Dia

92 10 2
                                    

Dan sejak itu, gue tahu. Namanya adalah Faris. Bagi gue, dia tampan. Cukup baik. Gak cuma itu, dia juga sangat sangat sangat sangattttt berbeda dengan laki-laki lain. Hal yang ada dalam dirinya tidak ada dalam diri orang lain. Dia berbeda, sangat berbeda. Gue merasa menemukan sisi dari diriku yang telah lama hilang. Tapi.. benarkah? Sudah benarkah perasaan ini untuk berlabuh? Jika tidak aku tidak peduli, akan tetap kuperjuangkan dia.

Karena setelah UKK (Ujian Kenaikan Kelas), Sekolah mengadakan lomba untuk membuat para siswa lebih rilex untuk nilai-nilai yang akan diberitahukan pada saat rapor dibagikan nanti.

" Kenapa sih, Ta? " Tanya Diyah.

" Kenapa apa? "

" Lo itu bengong terus, tadi ga gini loh. Ada apa? "

Aku sendiri pun bingung untuk menjawab pertanyaan itu.

" Baiklah. Lo akan bengong lagi nanti kalau gue tanya. "

" Hei, Ta! " Fira menggerak-gerakkan tangan kananku.

" Hm? " Ata kaget dari lamunannya.

" Lo bengong lagi. Ah, capek "

" Maaf, Gue cuma.. "

" Apa? "

" Gue boleh cerita ke kalian? "

Mereka mengangguk.

" Faris. " Ucapanku yang membuat mereka terkejut karena aku telah mengucapkan nama itu. Entah ada apa denganku, aku bisa langsung mengucapkan nama itu begitu saja? Oh ya Tuhan dimana harga diriku saat ini.. mengapa tak kupikirkan bagaimana Arfi nantinya?

" Faris? " Tanya Sasa kebingungan.

" Lo suka? " Diyah pun ikut bertanya.

" Kenapa, Ta? " Fira memegang kedua tanganku.

" Tidak. Bukan. Gue gak suka. " Jawabku dengan menoleh ke arah Faris yang sedang bermain gitar dengan teman-temannya.

" Lalu? "

" Dia hadir di mimpiku semalam. "

" Hah? "

" Iya. Gue terkejut karena ngelihat dia sekarang, jujur aja gue gak pernah ngelihat dia walaupun sudah satu sekolah sama dia, gue baru tahu dia."

" Emangnya kaya apa mimpi lo itu? "

" Dia nolongin gue waktu gue jatuh. " Jawab Ata sambil sedikit tersenyum.

Sasa,Diyah,dan Fira. Mereka tertawa terbahak-bahak. Aku tidak tahu apa yang lucu. Tetapi,yasudah. Ku biarkan saja mereka tertawa karena aku tahu pasti akan selesai. Tidak mungkin mereka tertawa terus, kan?

" Apa lo bilang? nolongin lo? seorang Faris? " kata Fira sambil terus tertawa menyusul Diyah dan Sasa yang tawanya belum juga selesai.

" Kenapa? Apa yang lucu? "

Mereka malah tertawa semakin keras.

" Apa lucunya, kawan? kenapa kalau seorang Faris nolongin gue? " Kuulang ucapanku tetapi dengan pelan-pelan untuk menjaga agar Faris tidak mendengarnya.

" Lucu saja. " Jawab Sasa. Mereka berhenti tertawa.

" Sudah,tertawanya? " Jawabku dengan cemberut.

" Ah jangan marah. " Diyah tersenyum. " Ris. " Diyah memanggil seseorang yang ternyata..

" Apa lagi? " Seseorang menghampiri kita ber-empat. Kutoleh sedikit,dia berada di sampingku. Hah? Lagi?! Baiklah aku tidak boleh salah tingkah. Kubiarkan diamku membantuku agar dia tidak ilfeel karena aku, perempuan yang kini memiliki rasa padanya walaupun dia tak tahu. Juga perempuan yang memimpikannya semalam, walau dia pun juga tak akan pernah tahu.

" Kamu tahu tidak? " Tanya Diyah pada Faris dan mereka tertawa lagi.

Aku memelototkan mataku agar Diyah tidak berbicara yang tidak-tidak. Aku tidak ingin dia mengetahui dulu sebelum aku memberi tahunya.

" Apa sih Ta, matanya biasa aja " Aku tahu,Diyah mengatakan itu pasti untuk mengode Faris agar Faris melihatku. Dan benar, Faris memang melihatku saat kulirik dia yang tepat berada di sampingku.

" Ih apasih! " Jawabku.

" Kenapa sih Di? " Tanya Faris ke Diyah yang semakin tidak jelas saja untuk memanggil Faris.

" Gajah kakinya berapa? " Tanya Diyah ke Faris. Mereka tertawa lagi.

Tertawa saja sana! Dasar,membuat aku malu saja.

" Cuma buat pertanyaan itu aja? Lebih baik gue gak datang tadi. " Kata Faris lalu meninggalkan kita ber-4,te rnyata Faris memang tidak suka diajak bercanda seperti itu ketika sedang serius.

" Eh Ris Ris,tunggu! Ada yang lebih penting. " Diyah memanggil Faris lagi. " Ayolah, Ris.. jangan marah begitu "

Kulihat Faris membalikkan badannya dan menghampiri kita lagi.

" Hm? " Faris menjawab Diyah.

" Ada yang suka nih "

" Suka? Suka apa? Atau suka siapa? Dan siapa yang suka? "
Faris mengernyitkan dahinya.

Kulihat wajah Faris, memang ia sedang serius saat ini. Se-serius itu kah ketika ada yang menyukai mu?

" Suka sama lo. " jawab Diyah.

" Yang benar aja. Gak usah mengada-ada. "

" Gue beneran. Gue gak mengada-ada. Gue bakal ngasih tau, tapi gak sekarang. Atau mungkin dia saja yang ngasih tau lo sendiri " Mereka tertawa. LAGI.

" Dia siapa sih? "

" Ada. Udah lo duduk aja, nanti sepulang sekolah lo jangan lupa buka handphone. "

" Ada apa sama handphone gue? "

" Ada yang bakal minta save nomor ke lo. Udah, lo tunggu aja, ya? "

" Dasar aneh. " Faris meninggalkan kita.

" Kalian itu apa apa an sih. " Kataku.

" Kita mau bantu lo, Ta. Lo akan mendapatkan apa yang lo mau. Banyak, Ta yang menyukai Faris. Tapi kita cuma pengen lo yang dapetin hatinya. Lo layak buat itu. Ya,Ta?"

Tidak banyak jawabanku. Hanya " Terima kasih "

" Sini, gue pinjam handphone Ata. " Ucap Ata kepada Fira yang tadinya meminjam handphone ku.

" Gue kasih nomor Faris. Lo bisa chat dengannya sewaktu-waktu. Oh iya, itu bakal lo lakuin kalo lo pengen. Juga, kalau lo udah siap bilang segalanya. Oke? "
Aku hanya tersenyum.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang