"Aku mau pulang," ujar Melodi di tengah makan malam keluarganya.
Papah mengerutkan dahi. "Pulang?" tanyanya bingung, "Pulang kemana sayang?"
"Pullman," jawabnya.
Semua berhenti untuk melanjutkan makannya, menatap nanar putri bungsu keluarga itu.
"Tapi kamu kan lagi liburan, Dek." Reihan menatap wajah keluarganya bergantian, ia cemas. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh adiknya itu.
Mamah mengusap bahu Melodi dengan lembut. "Ada apa sayang? Kamu kenapa? Kayak ada sesuatu yang kita gak tau."
Melodi memejamkan matanya sebentar. "I'm okay Mom," ucapnya sambil tersenyum dan mengelus punggung tangan Mamahnya. "Ini kan liburan terakhir aku, tahun depan aku harus lulus. Jadi aku mau ngabisin waktu di sana."
Ekspresi wajah yang lain langsung terlihat sedih, "Gak masalah kan?" tanya Melodi.
"Enggak kok. Kamu pasti tau mana yang terbaik buat kamu, mana yang tidak. Walaupun kita masih rindu, tapi itu sudah menjadi resiko kita saat dari awal sudah memberikan kamu ijin kuliah di sana. Semoga apa yang kamu cita-citakan segera terwujud ya nak," ujar Papah.
Kemudian Papah langsung menyuruh yang lain untuk melanjutkan makannya.
Melodi tersenyum simpul, menatap keluarganya yang sangat ia sayangi.
Lalu ia menarik nafasnya dalam dan menghembuskan perlahan, oke sebelum cek out aku harus ke kantornya Dimas.
***
Reihan memeluk erat Melodi, "Kalo ada masalah ceritain aja ke Kakak, jangan dirasa sendiri."
Melodi menyandarkan dagunya pada bahu Reihan, "Melodi baik-baik aja kok."
"Cepat banget perginya sih."
"Hm, Kak.. Aku harus pergi. Liam udah nunggu di taksi."
Reihan terkekeh, lalu melepaskan pelukannya, "Hati-hati ya." ia mengacak rambut Melodi gemas, lalu mencubit pipi kemudian hidung.
"Haduh.. Rese banget sih," protes Melodi.
"Udah, udah. Papah sama Mamah belum say good bye," gurau Papa yang langsung memeluk dan mencium kening Melodi.
"Mama gak mau salam perpisahan, nanti kita bakal ketemu lagi kan? Untuk waktu yang dekat?" Mama menarik kedua ujung bibirnya ke bawah.
Melodi tersenyum sendu, "Iya Ma."
Liam ikut menyalami anggota keluarganya Melodi. Mereka sudah menganggap Liam seperti anaknya sendiri.
Kenapa Liam tiba-tiba ikut? Entahlah, Melodi hanya ingin mengajak Liam pulang ke Pullman, siapa tau ia bisa menemukan keinginan pulang ke German.
Setelah mereka selesai, mereka naik ke dalam taksi dan taksi melaju langsung membelah jalanan Ibu Kota Indonesia itu.
"Ke kantor Dimas dulu ya," ujar Melodi sambil menatap lurus ke depan, tatapannya kosong, air matanya menetes. Entah keputusan ini tepat atau tidak.
Sebenarnya ada apa? Liam bertanya-tanya dalam hati, ia menoleh ke belakang, ke arah kursi Melodi, karena ia duduk di samping supir.
"Oke." Liam mengangguk, lalu segera memberi tahu supir taksi agar mengikuti arahannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka kini sudah sampai di depan gedung kantor Dimas.
"Lo tunggu di sini aja ya," ucap Melodi yang segera keluar dari dalam mobil dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodimas 2
Romance[SEASON 2 dari Melodimas] Perjalanan semasa SMA sudah selesai, bagaimana hubungan Melodi dan Dimas setelah lulus? Akankah mereka sanggup melewati jarak yang sangat jauh? atau justru saling menyerah satu sama lain? Copyright©2018