PART 6

54 6 0
                                    

       
       Hari ini hari minggu Ify masih bersembunyi dibalik selimut tebalnya, enggan untuk bangun dipagi hari. Kebiasaan ini telah mendarah daging dalam dirinya ia selalu berteori jika hari libur mandi pun libur teori yang aneh namun selalu Ify terapkan dalah haru santainya.
         Matahari semakin meninggi namun gadis cantik ini enggan untuk membuka mata, hey hari sudah mulai siang apa kau tak mau bangun sekedar mandi atau makan. Rasanya percuma jika membangunkan gadis ini pasti tak akan pernah dianggap, mamanya pun sudah mengenali watak sang anak jadi, sang mama tak akan membangunkan putri kesayangannya Ify, sampai ia bangun sendiri.

                     ******
   
      Berbeda dengan cowok tampan yang satu ini, Rio telah bersiap menggendong tasnya, ia tak menyerah untuk mendapatakan ilmu. Bukan, bukan,  ia bukan untuk pergi ke sekolah melainkan pergi ke ruma Ify. Yap, hari ini dia akan berjuang untuk memaksa Ify mengajarinya mengerjakan soal matematika.
       Ia turun dari tangga menghampiri mama papanya yang sedang bersantai menghabiskan waktu libur.
   
      "ma, pa,  Rio keluar dulu."

      "mau kemana yo? Ini hari libur lohh."tanya papa Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari koran pagi yang selalu diantar setiap weekend.

      "Rio mau kerja kelompok pa."

      "oh ya sudah pulang nya jangan malam-malam ya nak." ucap mama Rio sambil mengelus-elus kepala putranya.

      "iya ma." mecium punggung papa mamanya satu persatu. Anak yang baik bukan? Mungkin iya sifat Rio berbeda dengan disekolah. Seperti mempunyai kepribadian ganda jika disekolah dia jail dan sedikit urakan, tapi jika di rumah tak ada lagi itu semua yang ada hanya sosok Rio yang sopan dan penurut.

      "hati-hati nak, jangan ngebut ngebut." ucap mama Rio sedikit teriak. Rio hanya membalasmya dengan acungan jempol tanda bahwa dia tak akan ngebut.

    Mamanya lah yang sangat sedikit protektif, namun dibalik sikap protektifnya ia tak pernah memaksa keinginan anaknya, ia hanya sedikit mengingatkan mana yang baik untuknya dan mana yang buruk untuknya. Rio sangat beruntung mempunyai mama seperti mamanya.
       Rio melanjukan motornya dengan kecepatan sedang, see? Dia sangat nurut bangetkan. Gedung demi gedung ia lewati, jalan demi jalan ia telusuri, ia menghentikan motornya di depan rumah yang cukup besar dengan pagar bercat abu-abu.

       "benarkan ini alamatnya?" memperhatikan kertas yang berisi alamat yang ia dapar dari temannya. Ia menyamakan alamat yang ia bawa dengan alamat yang ada di pinggir pagar.

       "iya ahh bener." kata Rio ngomonh sendiri. "permisi"teriak Rio diluar pagar.

      Seorang ibu yang kebetulan sedang menyiram tanaman didepan rumah.mendengar teriakan Rio.

     "maaf cari siapa?"tanya ibu tadi setelah membukakan pagar rumahnya.

     "apa benar ini rumah Alyssa Saufika Umari?" Tanya Rio

    "iya saya mamanya Ify." jawab seorang ibu tadi yang kebetulan adalah mamanya Ify.

     "ohh maaf tante saya Rio, saya mau mengajak Ify untuk kerja kelompok."

     "aduhh tapi Ify belum bangun dia masih asik dengan dunia mimpinya."

    'eh buset ada ya!  Perempuan yang kaya gitu?' batin Rio berkata seperti itu.

     "ohh gitu ya tante."

     "iya ya udah masuk dulu yuk."

     Tak enak dengan ajakan mama Ify, akhirnya Rio memutuskan untuk masuk, tak lupa memarkirkan motornya dihalaman rumah Ify.
      Rio mengikuti mama Ify dari belakang, yang mulai memasuki rumahnya.

