Suara ketukan pintu tengah malam membuat Melodi bergidik ngeri, ia menarik selimutnya sampai semua wajahnya tertutup.
Ia tidak bisa tidur sedari tadi, karena gelisah memikirkan cara memberi tahu Dimas bahwa dirinya sudah berada di Jakarta.
Gagang pintu berbunyi, seseorang membuka pintu dari luar. Memaksa Melodi menelan saliva karena merinding.
Ia yang terbiasa mematikan lampu saat tidur itu langsung menutup erat-erat matanya, keadaan hening dengan angin yang masuk melalui pintu kamar.
Tiba-tiba lampu menyala, menampilkan beberapa orang yang berdiri mengitari kasurnya, ia melihat itu dari dalam selimut, ada apa?
Ia menurunkan selimutnya perlahan, "Taraa... Happy birthday.." seru Reihan sambil menarik lengan Melodi agar bangun.
Mama, Papa, Reihan, tersenyum menatap Melodi. Mama menyodorkan kue tar yang dihiasi lilin cantik itu, "Selamat ulang tahun sayang," Mama mengecup puncak kepala Melodi, "Maaf ya.. Mama selalu mengabaikan pesan kamu, sebenernya kita mau bikin kejutan."
"Happy birthday dare.." bergantian Papah yang mengecup puncak kepala Melodi, "Kita berniat mau menyusul kamu ke Amrik, tapi kamu pulang kesini sebelum libur, gak bilang-bilang lagi."
Melodi meniup lilinnya dan memeluk kedua orang tuanya itu, "Makasih Pah, Mah."
Kini Reihan yang menghampiri Melodi, menatap wajah adik cantik yang sudah tumbuh dewasa itu, ia menarik Melodi ke dalam pelukannya, "Miss you."
Kemudian mereka meletakkan kotak besar di atas kasur Melodi, kotak besar yang dilapisi kertas kado cantik dan imut.
"Apa ini?" tanyanya bingung.
"Buka aja," ujar Papah.
Melodi menatap ketiga anggota keluarganya itu secara bergantian, "Apapun ini, terimakasih banyak ya Ma, Pah, Kak. Aku jadi ngerasa masih kecil, hehe."
Sambil membuka bungkus kadonya, Melodi mendengarkan Reihan bercerita soal kehebohan dan kepanikan dia dan orang tuanya begitu mengetahui Melodi pulang.
***
Sore ini Melodi berniat untuk memberikan kejutan kepada Dimas, dengan menaiki taksi ia pun menuju kantor pria itu.
Ia melihat ke luar kaca, menatap jalanan Ibu Kota yang semakin ramai, terlebih di sore hari, masih saja macet terlihat di sekitarnya.
"Sepertinya akan turun hujan ya Mba." ucap supir taksi yang dinaiki Melodi.
Sontak, mata wanita itu langsung mengarah ke awan dari balik kaca, ia setuju dengan ucapan supir itu.
"Mbanya bawa payung tidak?" tanya sang supir yang membuat Melodi membulatkan matanya.
"Ah, saya lupa bawa payung Pak, bisa mampir di supermarket pinggir jalan Pak? Saya mau beli payung dulu."
Supir itu mengangguk setuju, "Baik Mba."
Tanpa menunggu lama, mereka sudah menemukan supermarket terdekat, Melodi keluar dan berjalan masuk ke dalam supermarket, angin kencang sangat menusuk ke kulitnya.
"Mba, payung satu ya." pintanya pada kasir supermarket.
Kasir itu mengangguk, dan mengambil satu payung untuk Melodi, "Ada lagi Kak?"
Melodi menoleh ke arah belakang, "Ada Caramel Frappucino?" melihat ke arah mesin kopi yang ada di dalam supermarket itu.
"Ada Kak, silahkan bisa diambil di sana."
Kemudian Melodi berjalan ke arah mesin kopi, ia melihat ada seorang pria yang sedang menunggu kopi juga.
Pria itu memencet tombol kopi yang sama seperti yang ia inginkan, Caramel Frappucino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodimas 2
Romance[SEASON 2 dari Melodimas] Perjalanan semasa SMA sudah selesai, bagaimana hubungan Melodi dan Dimas setelah lulus? Akankah mereka sanggup melewati jarak yang sangat jauh? atau justru saling menyerah satu sama lain? Copyright©2018