya yang tak lain adalah Om Patrick. Produser sekaligus big bosnya di kantor management.

(Namakamu) menunduk dalam. Tubuhnya merapat pada punggung Iqbaal. Menyembunyikan dirinya sendiri. Ia tak sanggup menghadapi Om Patrick sekarang ini. Sungguh ia belum memikirkan bagaimana caranya ia harus membicarakan semuanya, tentang perasaannya yang salah pada Iqbaal. Ia juga belum sanggup untuk dibenci Om Patrick, walau bagaimanapun Om Patrick itu sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri juga.

Om Patrick tersenyum miring didepan sana. Memperhatikan interaksi yang sangat kentara berlebihan untuk sekedar artis dan managernya yang dilakukan (Namakamu) dan Iqbaal saat ini. "Ada hal besar yang saya lewatkan sepertinya." Ucap Om Patrick datar dan serius. Seperti mengejek.

(Namakamu) meremas tangan Iqbaal yang saat ini menggenggam tangannya. Ia ketakutan setengah mati. "O-om.. in–"

"Aku yang jelaskan." Iqbaal memotong ucapan (Namakamu) cepat. Menoleh kebelakang sebentar untuk meyakinkan pada gadisnya bahwa semuanya akan baik-baik saja, lalu kembali menatap kearah depan. "Om ada yang harus Iqbaal jelaskan disini." Sambung Iqbaal serius. Matanya balas menatap berani mata Om Patrick yang tengah mengimintidasinya. Menunjukkan ketidaktakutannya pada lelaki berumur setengah abad itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sassy Manager -IDR ❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang