Setelah pekerjaannya selesai, Dimas langsung pulang ke rumah untuk menyiapkan segala keperluan menuju Washington tempat Melodi berkuliah.
"Kak, lusa aku mau berangkat ke Washington." ujar Dimas memberitahu Lyra yang sedang asik berbincang melalui ponsel.
"Benarkah?" Lyra menjauhkan ponsel itu dari telinganya, "Boleh aku ikut? Aku rindu Mama."
"Kakak berangkat aja sendiri, aku ada keperluan lain." Dimas membuka kulkas yang ada di dalam rumahnya, menuang air dingin ke dalam gelas, lalu meneguknya.
Lyra menatap Adiknya nanar, "Sudah lima tahun kamu enggak ketemu Mama, kamu gak rindu?"
Dimas meletakkan gelas kaca itu di atas wastafel, ia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Lyra.
Menurut Dimas Mamanya sudah tidak memperdulikan mereka, semenjak 5 tahun lalu, Mamanya pergi tanpa kabar.
Wanita itu meletakkan ponselnya di atas meja makan.
Setelah kejadian terakhir matanya dapat melihat, Dimas belum pernah sekalipun bertemu Mama, hanya mendengar suaranya melalui ponsel. Lyra tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukan kebetulan matanya dapat melihat kembali, itu semua berkat Mamanya yang sudah mendonorkan matanya pada dia. Dimas tidak mengetahui itu.
Mamanya pergi ke Brooklyn dijemput oleh saudaranya setelah operasi berlangsung. Itu yang menyebabkan Mama tidak dapat memberitahu apapun yang sebenarnya.
"Terakhir kamu ke Amerika kan umur delapan tahun, kamu gak mau silaturahmi sama keluarga Mama di Brooklyn?"
Dimas menghela nafasnya, "Kalo mau Kakak aja, nanti aku pesenin tiket ke Brooklyn."
"Enggak usah ke Brooklyn tiketnya, samain aja kayak kamu ke Washington, biar berangkatnya bareng."
***
Hari ini apa yang dibicarakan oleh asisten dosen tidak masuk ke dalam pikirannya, suhu tubuhnya yang demam sangat mengganggunya.
"Hari ini lo jangan naro tas di loker ya, bentar lagi UAS lo harus belajar."
"Tiap hari juga gue belajar," Liam melirik wanita itu dari ekor matanya.
Melodi mengerutkan dahinya, "Tapikan bukunya di loker."
"Jaman sekarang banyak internet, tanpa harus pakai buku."
Liam memijat dahinya, kemudian ia meletakkan kepala di atas lipatan tangannya di atas meja.
Melihat tingkah aneh Liam, Melodi menepuk bahu pria itu, "Lo kenapa?"
Liam mengubah posisi kepalanya menjadi menghadap Melodi, tapi tetap di atas meja.
"Gue gak enak badan." eluhnya sambil mengusap hidungnya.
Ditempelkannya telapak tangan Melodi di dahinya, "Lo panas banget gila," kaget wanita itu setengah berbisik.
"Pulang mampir apotik dulu ya," ujar Melodi pada Liam yang sudah memejamkan matanya.
"Melodi." bisik Emily. "Gimana kalau pulang kita makan ice cream?" ajaknya.
Helaan nafas Melodi membuat Emily menaikkan sebelah alisnya, "Next time, hari ini gue gak bisa."
"Ah, iya gue lupa lo ada perkumpulan mahasiswa Indonesia ya hari ini?" sambar Michelle yang membuat Melodi membulatkan matanya.
"Perkumpulan mahasiswa?"
Michelle dan Emily menganggukkan kepalanya, "Pasti lupa."
"Ly, hari ini hangout." bisik Melodi di telinga Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodimas 2
Romance[SEASON 2 dari Melodimas] Perjalanan semasa SMA sudah selesai, bagaimana hubungan Melodi dan Dimas setelah lulus? Akankah mereka sanggup melewati jarak yang sangat jauh? atau justru saling menyerah satu sama lain? Copyright©2018