     "nah, nak Rio kamar Ify ada diatas, tolong bangunin ya. Tante mau nyiapin dulu cemilan. " ucapa mama Ify yang kini berhenti di depan tangga.
      
       "ehh? Emang ga papa tante?" tanya Rio kaget, pasalnya ia tak pernah memasuki kamar perempuan, memasuki kamar mamanya saja tak pernah dan saat ini! Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Rio memasuki kamar perempuan.

       "gapapa. Tante percaya kamu anak baik. Ya sudah ya tante kebelakang dulu. "

       "eh iya tante. "

        Sepeninggalan mama Ify, Rio mulai melangkahkan kakinya, satu persatu anak tangga mulai ia lewati. Tak terasa akhirnya ia sampai didepan kamar yang bertuliskan IFY'S ROOM. Rio mulai membuka pintu kamar itu dengan perlahan, ya benar saja ia mendapati seorang gadis yang sedang meringkuk didalam selimutnya.
         Helaan nafas berat Rio mulai terdengar. Ia memberanikan diri untuk masuk.

     "hehh bangun." ucap Rio menyibakan selimut yang menutupi tubuh Ify.

      "apaan sih ma? Kok suara mama gede sihh." ucap Ify yang melindur dan tidur lagi.

     "eh buset gue bukan ema loe. Woy kebo bangun. " mengguncang-guncang tubuh Ify, dan otomatis membangunkan Ify yang sedang tertidur.

      "ihh apa sih loe ganggu orang tidur aja. Siapa sih loe gue hajar juga loe." kata Ify yang emosi karena tidurnya telah diganggu. Dengan posisi duduk namun mata terpejam, lucu? Iya seperti anak kecil yang dibangunkan untuk sahur.

       "heh kebo ini gue Rio woy gue Mario Stevano Aditya Haling oranng paling ganteng di dunia." teriak Rio tepat di dekat telinganya bodo dehh mama Ify mau dengar atau tidak yang jelas ia kesal emosinya sudah diubun ubun.

        "hah? " dengan refleks Ify membuka matanya selebar dunia. Kaget?  Iya pasalnya siapa yang menyuruhnya masuk kedalam ruang privasinya. Pasti mama pikirnya.

      "kenapa hah? "tanya Rio yang melihat ekspresi Ify seperti itu.

     "kok loe bisa ada disini sihh? " tanya Ify yang kini duduk sambil memeluk guling.

     "ya bisa lah buktinya gue ada disini. "

    "apaan sihh ga lucu. "

   "yehh siapa juga yang ngelucu!."

  "au ah"
 
   "loe tuhh otak pinter tadi tidur kaya kebo haha."

     "ga ngaruh. Mau apa loe kesini? "

    "mau minta ajarin matematika lagi."
     "ini hari minggu, hari libur gue males belajar, jadi mending loe pulang. "

       "ayolah Fy, mm gini dehh setelah loe ngajarin gue matematika sampe selesai gue teraktir loe apa aja. "

      Ify mengerutkan keningnya nerusaha menelusuri sorot matanya apakah ada kebohongan atau tidak.

      "oke deh kali gitu. "

       "dasar cewek matre. "gumam Rio pelan, namun masih terdengar di telinga Ify.

      "apa loe bilang?" tanya Ify dengan tatapan membunuh.

      "eee... Enggak."

      "udah sana loe keluar, gue mau mandi."

      "kalo gue ga mau gimana?"
 
     "kalo loe ga mau gue gak bakal ngajarin loe."

      "ehh jangan dong. Iya iya gue keluar. "
         Setelah Rio keluar dari kamar Ify, dengan sigap Ify menyambar handuk dan OTW menuju kamar mandi.

                           *****

Segini dulu guys
Tak henti hentinya mengingatkan untuk kalian readers jangan lupa vomment ya!  Thanks and see you

/******
 
Tunggu part selanjutnya maaf jika di part ini readers tak mendapatkan feelnya aku baru belajar soalnya jadi mohon dimaklum.maaf jika update cerita ini lama dan maaf jika banyak kata yang typo.
    See you next part 😊😊😊

         

    
 
  

    

  
      

Antara Dia dan Diriku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang